Kim Na Ra POV
Setelah tubuh ini terasa lebih baik, aku langsung kembali ke kelas. Aku masih sangat kesal dengan lelaki aneh itu. Semoga saja kami tak pernah bertemu lagi. Kenapa dia dapat menilai orang seenaknya hanya dengan sekali lihat? Dia benar-benar menyebalkan!
"Na Ra, kau baik-baik saja? Tadi aku tak sengaja melihatmu digendong siswa SIHS ke ruang kesehatan," tanya Lee Ki dengan ekskpresi wajah penuh kekhawatiran.
"Aku baik-baik saja, Lee Ki kau tidak perlu mencemaskanku." Aku tersenyum lalu duduk di kursiku. Seberapa keras aku berusaha menjaga jarak darinya, Lee Ki selalu saja berusaha dekat denganku.
"Kenapa kau bisa pingsan seperti tadi? Kalau kau tidak enak badan harusnya kau istirahat saja di rumah, tidak perlu memaksakan diri masuk sekolah." Lee Ki mengomeliku seperti biasanya. Beberapa kali ia menempelkan punggung tangannya di dahiku. Aku segera menurunkan tangan Lee Ki.
"Lee Ki, kumohon berhenti mengkhawatirkanku seperti ini. Aku benar-benar tidak nyaman." Sekali-sekali aku memang harus tegas padanya. Lee Ki terlalu berlebihan dalam memperhatikanku. Aku tahu perasaannya padaku lebih dari sekadar teman dan partner kerja di OSIS, tetapi aku takbisa membalas perasaannya.
"Mianhe, aku hanya takut sakitmu bertambah parah. Oya, siapa lelaki yang menggendongmu? Kau kenal dengan siswa SIHS selain Ji Hyun?" Lee Ki kembali memberondongku dengan berbagai pertanyaan di kepalanya.
"Entahlah, aku tidak mengenalnya. Bagiku, dia sangat menyebalkan!" Kutekuk wajahku kuat-kuat. Pembicaraan kami terhenti ketika guru datang ke kelas dan memberikan pembelajaran.
Suara bel istirahat berbunyi memecah keheningan kelas. Aku segera berlari menuju kantin yang sudah dapat dipastikan penuh total! Bagaimana tidak mengantre? Kantin hanya satu! Memang kantin ini sangat besar, tetapi tetap saja tidak cukup jika digunakan untuk dua sekolah sekaligus.
Sesampainya di kantin, mataku langsung tertuju pada Ahjumma penjual tteokbokk-i pedas langgananku. Sepertinya memakan makanan pedas adalah pilihan yang paling tepat di kala kepala pusing seperti saat ini. Rasanya? Jeongmal masshita[1]! Dijamin sekali coba langsung ketagihan. Nah lho? Kenapa aku malah jadi promosi?
Sambil berjalan kukirimkan pesan LINE kepada Ji Hyun sahabatku sejak kecil, sayang sekali kami tidak satu sekolah. Dia sekolah di Seoul International High School. Maklum saja, Ji Hyun termasuk salah satu chaebol di negara ini. Pasti kedua orangtuanya ingin dia sekolah di sekolah terbaik.
Kim Na Ra
Ji Hyun~ah kau di mana?
Ayo makan sama-sama.
Kang Ji Hyun
Baiklah! Aku sudah pesan makanan.
Aku duduk di meja 15 ya!
Aku langsung berjalan cepat menuju gerai Ahjumma penjual tteogbokk-i di pojok kanan kantin.
"Ahjumma! Pesan tteokbokk-i satu." Suaraku memantul? Aku menatap punggung laki-laki tinggi di bagian depan yang menjadi sumber pantulan suaraku. Dia menoleh dan .... Oh my God! Kenapa harus bertemu laki-laki menyebalkan ini lagi? Memangnya begitu sempitnya ya ini kantin? Sampai-sampai harus bertemu dengan makhluk aneh yang satu ini?
Tidak perlu diceritakan pasti tahu kan apa yang terjadi? Lagi-lagi kami cekcok masalah siapa yang memesan duluan. Untung saja Ahjumma penjual tteokbokk-i ini mengerti dan langsung membuat pesanan kami sekaligus. Jadi, aku tidak perlu lama-lama bertemu dengan laki-laki aneh ini! Setelah menerima tteokbokk-i, aku mendorong tubuh atletis laki-laki aneh itu dengan sebal.
"Minggir!" Emosi rasanya lama-lama berhadapan dengan laki-laki satu ini.
