“Seonbae, kau tidak perlu berharap lagi padaku. Aku secara resmi akan memperkenalkan pacarku padamu, Kim Na Ra.” WHAT? Apa katanya? PACARKU? Sejak kapan aku menjadi pacarnya? Mataku membulat mendengar pernyataan Mike barusan. Iblis! Laki-laki ini benar-benar iblis! Kulihat perempuan di sebelahnya terkejut dan terperangah tak percaya. Begitulah awal mula kekacauan hidupku karena laki-laki bernama Cha Jung Won alias Mike! Karena sikap semena-menanya, aku terjebak dalam status kekasih kontraknya selama di sekolah dan menjadi model fotonya di luar sekolah. Semua berjalan normal sampai tiba-tiba semesta semakin bercanda. Seung Jo Oppa, cinta pertamaku, pulang ke Seoul dan menyatakan cintanya setelah empat tahun tanpa kabar berita. Ah, ottoke?
Узнайте большеKim Na Ra POV
“Seonbae[1], kau tidak perlu berharap lagi padaku. Aku secara resmi akan memperkenalkan pacarku padamu, Kim Na Ra.”
WHAT? Apa katanya? PACARKU? Sejak kapan aku menjadi pacarnya? Mataku membulat mendengar pernyataan Mike barusan. Iblis! Laki-laki ini benar-benar iblis! Kulihat perempuan di sebelahnya terkejut dan terperangah tak percaya.
“DIA? Perempuan biasa ini? Pacarmu?” Perempuan itu tertawa sinis merendahkanku. Suaranya melengking menusuk telinga! Apalagi dia berbicara setengah berteriak dengan kata-kata tajamnya, membuat semua mata tertuju padaku. Sepertinya perempuan ini perlu disumpal mulutnya supaya tidak asal bicara!
“Iya. Dia pacarku, jadi kau tidak perlu mengejar-ngejarku lagi.” Kulihat beberapa perempuan di kursi penonton terbelalak tak percaya. Mereka seolah menahan napas kecewa.
“Tunggu! Ini hanya kesalahpahaman. Aku bukan pacarnya.” Aku buru-buru menolak pengakuan Mike tadi. Mike GILA!
"Jagiya[2], kenapa kau tidak mau mengakuiku? Kau tidak perlu malu. Tenang saja, dia tidak akan mengganggumu. Kau tidak perlu mengkhawatirkan anggota Jung Won Fans Club yang mulai menggila, seperti DIA contohnya. Aku jamin tidak akan ada yang berani mengganggumu.” Tangan Mike mengelus lembut kepalaku dan merapikan anak rambut yang menutupi mataku. CIH! Berlaga romantis!
WAIT! Jung Won Fans Club? Kulihat wajah Mike lekat-lekat. Cha Eun Woo? Tampan? Fans Club? ASTAGA! Dia Cha Jung Won yang disukai Ji Hyun? Kuedarkan pandanganku di sekitar lapangan basket. Takut jika Ji Hyun ada di depanku dan dia akan salah paham. Untungnya dia tidak ada. Wajah perempuan itu memerah menahan amarah. Apalagi setelah Mike berani-beraninya merangkul pinggangku. Ergh! tidak sopan! Gadis itu pun pergi meninggalkan aku dan Mike si iblis dengan perasaan kesal disertai makian dan umpatan.
“Apa yang kau lakukan? Lepas!” hardikku.
“Ikuti aku!”
“Ya~~![3]"
Mike menarik paksa lenganku. Ia membawaku menjauh dari lapangan basket.
“Lepas! Kau senang sekali memaksa orang!” hardikku lagi. Ia melepaskan genggamannya pada lenganku.
“Sorry,” ucapnya.
“Michyeoss-eo[4]? Sejak kapan kau dan aku berpacaran?”
“Sejak semalam,” jawabnya ringan tanpa beban. Dasar freak!
“Hah? Apa kau sudah tidak waras? Kapan kau memintaku menjadi pacarmu?”
“Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa aku menyukaimu?” Mike mendekatkan posisi wajahnya persis di pinggir telingaku. Dasar mesum!
“Kau tidak perlu dekat-dekat denganku!” Kutoyor kepalanya supaya menjauh dariku.
“Aku mengatakan seperti itu karena kau terus memaksa ingin mengantarkanku, tidak ada hubungannya sama sekali dengan BERPACARAN.” Kukepalkan kedua lenganku pertanda kesal.
“Kalau hari ini aku memintamu menjadi pacarku bagaimana?”
Begitulah awal mula kekacauan hidupku karena laki-laki bernama Cha Jung Won alias Mike! Karena sikap semena-menanya, aku terjebak dalam status kekasih kontraknya selama di sekolah dan menjadi model fotonya di luar sekolah.
Pertemuan pertama kami bermula di pertengahan semester 1 kelas XI. Aku dan Mike sama-sama terlambat masuk sekolah. Kami bersekolah di sekolah yang berbeda, aku sekolah di Seoul National High School dan Mike sekolah di Seoul International High School. Sekolah kami bersebrangan dalam satu gerbang yang sama. Sekolahku berada di sebelah barat sedangkan SIHS di sebelah timur. Batas antar sekolah hanya dibatasi oleh jalur koridor tengah yang memanjang dari arah utara ke selatan. Keadaan seperti ini membuat banyak siswa yang saling jatuh cinta dengan tetangga (maksudnya antara siswa sekolahku dan SIHS, termasuk Mike yang berpura-pura jatuh cinta padaku).
Kala itu, bunyi alarm di ponselku memecah keheningan pagi. Dengan setengah terpaksa kubuka mata dan kuraih ponsel di atas meja di samping tempat tidur. Jam di layar ponsel menunjuk pada angka setengah tujuh kurang lima menit dan hari itu aku terlambat sekolah. Aku langsung terbangun dari tidur singkatku. Ya, karena aku pulang kerja pukul dua belas malam dan bergadang mengerjakan tugas sampai pukul tiga dini hari.
Aku sibuk gedebak-gedebuk di rumah atap yang sempit. Mungkin kalian bertanya-tanya mengapa aku menyewa sebuah rumah atap? Ya, diri ini tinggal sendiri semenjak Eomma[5] meninggal karena mengidap penyakit kanker paru-paru. Aku tidak meratapi kepergiannya karena yakin Eomma jauh lebih bahagia di atas sana. Bagaimana dengan Appa[6]? Entahlah aku tidak tahu di mana ia berada sekarang. Sejak kecil aku tidak pernah melihatnya dan tak tahu bagaimana rupanya.
Apa aku tidak memiliki keluarga selain Eomma? Tentu saja punya. Aku memiliki Imo[7] (bibi/tante) dari Eomma, tetapi hati ini tak ingin membebani hidupnya yang bisa dikatakan tidak memiliki harta berlebih. Apalagi Imo harus mengurus Halmeoni[8] dan empat anaknya yang masih kecil. Mana mungkin aku tega hidup dengannya, sementara untuk menghidupi keluarganya pun ia masih serba kekurangan. Oleh sebab itu, kupilih untuk hidup mandiri tepatnya sendiri.
Sekarang jam di lenganku menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit. Aku buru-buru mengenakan sepatu dan lari pontang-panting menuju gang depan untuk naik bus. Jujur saja, diriku bisa siap-siap sekolah secepat ini karena tidak sempat mandi. Aku hanya sempat mencuci muka dan sikat gigi. Ah, sudahlah, lebih baik badan ini tidak mandi dari pada terlambat.
