Kim Na Ra POV Han Na Seonsaeng-nim sedang sibuk menjelaskan materi Seni Rupa di layar proyektor. Kali ini aku benar-benar tak dapat berkonsentrasi dengan baik. Pikiranku melayang-layang tak karuan. Aku masih sibuk memikirkan si laki-laki aneh yang semalam sukses mengantarkanku pulang. Dia terheran-heran melihat aku yang hidup di rumah atap. Berulang kali dia bertanya ke mana orangtuaku, tetapi aku malas menjawabnya. Untuk apa? Itu urusan pribadiku. Lagi pula dia bukan siapa-siapa! Dia adalah laki-laki teraneh yang pernah aku temui. Tatapannya selalu aneh padaku. Seperti ada banyak pertanyaan yang muncul di otaknya tentangku. Padahal, kami sama sekali tidak pernah saling mengenal satu sama lain. Kenapa dia harus penasaran tentang hidupku? “Kim Na Ra!” Teriakan Han Na Seonsaeng-nim membuyarkan lamunanku. “Ye~~ Seosaeng-nim?” tanyaku gelagapan. “Kau sama sekali tidak memerhatikan pembelajaran! Saya sedang menjelaskan pelajaran! TOLONG PERHATIKAN!” Han Na Seonsaeng-nim memelototkan ma
Cha Jung Won POV Peluh menetes satu demi satu di keningku. Aku baru saja menyelesaikan pertandingan dengan hasil memuaskan. Tim basketku masuk final. Tim cheers bersorak riang, begitu pula dengan tim supporter dari sekolahku. “DAEBAK! Jung Won! Kau benar-benar luar biasa!” puji Joon Jae. Matanya berbinar-binar. Aku akui, hari ini aku sangat luar biasa karena berhasil membuat harum nama sekolah baruku. Padahal hal ini sudah sering terjadi ketika aku masih di London. “Jung Won chughahae![1] selangkah lagi kau bisa membuat sekolah kami menjadi juara,” puji Se Gyeong. Salah satu fans-ku selain Yoon Na. “Gomawo[2]!” jawabku. “Ini untukmu!” Se Gyeong menyodorkan sebotol minuman isotonic padaku. “Tidak perlu!” tolakku. Se Gyeong membawa kembali minumannya dan duduk kembali di kursi penonton. Kulihat raut wajahnya kecewa, biarlah daripada aku menerimanya lalu dia berharap lebih padaku, itu lebih kejam. “Terima saja minuman dari Se Gyeong! Apa susahnya? Kau terlalu jual mahal Jung Won!”
Kim Na Ra POV “Seonbae, kau tidak perlu berharap lagi padaku. Aku secara resmi akan memperkenalkan pacarku padamu, Kim Na Ra.” WHAT? Apa katanya? PACARKU? Sejak kapan aku menjadi pacarnya? Mataku membulat mendengar pernyataan Mike barusan. Iblis! Laki-laki ini benar-benar iblis! Kulihat perempuan di sebelahnya terkejut dan terperangah tak percaya. “DIA? Perempuan biasa ini? Pacarmu?” Perempuan itu tertawa sinis merendahkanku. Suaranya melengking menusuk telinga! Apalagi dia berbicara setengah berteriak, membuat semua mata tertuju padaku. Apa lagi kata-katanya sangat tajam. Sepertinya perempuan ini perlu disumpal mulutnya supaya tidak asal bicara! “Iya. Dia pacarku, jadi kau tidak perlu mengejar-ngejarku lagi.” Kulihat beberapa perempuan di kursi penonton terbelalak tak percaya. Mereka seolah menahan napas kecewa. “Tunggu! Ini hanya kesalahpahaman. Aku bukan pacarnya.” Aku buru-buru menolak pengakuan Mike tadi. Mike GILA! “Jagiya! Kenapa kau tidak mau mengakuiku? Kau tidak perlu m
Kim Na Ra POV “Deal?” tanya Mike seraya menyodorkan tangan kanannya padaku. “Deal!” sahutku. Setelah kejadian kemarin, sepulang sekolah Mike tiba-tiba datang ke kompleks rumah atapku. Lelaki ini memang benar-benar menyebalkan! Sikapnya benar-benar di luar ekspektasi. Tanpa basa-basi dia memintaku menjadi kekasihnya. Awalnya jelas kutolak, tetapi setelah diskusi yang sangat panjang termasuk pasal-pasal larangan yang boleh dan tidak boleh dilakukan akhirnya aku pun setuju dengan kontrak berpacaran selama enam bulan. “Mengenai ucapanmu kemarin, apakah itu benar?” tanyaku. “Mueo?[2]” Dia malah balik bertanya. Kedua alis tebalnya bertaut. “Ucapanmu tentang aku yang selalu hadir dalam mimpimu.” “Maj-a![3] Kau memang selalu muncul dalam mimpiku. Mungkin itu cara Tuhan menunjukkan bahwa kau tercipta untuk menjadi modelku.” Lelaki itu menyilangkan kakinya dengan santai di atas sofa rumah atapku. “Ergh! Aku tidak menyukai foto!” timpalku cemberut. “Tapi mulai hari ini kau harus menyukai