"Kau tidak bisa bersabar sedikit saja huh?" tanya si aneh dengan wajah kesalnya.
"Tidak bisa kalau denganmu!"
...,
"Kau kenapa?" tanya Ji Hyun seraya mengernyitkan dahi setelah aku duduk berhadapan dengannya. "Kenapa wajahmu ditekuk seperti itu?" tanya Ji Hyun lagi.
"I'm feeling bad now! Lagi-lagi aku bertemu dengan laki-laki itu!" jawabku dengan napas kesal. Entah kenapa tiap bertemu laki-laki itu bawaannya ingin marah terus. Anehkan?
"Laki-laki yang kau ceritakan tadi pagi?" tanya Ji Hyun santai. Aku mengangguk dengan bibir manyun beberapa senti.
"Na Ra siapa tahu dia jodohmu!"
"Hish! BIG NO! Biarpun dia termasuk laki-laki tampan, kalau menyebalkan aku tidak suka!"
"Wow! Tampan? Ternyata laki-laki itu tampan ya?" Ji Hyun kenapa malah ikut-ikutan menyebalkan? Wait, wait, apa tampan? Kenapa aku malah memujinya? Oh Kim Na Ra kau sudah gila!
"Ralat! DIA SAMA SEKALI TIDAK TAMPAN!" Aku mencoba meralat ucapanku pada Ji Hyun.
"Sudahlah Na Ra, kau mengaku saja! Kau jatuh cinta pada pandangan pertama pada laki-laki itu, kan?" Ji Hyun malah semakin senang menggodaku. Ia menjulurkan lidahnya padaku.
"Ya~~~! Kang Ji Hyun! aku benar-benar kesal dengan laki-laki itu, tolong kau jangan buat aku semakin kesal!" rengekku pada Ji Hyun. Hanya dengan jurus seperti ini Ji Hyun akan berhenti menggodaku.
"Algaesoyo Kim Na Ra, mianhe! Sudah jangan marah lagi. Aku hanya bercanda. Yuk, makan!" Sedang asyik-asyiknya makan, Ji Hyun tiba-tiba mengacauan keheningan acara makan kami.
"Na Ra, di kelasku ada siswa baru! Sungguh demi apapun! Laki-laki itu jeongmal jal saeng-gyeoss-eo, wajahnya mirip sekali dengan visual Astro." Ji Hyun sangat antusias jika sedang berbicara tentang masalah laki-laki. Semangatnya mengalahkan semangat para pejuang kemerdekaan. Namun, apa hubungannya coba?
"Setampan apa dia? Sampai kau rela membandingkannya dengan visual Astro favoritmu itu?" tanyaku mulai penasaran. Ya, sahabatku Ji Hyun memang tidak pernah salah menilai orang dari segi fisik. Ji Hyun selalu tahu laki-laki paling populer di sekolahku dan sekolahnya. Tidak pernah terlewat satu pun! Amazing-kan?
"Dengar baik-baik, semua laki-laki yang pernah aku kategorikan sebagai laki-laki tampan, semua kalah telak! Tidak ada yang setampan dia Na Ra! Aku yakin sebentar lagi akan ada fans club untuknya. Aku juga yakin kalau kau bertemu dengannya, kau juga akan jatuh cinta pada pandangan pertama padanya."
Aku langsung memasang ekspresi wajah muntah di depan Ji Hyun. "Ji Hyun kau benar-benar berlebihan memuji laki-laki itu!" Aku tertawa renyah menertawakan kekonyolan ucapan Ji Hyun. Setampan apa laki-laki itu?