Di dalam bus, kuikat rambut yang lurus ini menjadi satu ikatan. Aku bukan tipe gadis yang cantik jelita seperti member girlband yang digandrungi di Seoul saat ini. Aku hanya gadis standar sama seperti teman-teman perempuan yang lain. Tidak seperti orang Korea pada umumnya, mata ini berbentuk bulat coklat dengan bulu mata yang lentik juga memiliki lipatan mata tanpa harus menggunakan scoots. Wajahku bulat telur dan ada lesung pipi di kedua pipiku. Alisku kecoklatan terbentuk dan tebal. Hidungku mancung kecil dan bibirku tipis berwarna merah alami. Fisikku cukup untuk ukuran perempuan yakni 160 cm. Meskipun banyak orang mengatakan bahwa kakiku pendek. Rambutku kecoklatan dan kulitku berwarna putih. Entah aku mendapatkan fisik seperti ini dari siapa, karena kurasa wajah ini tidak mirip dengan Eomma mungkin mirip dengan Appa. Ah, entahlah!
Setelah perjalanan selama 20 menit aku sampai di depan gerbang sekolah dan aigo! Gerbang sudah terkunci rapat. Aku sempat memohon-mohon pada penjaga sekolah dengan raut wajah memelas, tetapi hasilnya nihil. Aku menghela napas pasrah karena kali ini aku benar-benar tidak bisa selamat dari Jun Pyo Seonsaengnim[9] (guru). Ya, aku terlambat lima belas menit. Penjaga sekolah menahanku di poskonya bersama dengan beberapa siswa lain termasuk siswa SIHS. Kami diminta menunggu Jun Pyo Seonsaengnim dan Park Moon Seonsaengnim (salah satu monster SIHS) untuk mendapat hukuman.
Tanpa disadari, tiba-tiba tepat di sebelahku berdiri seorang siswa laki-laki yang dapat dikategorikan sebagai laki-laki tampan, sangat tampan! Ia memakai seragam SIHS berbeda denganku yang memakai seragam Seoul National High School (SNHS). Laki-laki ini cukup asing. Selama satu tahun sekolah di sini, aku tidak pernah melihatnya.
"Mungkin siswa baru," pikirku.
Laki-laki itu menatapku dengan tatapan aneh seolah aku adalah makhluk luar angkasa yang asing di matanya. Entah apa yang salah denganku? Mungkinkah aku bau karena tadi tidak sempat mandi? Akan tetapi, aku sempat menyemprotkan parfum di tubuh ini atau jangan-jangan ada kerak di mataku? Aku segera memalingkan wajah dan membersihkan kedua mataku. Setelah kubersihkan tidak ada apa-apa.
Anehnya, laki-laki itu masih saja menatapku dengan tatapannya yang dingin dan agak menyebalkan, membuat aku risih, dan tidak nyaman. Kubalas tatapannya tajam dengan harapan ia segera menghentikan pandangannya padaku. Namun, ia sama sekali tidak menurunkan pandangan matanya. Pemuda itu malah maju dan mendekatkan tubuh atletisnya persis di depan wajahku.
"Aneh! Laki-laki ini benar-benar aneh!" rutukku penuh kekesalan.
Jun Pyo Seonsaengnim dan Park Moon Seonsaengnim datang dengan raut wajah tegasnya.
"Kim Na Ra!" Jun Pyo Seonsaengnim tiba-tiba memanggil namaku di depan siswa lain dan membuat semua mata tertuju padaku.
"Ye (iya), Seonsaengnim?" sahutku terbata. Aku memang dikenal sebagai siswa yang selalu menaati peraturan sekolah. Sebelumnya, aku tidak pernah terlambat. Pasti hari ini aku diomeli oleh Jun Pyo Seonsaengnim.
"Kamu siswa berprestasi di sekolah ini, kenapa bisa terlambat? Kim Na Ra, kamu tidak memberi contoh yang baik bagi siswa lain. Padahal kamu Wakil Ketua OSIS di sini." Kalimat yang dilontarkan Jun Pyo Seonsaengnim cukup memekik hatiku. Ya, aku memang belum bisa memberikan contoh yang baik.
Aku menggigit bibir bawah. "Joesong habnida (mohon maaf) Seonsaengnim, saya terlambat bangun karena tidur larut malam."
"Lain kali jangan diulangi lagi!" tegas Jun Pyo Seonsaengnim.