Cha Jung Won POV "Jung Won! Kau sudah membaca papan pengumuman di lantai bawah?" tanya Joon Jae seraya menepuk pundakku. Aku yang sedang sibuk memainkan kameraku sambil sesekali memotret ke arah luar jendela langsung menoleh ke sumber suara. "Belum, kenapa?" sahutku seraya menggedikkan bahu. Kusimpan kameraku di atas meja lalu duduk berhadapan dengan Joon Jae. "Ada pengumuman lomba fotografi. Bukankah kau sangat menyukai fotografi?" timpal Joon Jae antusias. Tanpa memedulikan Joon Jae, aku langsung keluar dari kelas menuju lokasi papan pengumuman di lantai 1. Aku berjalan setengah berlari melewati koridor kelas XI dan menuruni empat buah anak tangga yang dibuat melingkar. Ada beberapa siswi perempuan yang histeris saat melihatku lewat. Ada juga yang diam-diam mengambil gambar wajahku di ponselnya. Ah, aku tidak peduli dengan penggemar-penggemarku yang semakin bertambah semenjak aksi basketku mencuat. Hal terpenting saat ini adalah aku harus segera sampai di lantai 1 untuk melihat p
Kim Na Ra POV Nada dering telepon membuatku terbangun dari tidur nyenyak ini. Huh! Siapa yang berani menganggu waktu istirahatku? Ini masih sangat pagi! Ya Tuhan! Dengan setengah terpaksa kubuka mata dan meraih ponselku. “Yeobseyo! Nugusijiyo[1]?” tanyaku dengan mata masih terpejam. “Keluarlah! Aku menunggu di bawah,” ucap seorang laki-laki di seberang telepon. Kulihat layar ponselku. MIKE? Aku segera keluar dari rumah mengintip di balik anak tangga di rumah atapku. Kulihat Mike bertengger manis di depan mobil merahnya. Untuk apa lagi dia datang ke mari? Bukankah perjanjian kami dua hari lalu sudah selesai? Anak gadis Ahjumma pemilik minimarket di bawah rumah atapku sibuk mencari perhatian Mike. Akan tetapi, laki-laki itu sama sekali tidak memedulikannya. Ia pergi dan menaiki anak tangga menuju rumah atapku. Ah, eotta[2]? Aku sama sekali belum membersihkan diri! Mike, kenapa kau harus datang sepagi ini? Kudengar beberapa kali dia mengetuk pintu. Kucepol rambutku sembarangan. Aku
Cha Jung Won Dengan santai aku menunggu di ruang tamu rumah atapnya si muse. Hari ini hari pertama kami berkencan sekaligus hunting foto setelah kami sepakat untuk kontrak berpacaran. Aku ingin mendapatkan foto-foto candid gadis itu. Aku akan mengajaknya ke Eurwangni beach. Sebuah pantai yang terletak di dekat Seoul tepatnya di dekat Bandara Internasional Incheon. Kupilih pantai ini karena perjalanan ke sana hanya memakan waktu 1,5 jam. Eurwangni Beach cukup terkenal karena pemandangan yang indah serta pasir putih yang bersih. Air pantai yang dangkal membuat tempat ini sempurna untuk lokasi berenang anak-anak. Fasilitas yang diberikan pantai ini antara lain penginapan dan restoran dengan beragam makanan laut segar. Menikmati sajian makan malam di salah satu teras restoran merupakan cara terbaik untuk melihat sinar matahari yang memudar dari cakrawala. Para wisatawan juga dapat menyewa perahu nelayan ataupun menyewa alat pancing untuk sekadar mencari ikan di pinggir dermaga. Bukan h
Kim Na Ra POV “Oh, ini ya, perempuan tak tahu diri yang berani-beraninya mendekati Jung Won!” Gadis bermulut pedas itu menjambak rambutku dengan kencang. Wajahnya cukup kuingat, dia adalah gadis yang bersikukuh ingin menjadi kekasih Mike waktu acara pertandingan basket. Sumpah perempuan ini benar-benar tak tahu malu! Sampai rela mengejar-ngejar laki-laki seperti ini! “Lepas!” Aku berusaha melepaskan cengkraman gadis itu yang cukup keras dan kasar. Kenapa harus ada manusia tidak punya otak seperti gadis ini? “Heh jalang! Kau memiliki kelebihan apa sampai Jung Won bertekuk lutut padamu? Cantik? Tidak! Tinggi? Tidak! Populer? Juga tidak! Kau bukan apa-apa bila dibandingkan denganku!” teriaknya seraya mendorong tubuhku ke tembok. Punggungku berdembam menyentuh tembok belakang sekolah. Perempuan ini benar-benar terlalu percaya diri! “Aw! Ya~ bukan salahku jika Mike menyukaiku! Seharusnya kau yang introspeksi diri kenapa Mike tidak menyukaimu!” gertakku. Meski tubuhku lebih kecil dibandi