Share

Bab 5: Cowok Aneh

Kim Na Ra POV

“Na Ra, benarkan yang aku katakan, Cha Jung Won fans club benar-benar ada!” ujar Ji Hyun menggebu-gebu. Ji Hyun selalu punya banyak waktu untuk membicarakan laki-laki tampan seperti sekarang. Bahkan, sejak laki-laki itu sekolah sebulan yang lalu, tidak henti-hentinya dia bercerita tentang laki-laki itu. Ji Hyun mengatakan bahwa sikap Cha Jung Won sangat dingin sedingin es pada perempuan. Meskipun dingin, Jung Won termasuk siswa cerdas dalam mata pelajaran apapun. Pesonanya yang luar biasa di atas rata-rata membuat setiap wanita jatuh cinta dan masih banyak cerita lainnya.

“Lalu? Kau juga jatuh cinta padanya?” cecarku. Aku sangat yakin kali ini Ji Hyun tidak hanya sekadar suka pada Jung Won hanya karena laki-laki itu tampan. Sepertinya Ji Hyun benar-benar sudah jatuh cinta pada Jung Won.

“Ani, Anieyo! Jinjja anieyo[1]!” ucapnya gugup. Aku tahu jika saat ini Ji Hyun sedang berbohong padaku.

“Benarkah? Apa kau tidak membohongiku? Jujur saja kau menyukainya lebih dari sekadar fangirl kan?” ucapku seraya memakan menu set di kantin. Kusuapkan bulgogi ke mulutku. Sungguh, bulgogi ini sangat nikmat apalagi ditambah dengan harganya yang sangat ramah di kantong siswa sepertiku. Jujur saja, aku hanya bisa perbaikan gizi ketika makan di sekolah. Jika di luaran sana, aku lebih sering memakan ramyeon atau kimbap saja. 

 “Ah~~ Molla[2]! Jangan mencecarku dengan pertanyaan-pertanyaan aneh, Na Ra!”

“ Ah, ternyata Ji Hyun-ku benar-benar sudah jatuh cinta. Kau tidak usah malu, aku pasti akan mendukungmu, tenang saja.” Selama ini Ji Hyun hanya senang membicarakan laki-laki tampan tapi dia tidak pernah benar-benar menyukainya. Bahkan, selama ini dia tidak pernah berpacaran.

“Kau sendiri bagaimana? Apa kau menyukai seseorang?” tanya Ji Hyun seolah mengalihkan perhatianku.

“Hm, ani.” Aku menggeleng. Jujur saja, aku masih terbayang cinta pertamaku yang tak terbalaskan. Laki-laki itu kakak kelasku di Sekolah Terpadu Nanyang. Dulu aku masih gadis dekil yang tidak bisa berdandan yang duduk di kelas 7 sedangkan dia duduk di kelas 11. Dia adalah laki-laki paling popular di sekolah. Ketampanannya bertambah karena dia mahir bermain musik dan atlet basket. Selain itu, dia juga ketua OSIS. Perfect! Sejak dia lulus, aku tidak pernah bertemu lagi dengannya. Dari gossip yang kudengar, dia pindah ke luar negeri dengan orangtuanya.

“Na Ra? Apa yang kau lamunkan? Kau masih memikirkan Seung Jo Seonbae?”

“Ng? Sedikit. Lagi pula dia tidak mungkin mengingatku, bahkan mungkin tidak pernah mengenalku.” Sesakit itu? Ya, sesakit itu rasa cinta yang bertepuk sebelah tangan.

"Aku tak mengira kau masih menyukainya. Lupakanlah dia Na Ra! Sudah 4 tahun kau tak pernah tahu kabar Seung Jo Seonbae. Apa kau tak mau mencoba menjalin hubungan dengan laki-laki lain? Lee Ki misalnya. Bukankah Lee Ki pernah menyatakan perasaannya padamu?" Ah, Ji Hyun andai melupakan semudah itu, pasti sudah lama kulakukan. Sayangnya, aku tak mampu menghilangkan Seung Jo Seonbae dari hatiku. 

"Aku belum tertarik untuk berpacaran Ji Hyun. Lagipula aku tak memiliki perasaan apapun pada Lee Ki selain hanya teman satu kelas dan partner di OSIS." Aku kembali menyendokkan nasi dan lauk ke mulutku. Hening beberapa saat karena kami sibuk dengan makanan masing-masing sampai akhirnya Ji Hyun kembali membicarakan Cha Jung Won.

“Na Ra, sudah tiga hari ini di motor Jung Won tersimpan banyak hadiah. Mulai dari cake, minuman mahal, sepatu, kaos, smartwatch, coklat, ah jinjja dia benar-benar laki-laki paling popular saat ini di SIHS. Lalu yang membuatnya semakin keren, dia tidak pernah mau menerima hadiah-hadiah itu. Bahkan, dia menganggap semua itu hanya sumbangan yang tak layak untuk dipertimbangkan. Ah, dia benar-benar pintar menjaga image. Dia lebih senang membagikan hadiah-hadiah itu di kelas,” cerocos Ji Hyun panjang lebar. Kalau sudah membicarakan Cha Jung Won, Ji Hyun ahlinya.

“Sombong!” komentarku.

“Kesombongannya tertutup dengan wajah tampannya Na Ra.” Ji Hyun mulai menggila. Sudah jelas laki-laki itu sombong, kenapa dia masih menyukainya?

“Baiklah aku tidak akan berdebat denganmu, sulit bicara dengan orang yang sedang jatuh cinta,” ledekku.

“Ani! Anieyo! Aku tidak jatuh cinta Na Ra.” Ji Hyun memberengutkan wajahnya.

“HAHA. Geojismal[3]! Sudah jelas kau jatuh cinta masih saja mengelak!” ledekku.