"Ye[10], Seonsaengnim," jawabku lesu. Entahlah, aku merasa pusing, mungkin karena beberapa hari ini aku selalu tidur larut malam. Tuntutan sekolah dan pekerjaan membuat tubuhku drop.
Sama halnya seperti Jun Pyo Seonsaengnim, Park Moon Seonsaengnim pun menasihati siswa SIHS termasuk si laki-laki aneh. Aku tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Park Moon Seonsaengnim karena rasa pusing ini semakin menyiksa kepalaku. Kemudian, Jun Pyo Seonsaengnim mengumumkan hukuman yang harus kami jalani yakni membersihkan halaman sekolah yang penuh dengan sampah daun kering karena saat ini musim gugur. Setelah itu, kami juga harus membersihkan toilet sekolah.
Aku berjalan dengan langkah terseok-seok dan tangan memijit-mijit kening. Si laki-laki aneh tiba-tiba menopang tubuhku. Aku sempat risih dan heran, tetapi rasa lemas di tubuh ini tak dapat kutahan. Lagi-lagi tatapan laki-laki itu masih sama. Ia melihatku seperti barang aneh. Entahlah mungkin wajahku aneh di matanya.
Hari ini kecerewetanku tiba-tiba hilang. Aku yang biasanya marah jika dipegang atau disentuh laki-laki kali ini lebih memilih diam. Rasanya kaki dan tanganku mulai tak bisa digerakkan dan semua tiba-tiba berubah menjadi gelap.
Entah apa yang terjadi sebelumnya, aku tidak ingat. Aku hanya sadar sekarang tubuh ini berada di ruang kesehatan sekolah bersama laki-laki aneh yang kulihat di pos penjaga sekolah tadi. Kuhela napas kasar karena lagi-lagi dia menatapku seperti itu. Ia menatapku seperti barang aneh, seperti makhluk asing, dan entahlah apa itu namanya yang jelas semua yang aneh-aneh.
"Hei kau! Kenapa melihatku seperti itu?" tanyaku sarkastik.
"Lemah!" Laki-laki itu mendesis pelan, tetapi aku tetap bisa mendengarnya karena dia persis di depanku.
"Apa katamu?" Entah karena alasan apa, aku paling tidak suka dipanggil lemah! Aku tidak lemah, tidak. Tidak ada yang boleh menganggapku lemah. Aku selalu kuat menghadapi pahit getirnya kehidupan ini. Selama lima tahun, aku kuat hidup mandiri dan sekarang tiba-tiba laki-laki aneh ini sok tahu mengatakan aku lemah. Tentu saja aku tidak menerima perkataannya!
"Lemah!" ucap laki-laki itu, tanpa perasaan bersalah. Sungguh, dia sangat menyebalkan.
"Aku tidak lemah!" jawabku ketus.
"Buktinya kau terbaring di sini." Laki-laki itu lagi-lagi menjawab dengan santai seolah bisa menilai orang dengan seenaknya.
"Ya ~!” Aku berteriak marah. “Kau, kau benar-benar menyebalkan!" Aku semakin tak bisa menahan emosi. Laki-laki ini benar-benar membuat kesabaranku menguap.
"Dasar tidak tahu diri! Sudah ditolong malah mengatakan saya menyebalkan! Kau pikir badanmu tidak berat huh?" cerocos laki-laki itu nyaris tanpa titik tanpa koma.
"Kau menggendongku?" Aku heran. Aku benar-benar tidak ingat kalau dia menggendongku. Kapan? Mungkin sekarang alisku bertaut pertanda aku sedang mengingat sesuatu.
"Ye, wae[11] (ya, kenapa)? Sekarang kau mau bilang saya kurang ajar karena sudah menggendongmu?" tebak laki-laki itu semakin sok tahu!
"Aniyo[12] (tidak)! Siapa yang mau mengatakan begitu? Sok tahu!" Aku kembali menekuk wajahku.
"Sudah mengatakan saya menyebalkan, sekarang kau mengatakan saya sok tahu! Dasar perempuan tidak tahu terima kasih!" Laki-laki itu kemudian keluar dari ruang kesehatan sekolah meninggalkanku. Aargh! Menyebalkan!