***
[1] Sangat lezat
Cha Jung Won POV Waktu bergulir tanpa henti. Waktu cepat sekali membawaku sampai di muka kelas. Ruang kelas yang terlihat lebih rapi dibandingkan ruang kelas sekolahku dulu. Jika dulu aku selalu jadi kaum minoritas dengan mata sipit, di sini wajah kami terasa sama. Untung saja wajahku cukup memikat sehingga teman-temanku di London tidak pernah membuatku merasa menjadi minoritas. Mereka baik padaku, pun sebaliknya. Ah, jadi teringat masa lalu. "Neo nugu ni[1]?" Tiba-tiba suara Seonsaengnim perempuan yang terdengar cempreng membingungkanku. "Siapa? Siapa yang siapa?" Aku menoleh ke arah belakangku. Melarak-lirik sekeliling, barang kali ada si siapa yang di maksud Seonsaengnim itu. "Kau!" Aku diam sejenak mengartikan tiap huruf yang keluar dari mulut guru itu. Kenapa aku tiba-tiba bodoh begini? Apa semua karena Kim Na Ra, gadis sombong itu? Ah, sudahlah Mike fokus pada sekolahmu saja. “Oh, saya? Joneun[2] Cha Jung Won, Seonsaengnim." Terdengar beberapa keributan kecil di bagian temp
Kim Na Ra POV “Na Ra, benarkan yang aku katakan, Cha Jung Won fans club benar-benar ada!” ujar Ji Hyun menggebu-gebu. Ji Hyun selalu punya banyak waktu untuk membicarakan laki-laki tampan seperti sekarang. Bahkan, sejak laki-laki itu sekolah sebulan yang lalu, tidak henti-hentinya dia bercerita tentang laki-laki itu. Ji Hyun mengatakan bahwa sikap Cha Jung Won sangat dingin sedingin es pada perempuan. Meskipun dingin, Jung Won termasuk siswa cerdas dalam mata pelajaran apapun. Pesonanya yang luar biasa di atas rata-rata membuat setiap wanita jatuh cinta dan masih banyak cerita lainnya. “Lalu? Kau juga jatuh cinta padanya?” cecarku. Aku sangat yakin kali ini Ji Hyun tidak hanya sekadar suka pada Jung Won hanya karena laki-laki itu tampan. Sepertinya Ji Hyun benar-benar sudah jatuh cinta pada Jung Won. “Ani, Anieyo! Jinjja anieyo[1]!” ucapnya gugup. Aku tahu jika saat ini Ji Hyun sedang berbohong padaku. “Benarkah? Apa kau tidak membohongiku? Jujur saja kau menyukainya lebih dari sek
Cha Jung Won POV Aku sudah sekolah di SIHS selama satu bulan. Benar dugaanku, fans club season 2 benar-benar muncul. Sama halnya seperti di London, anggota fans club di sini juga beragam mulai dari gadis paling cantik sampai gadis paling biasa saja. Kalian tahu? Tiap pagi selalu saja ada kado di atas mejaku mulai dari coklat, baju, sepatu, makanan, minuman, dan masih banyak yang lainnya. Kalau mereka langsung memberikannya padaku pasti sudah aku tolak mentah-mentah. Mereka pikir aku tidak mampu? Sampai harus diberikan sumbangan? Selama sebulan ini aku hanya dekat dengan Heo Joon Jae. Salah satu teman sekelasku. Aku memang tipe laki-laki yang dingin terhadap perempuan. Rasanya enggan kalau harus memberikan harapan palsu. Sumbangan-sumbangan itu pasti aku berikan pada Joon Jae atau aku bagikan pada temen-temen di kelas. Kulihat Joon Jae masih sibuk memilah-milah sumbangan mana yang akan ia bawa sebelum akhirnya sumbangan itu berpindah tangan ke teman-teman yang lain. Dia memilih kaos b
Kim Na Ra POV Sepulang sekolah aku langsung mandi dan ganti baju. Aku bersiap untuk kerja paruh waktu di sebuah coffeshop terkenal di daerah Namdaemun-ro, Myeong-dong. Untuk sampai ke sana, hanya perlu waktu sekita 15-20 menit saja mengingat lokasi runah atapku yang berada di Insadong. Aku mengenakan seragam kerja dan memoles wajah dengan make up. Kucepol rambut panjangku dengan jepit hitam. Kuambil tas kecil dan berjalan menuju gang depan rumah atapku. Aku berjalan beberapa meter ke halte bus. Tak berapa lama bus tujuanku tiba dan aku langsung menaikinya. Sesampainya di tempat kerja, aku langsung membereskan cangkir-cangkir kopi yang sudah tidak dipakai oleh pelanggan, mengambilkan pesanan, dan melayani tamu. Badanku terasa pegal. Jam di lenganku menunjukkan pukul sembilan malam. Aku beristirahat sejenak di tempat kasir menggantikan temanku yang ingin ke toilet. Seorang pelanggan mengantre di depan meja kasir memesan tiga gelas sexagintuple vanilla bean mocha frappuccino. Daebak!