“Ah~~~ molla!” Ji Hyun semakin memberengutkan wajahnya.

                                                            ***

Suara bel pulang berbunyi dengan kencang. Aku langsung membereskan buku-bukuku dan bergegas untuk pulang. Song Yi teman sekelasku mengajakku untuk rapat OSIS mengenai lomba basket antar sekolah yang akan dilaksanakan di sekolahku. Selaku wakil ketua OSIS aku wajib ikut dalam rapat ini.

“Saya mau dengar laporan dari tim dana dan sponsorship,” ucap Lee Ki selaku Ketua OSIS di SNHS.

“Sejauh ini dana yang sudah terkumpul sebesar 3.000.000 won. 1.200.000 won dari sponsor, sisanya dari uang pendaftaran lomba. Dana yang sudah digunakan 1.354.400 won untuk pembelian hadiah, medali, konsumsi, dan tips juri," jelas Song Yi.

“Bagaimana dengan laporan dari tim dekorasi dan acara?”

“Untuk dekorasi kami memerlukan dana sekitar 300.000 won untuk membayar vendor.”

“Undangan acara sudah disebar?” tanya Lee Ki.

“Sudah.”

“Rapat cukup sampai di sini. Minggu depan di hari Senin kita akan rapat kembali,” pungkas Lee Ki. Anggota OSIS membubarkan diri. Tiba-tiba Lee Ki menghalau jalanku.

“Na Ra tunggu. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” ucap Lee Ki. Kutebak Lee Ki pasti ingin bertanya mengenai jawabanku. Sudah lama dia mengungkapkan perasaannya padaku. Aku bingung karena hatiku masih milik Seung Jo Seonbae. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan Lee Ki. Dia tampan, pintar, kaya, good boy, ketua OSIS pula. Namun, entah kenapa aku tidak dapat menerima hatinya. Lagi pula aku tidak berminat untuk menjalin hubungan dengan laki-laki. Aku hanya ingin lebih fokus belajar, kerja, dan yang paling penting hatiku masih milik Seung Jo Seonbae.

“Apa yang ingin kau katakan?” tanyaku.

“Sampai kapan kau akan menghindariku? Aku hanya ingin kepastian darimu. Aku lelah mengejarmu. Setiap kali aku bertanya tentang jawabanmu, kau selalu menghindar! Apa kekuranganku untukmu? Perempuan lain mengantre ingin menjadi pacarku, kenapa kau malah bersikap sebaliknya?” Jelas sekali Lee Ki terlihat putus asa. Wajar saja ia sudah mengejarku sejak duduk di kelas X. Apa aku harus menolaknya hari ini?

“Lebih baik kita bicarakan ini lain kali.” Lagi, kucoba menghindar. Aku benar-benar tak ingin pertemanan kami berantakan hanya karena aku menolaknya. Benarkah yang kulakukan atau justru perbuatanku ini seolah mempermainkan hati Lee Ki seperti pendapat Song Yi?

“Tidak ada lain kali. Aku mau jawabanmu sekarang. Sudah cukup waktuku menunggumu selama 1 tahun Na Ra.” Lee Ki mencengkram lenganku. Mungkin memang lebih baik kuakhiri penantiannya hari ini.

“Mianhe, aku tidak bisa menerima perasaanmu. Mulai sekarang kau tidak perlu memperhatikanku lagi. Kau bisa mendapatkan perempuan mana pun di sekolah ini kecuali aku.” Aku langsung pergi meninggalkan Lee Ki. Ia sempat memanggil namaku. Namun, aku tak menghiraukannya.

                                                            ***

Suara klakson motor yang cukup kencang memekak telingaku. Aku terkejut dan terjatuh. Aku segera bangun dan menghampiri si pengendara motor yang seenaknya. Apa dia tidak memiliki mata? Sampai-sampai ia hampir menabrakku? Ah, benar-benar menyebalkan!

“Ya~~! Turun!” hardikku. Si pengendara membuka helm full face-nya. “Kau?” Mataku membulat ketika tahu si pengendara motor adalah laki-laki aneh yang super menyebalkan itu. Padahal sudah satu bulan kami tak bertemu, kenapa sekarang harus bertemu? Ergh!

“Kau mau mati hah?” bentaknya.

“Kau, kau berani membentakku? Cepat minta maaf!” timpalku. Laki-laki ini benar-benar menguras habis emosiku.

“What ever! Minggir!” Si laki-laki aneh menghempaskan lengannya di depanku. Dasar idiot!

“Jalanan ini masih luas, kau tidak perlu repot-repot mengusirku!” Entah karena alasan apa? Aku selalu terbawa emosi jika bertemu dengan laki-laki ini. Sampai saat ini aku tidak tahu namanya siapa? Omo! Untuk apa aku tahu namanya? Tidak perlu. Dia manusia paling idiot yang pernah kutemui.

“Naik!” perintahnya padaku.

“Hah?” Apa pendengaranku bermasalah? Apa katanya? Naik? untuk apa dia memintaku naik ke motornya?

“Ppalli[4]!” Malaikat mana yang tiba-tiba merasukinya? Mengapa laki-laki ini tiba-tiba baik? Tapi sebenarnya dia memang baik, pernah menolongku juga, tapi sayang menyebalkan!

“Andwae[5]!” Aku langsung pergi meninggalkan dia. Sebenarnya dia itu siapa? Dia benar-benar aneh!

                                                            ***

[1] Tidak, sumpah tidak kok (kurang lebih begitu artinya kalau diartikan dalam bahasa Indonesia)

[2] Enggak tahu ah! (kurang lebih begitu artinya kalau diartikan dalam bahasa Indonesia)

[3] bohong

[4] cepetan

[5] Enggak mau

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status