===================[1] Panggilan sopan untuk kakak kelas yang tidak terlalu akrab
[2] Sayang
[3] Hei/ungkapan kekesalan
[4] Apa kau sudah gila?
[5] Ibu
[6] Ayah
[7] Bibi/Tante
[8] Nenek
[9] guru
[10] Ya
[11] Kenapa
[12] Tidak
Cha Seung Jo POV“Aku pilih Seung Jo Oppa.”“HAH?” Aku dan Mike sontak terkejut mendengar jawaban Kim Na Ra. Tak dapat kusembunyikan senyuman yang tersungging di bibirku.“Kau benar-benar serius memilihku?” tanyaku lagi. Gadis pujaanku hanya mengangguk. “Sudah kukatakan Mike, Na Ra tidak mungkin dengan mudah melupakanku. Ikhlaskan dia untukku! Tidak ada persaingan lagi di antara kita. Kul!” ucapku pada Mike disertai senyuman penuh kemenangan.“Kim Na Ra, kau masih memiliki utang padaku,” ucap Mike membuat aku dan Na Ra mengerutkan kening secara bersamaan.“Utang?” tanya gadisku bingung. Jujur saja, aku juga tak paham dengan perkataan Mike tadi. Sepertinya adikku ingin mencari kesempatan untuk tetap berdekatan dengan kekasihku. Tidak akan kubiarkan!“Kontrak kita belum berakhir dan sesuai perjanjian kau harus tetap menjadi pacar gadunganku selama di sekolah sampai kontrak ini selesai. Lalu kau harus tetap menjadi model fotoku terlepas kau masih pacarku atau pun bukan.” “Ya~ kau tak b
Kim Na Ra POVPikiranku melayang tak karuan saat ini. Aku mulai memikirkan usul konyol Ji Hyun tentang berpura-pura kencan dengan Lee Ki atau menerima Seung Jo Oppa dan Mike menjadi pacar.“Pura-pura berkencan dengan Lee Ki? Tidak! Tidak! Aku tidak mungkin tega menyakiti dan memanfaatkan Lee Ki seperti itu. Menerima Seung Jo oppa dan Mike? Apa memang sebaiknya seperti itu saja? Toh selama beberapa hari ini kedua laki-laki itu aktif dan gencar mendekatiku dengan berbagai cara kan? Mereka selalu saja berlomba-lomba mengantar jemputku sekolah, mengajakku jalan-jalan, bahkan tak jarang mereka bertengkar hanya karena siapa yang pantas untuk mendapatkan perhatian dariku. Sepertinya lebih baik aku menyelesaikan masalah ini secepatnya daripada kedua kakak beradik itu terus menerus bertengkar hanya karena memperebutkan hatiku. Apalagi mereka sendiri yang pernah menawarkanku untuk menerima cinta mereka, jadi keputusan ini sepertinya tidak salah.”Aku bergidik ngeri membayangkan ide gilaku saat
Cha Jung Won POV“Argh! Dave kau benar-benar keterlaluan! Bisa-bisanya kau berbuat curang dengan menjadi guru les musik di SNHS!” gerutuku di dalam kelas.Kuacak rambut frustrasi. Rasanya hati ini tak rela jika Dave akan lebih sering bertemu dengan Kim Na Ra. Itu artinya kesempatanku untuk memenangkan hati gadis itu mulai menipis. Apalagi aku tahu pasti, Kim Na Ra memang pernah menyukai Dave.Gadis mana yang tidak senang jika didekati oleh laki-laki yang ia sukai? Aku takut hati Kim Na Ra akan mulai berpaling dariku. Berpaling? Kuralat ucapanku sendiri. Sebenarnya Kim Na Ra memang tidak pernah terang-terangan membuka atau menutup hatinya untukku. Apa ia pernah menyukaiku? Aku juga tidak tahu. Miris rasanya ketika aku mulai merasakan jatuh cinta. Namun, ternyata rivalku adalah kakakku sendiri. Haruskah kami bertengkar hanya karena seorang gadis?“Jung Won kau kenapa? Sepertinya wajahmu terus menerus ditekuk sejak pagi?” tanya Nam Gil menggodaku.“Nam Gil berhentilah menggodaku! Aku sed