Cha Jung Won POV “K A U?” Mata gadis itu terbelalak saat menatapku. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa gadis ini harus bekerja seperti ini? Apakah orangtuanya menelantarkannya? “Ikut aku!” Aku mencengkram lengannya dengan cukup kencang. “Ke mana? Ini sudah malam aku mau pulang! Kau jangan macam-macam padaku.” Ini pertama kalinya gadis itu berbicara dengan memakai kosakata banmal padaku. Namun, aku tidak peduli! Lagi pula aku juga sudah terbiasa memakai kosakata banmal padanya. “Ternyata kau orang yang terlalu percaya diri! Siapa juga yang mau berbuat macam-macam padamu? Aku hanya akan mengantarmu pulang.” Gadis ini sungguh terlalu percaya diri. Aku hanya kasihan padanya. Ini sudah malam, tak baik seorang gadis keluyuran malam-malam. “Mengantarku? Untuk apa kau repot-repot mengantarku? Kau dan aku tidak seakrab itu untuk saling mengantar.” Gadis ini benar-benar keras kepala. Padahal, aku hanya berniat baik, tetapi dia sama sekali tak melihat kebaikanku. “Sekarang sudah larut ma
Cha Jung Won POV “Saranghae[2]~~ Jung Won,” ucap Yoon Na. Perempuan ini benar-benar tidak mempunyai rasa malu. Berani sekali mengungkapkan perasaannya pada laki-laki. “Aku sudah tahu!” jawabku. “Lalu?” Kening Yoon Na berkerut. “Apa kau sudah selesai berbicara denganku? Sekarang aku sibuk. Aku mau latihan basket. Minggu depan ada lomba.” tukasku. “Jung Won ah~~ aku sudah mengungkapkan isi hatiku padamu dan kau seenaknya saja meninggalkanku?” Yoon Na memegang lenganku. Gadis ini selalu saja memegangku seenak jidatnya. Sudah jelas, aku paling tidak suka dipegang-pegang. “Lepas! Apa kau tidak malu mengejarku?” Kuhempaskan lengannya kasar. “Tidak. Sama sekali tidak. Aku tidak akan pernah menyerah sampai kau benar-benar membalas perasaanku.” Yoon Na sama sekali tak terintimidasi dengan sikap kasarku. Argh! Aku benar-benar tertekan dengan fandom seperti dia. “What ever! I don’t care anything about you! Bikyeo![3]” Aku pergi meninggalkan Yoon Na yang berdiri dipinggir lapangan basket.
Kim Na Ra POV Han Na Seonsaeng-nim sedang sibuk menjelaskan materi Seni Rupa di layar proyektor. Kali ini aku benar-benar tak dapat berkonsentrasi dengan baik. Pikiranku melayang-layang tak karuan. Aku masih sibuk memikirkan si laki-laki aneh yang semalam sukses mengantarkanku pulang. Dia terheran-heran melihat aku yang hidup di rumah atap. Berulang kali dia bertanya ke mana orangtuaku, tetapi aku malas menjawabnya. Untuk apa? Itu urusan pribadiku. Lagi pula dia bukan siapa-siapa! Dia adalah laki-laki teraneh yang pernah aku temui. Tatapannya selalu aneh padaku. Seperti ada banyak pertanyaan yang muncul di otaknya tentangku. Padahal, kami sama sekali tidak pernah saling mengenal satu sama lain. Kenapa dia harus penasaran tentang hidupku? “Kim Na Ra!” Teriakan Han Na Seonsaeng-nim membuyarkan lamunanku. “Ye~~ Seosaeng-nim?” tanyaku gelagapan. “Kau sama sekali tidak memerhatikan pembelajaran! Saya sedang menjelaskan pelajaran! TOLONG PERHATIKAN!” Han Na Seonsaeng-nim memelototkan ma
Cha Jung Won POV Peluh menetes satu demi satu di keningku. Aku baru saja menyelesaikan pertandingan dengan hasil memuaskan. Tim basketku masuk final. Tim cheers bersorak riang, begitu pula dengan tim supporter dari sekolahku. “DAEBAK! Jung Won! Kau benar-benar luar biasa!” puji Joon Jae. Matanya berbinar-binar. Aku akui, hari ini aku sangat luar biasa karena berhasil membuat harum nama sekolah baruku. Padahal hal ini sudah sering terjadi ketika aku masih di London. “Jung Won chughahae![1] selangkah lagi kau bisa membuat sekolah kami menjadi juara,” puji Se Gyeong. Salah satu fans-ku selain Yoon Na. “Gomawo[2]!” jawabku. “Ini untukmu!” Se Gyeong menyodorkan sebotol minuman isotonic padaku. “Tidak perlu!” tolakku. Se Gyeong membawa kembali minumannya dan duduk kembali di kursi penonton. Kulihat raut wajahnya kecewa, biarlah daripada aku menerimanya lalu dia berharap lebih padaku, itu lebih kejam. “Terima saja minuman dari Se Gyeong! Apa susahnya? Kau terlalu jual mahal Jung Won!”