Kim Na Ra POV “Duduklah! Makan bersamaku,” ajak Mike. “Tidak perlu! Aku akan makan bersama Ji Hyun,” tolakku. “Statusmu masih pacarku Kim Na Ra. Semua orang di sekolah ini tahu kalau kau pacarku. Duduk! Temani aku makan,” perintahnya. Dengan terpaksa aku pun ikut duduk di samping Mike. Ia memesankan jjajangmyeon untukku. Akhirnya, kami pun makan bersama di kantin. Tak ada pembicaraan khusus antara kami. Aku lebih banyak diam dan terkesan tak peduli dengan kehadiran Mike. Aku masih bingung harus bersikap seperti apa kepada Mike sekarang. “Kalian sedang apa di sini?” sebuah suara laki-laki mengagetkan aku dan Mike. Refleks kami pun menoleh ke sumber suara, Seung Jo oppa. Ia langsung duduk di sebelah kami tanpa meminta persetujuan apa pun. “Untuk apa kau datang ke sini?” kedua alis Mike bertaut tanda tak suka jika Seung Jo oppa ikut bergabung dengan kami. “Mulai hari ini aku akan mengajar ekskul musik di SNHS. Sekalian mengisi kekosongan selama aku cuti kuliah. Baguskan? Aku dan ka
Cha Seung Jo POV “Dave, aku perlu berbicara denganmu,” panggil Mike padaku. Aku berusaha bersikap tenang meski sebenarnya tangan ini ingin sekali memukul wajahnya sekarang. Emosiku memuncak setiap kali mengingat Mike seenaknya mencium Kim Na Ra. Bahkan, berkali-kali menciumnya! Aargh! Sialan! “Kalau kau ingin memintaku menyerah tentang Kim Na Ra, jawabanku tetap sama. Aku tidak akan pernah melepaskannya untukmu!” Udara yang kuhirup saat ini tidak terasa menyegarkan tetapi menyesakkan. Beberapa kali kukepalkan lenganku berusaha untuk tak bertindak kasar pada adikku. “Aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku tidak akan pernah melepaskan Kim Na Ra untukmu!” ucapnya penuh penekanan. “Mike, pergilah sebelum aku naik pitam,” pintaku. “Kenapa kau harus emosi padaku hah? Aku tidak pernah tahu kalau gadis yang kukencani adalah gadis yang kau sukai!” bentaknya. “Kalau aku tahu, aku tidak mungkin menyukai Kim Na Ra!” tambahnya lagi. “Bajingan! Dia bukan kekasihmu! Sejak kapan dia setuju
Kim Na Ra POV Aku berusaha sekuat tenaga untuk menghindari perasaanku pada Mike. Tidak mungkin aku jatuh cinta padanya bukan? Aku yakin hatiku sepenuhnya masih milik Seung Jo Oppa. Apalagi kemarin Seung Jo Oppa juga sudah menyatakan perasaannya padaku meski tidak secara langsung dan pernyataan itu benar-benar membuatku terbang bak mengawan di langit ke tujuh. Rasanya seperti mimpi dapat kembali bertemu dengannya. Apalagi ternyata lelaki itu juga pernah menyukaiku. Rasanya semesta memang baik padaku. “Yeobseo oppa, aku sudah sampai! Aku tunggu di pojok kanan dekat pintu masuk bioskop ya!” ucapku pada Seung Jo oppa. “Oke. Oppa sedang berjalan ke arah sana.” Kudengar suara khas Seung Jo Oppa di ponselku. Mike tiba-tiba menggenggam tanganku secara posesif. Astaga! Apa maksudnya? Padahal jelas-jelas Seung Jo Oppa akan segera tiba. Argh! Menyebalkan! “Mike jangan pegang-pegang tanganku!” Aku berusaha melepaskan tanganku dari cengkraman Mike. “Shut up, aku akan memperkenalkanmu kepada hy
Cha Jung Won POV “Argh! Dave kau benar-benar keterlaluan! Bisa-bisanya kau berbuat curang dengan menjadi guru les musik di SNHS!” gerutuku di dalam kelas. Kuacak rambut frustrasi. Rasanya hati ini tak rela jika Dave akan lebih sering bertemu dengan Kim Na Ra. Itu artinya kesempatanku untuk memenangkan hati gadis itu mulai menipis. Apalagi aku tahu pasti, Kim Na Ra memang pernah menyukai Dave. Gadis mana yang tidak senang jika didekati oleh laki-laki yang ia sukai? Aku takut hati Kim Na Ra akan mulai berpaling dariku. Berpaling? Kuralat ucapanku sendiri. Sebenarnya Kim Na Ra memang tidak pernah terang-terangan membuka atau menutup hatinya untukku. Apa ia pernah menyukaiku? Aku juga tidak tahu. Miris rasanya ketika aku mulai merasakan jatuh cinta. Namun, ternyata rivalku adalah kakakku sendiri. Haruskah kami bertengkar hanya karena seorang gadis? “Jung Won kau kenapa? Sepertinya wajahmu terus menerus ditekuk sejak pagi?” tanya Nam Gil menggodaku. “Nam Gil berhentilah menggodaku! Aku
Kim Na Ra POV Setelah Seung Jo Seonbae keluar, Ji Hyun langsung mengomeliku. “Na Ra apa yang kau lakukan? Kenapa kau bersikap genit seperti itu di hadapan Seung Jo Seonbae? Ingat Na Ra, kau sekarang tidak sendirian. Dua bulan lalu kau sudah resmi berkencan dengan Jung Won!” tegas Ji Hyun seraya meminum latte kesukaannya. Aku tahu dari ekspresinya Ji Hyun sedang marah padaku. “Ji Hyun ah~ apa sekarang kau sedang cemburu? Apa mungkin kau masih menyukai Mike?” tanyaku. Aku menggigit bibir bawahku. “Astaga! Kim Na Ra pikiranmu sungguh dangkal! Mana mungkin aku masih menyukai Jung Won? Aku hanya tidak suka jika kau menyakitinya hanya karena kau jatuh cinta lagi pada Seung Jo Seonbae. Aku tahu sekali bagaimana kau tergila-gila padanya,” cerocos Ji Hyun seraya menoyor kepalaku. “Kau tenang saja. aku hanya akan berteman dengan Seung Jo Seonbae,” pungkasku yakin. Tak lama setelah percakapan ini selesai. Aku dan Ji Hyun pun memutuskan pulang. Namun, Mike sudah ada di depan café untuk menje
Kim Na Ra POV Saat ini aku sedang berada di sebuah café tempat nongkrong anak muda bersama dengan Ji Hyun. Ji Hyun memintaku untuk menemaninya pergi ke Mall untuk sekadar refreshing dan belanja. Seperti biasa, gadis itu kumat lagi penyakit shopaholicnya. Jika sudah berbelanja, gadis berambut pendek setengkuk itu bisa kalap luar biasa. Segala macam barang yang dia suka akan dibeli tanpa berpikir apakah barang itu penting atau tidak. “Na Ra kulihat kau semakin dekat dengan Jung Won. Aku tidak mengira kau bisa dekat dengannya padahal awalnya kalian saling membenci satu sama lain. Bahkan, sekarang kalian berkencan,” celetuk Ji Hyun. “HAHA dekat? Kau jangan bercanda Ji Hyun, Mike memang raja drama. Cocok sekali jika ia menjadi pemeran opera sabun di televisi. Ji Hyun ah~, kemarin Mike mengajakku ….” Oops! Hampir saja aku buka rahasia mengenai Mike yang menyatakan cinta padaku kemarin. Aku langsung menghentikan ucapanku. TAk perlu lah mengatakan apa-apa karena Ji Hyun mengira aku dan Mike
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Комментарии