Kalian pernah berpikir nggak, setiap pasangan kekasih di dunia ini kadang nggak adil buat kita. Ganteng sama cantik, gagah sama seksi, kaya sama kaya. Atau begini, cowok ganteng miskin sama cewek jelek, tapi kaya. Atau sebaliknya, cewek cantik miskin sama cowok jelek, tapi kaya. Nah, loh? Sampai di sini kalian bisa mikir nggak, ada kejanggalan yang sangat kentara dari ciri pasangan yang aku sebutkan? Kalau kalian masih belum mengerti, coba kalian lihat di salah satu tempat yang sangat terlihat jelas. Mall! Ya, Mall!! Dimall, kalian bisa lihat ratusan pasangan yang berjalan beriringan dan bergandengan tangan. Dari sekian banyak pasangan coba kalian perhatikan, yang memiliki tingkat kepercayaan diri tinggi itu siapa?
Hari ini aku sampai di sekolah satu jam lebih awal. Aku berjalan santai seraya berkeliling melihat-lihat. Aku berdecak kagum karena sekolah ini sungguh megah dan besar. Kelasku ada di lantai 3, sedangkan sekolah ini ada 7 lantai. Ada liftnya juga, lagi.Wow kereeen....Sesungguhnya sampai sekarang aku nggak pernah nyangka bisa masuk di sekolah elit ini. Karena hampir semuanya di sini dari kalangan atas. Dengar-dengar sih siapa yang menjadi donatur terbesar, maka ia akan berada di urutan kelas pertama. Ketika ditanya akan kebenarannya, pihak sekolah sering membantah dengan berbagai alasan, tapi kenyataan selalu berkata lain. Anehnya, sekolah ini tetap menjadi salah satu sekolah yang paling diinginkan semua siswa, karena selain besar dan megah layaknya istana, fasilitas sekolah di sini sangat lengkap, semua gurunya pun teruji kualitas dan kemampuannya.Ada yang bingung kenapa aku bisa masuk
Ada nggak yang sesial aku hari ini? Gara-gara tantangan bodoh itu semalaman aku nggak bisa tidur, sibuk memikirkan kalimat apa yang cocok kugunakan untuk merayu Kak Kevan. Akhirnya hari ini akufix telat. Nggak tanggung-tanggung, telatku sudah melewati batas wajar. Hampir 1 jam. Kalian mau tahu aku sekarang di mana? Aku sekarang berada di ruang OSIS dan dikepung 35 anggota OSIS, lengkap. Di depanku ada Kak Farah yang berkacak pinggang, gayanya seperti mau ngajak berantem. "Sengaja lo ya, mentang-mentang hari ini hari terakhir acara MOS, lo mau buat sensasi datang semaumu, hah!" Cara bicaranya sudah nggak seformal seperti kemarin-kemarin. Sudah pakai elo, gue, sama kayak Kak Alvin dan Kak Ari. Lalu matanya melirik ke arah kalungku yang berbahan tali rafia.
Sesampainya di panti asuhan Cinta Kasih, kami segera turun dari bus.Khusus untuk para murid yang memperoleh tanda tangan anggota OSIS di bawah 20 orang, termasuk aku, berhak mendapat hukuman mengangkat semua barang bawaan yang akan disumbangkan untuk anak panti.Nggak peduli cewek maupun cowok, semua harus saling bantu angkat barang dan segera dimasukkan ke dalam aula panti.Setelah semua bawaan diturunkan dari tiga truk pengangkut barang, mataku langsung membulat sempurna. Ini sih bukan sumbangan biasa namanya, melainkan lebih pantas disebut pameran barang mewah.Mulutku terbuka lebar, takjub. Baru kali ini aku melihat sumbangan yang segini banyak dan mewahnya.Mataku masih meneliti dan menghitung barang apa aja yang keluar dari truk-truk itu. Di antaranya ada sofa, tv layar datar 50 inchi, komputer, laptop, lemari, kipas angin besar,&n
Ini hari yang paling ditunggu-tunggu untuk anak remaja sepertiku. Sekolah baru, suasana baru, teman baru, guru baru dan gebetan baru, hehehe.Ini hari pertamaku masuk sekolah dengan memakai atribut SMA Bakti Airlangga. Semalam sudah kupersiapkan semua perlengkapan sekolahku. Jam wekerku juga sudah ku-setting dua jam sebelum jadwal bangun biasanya.Sekarang aku di depan gerbang sekolah, tersenyum ceria dan merentangkan tanganku lebar-lebar sambil menatap logo SMA Bakti Airlangga. Tak kuhiraukan tatapan aneh dari setiap murid yang melewatiku. Aku hanya ingin menikmati rasa bangga dan bahagia ini.Aku berjalan memasuki gerbang dan menyapa Pak Satpam penjaga gerbang yang bertubuh tinggi besar dan memiliki kumis mungil tersembul lucu dari atas bibirnya."Selamat pagi, Pak...," sapaku Ceria."Selamat pagi, Nona," kata Pak Satpam
Bel istirahat telah berbunyi.Para murid segera bersiap-siap keluar sebelum Pak Mamat yang bertugas mengunci semua kelas, keburu datang.Belum lima menit Pak Joko keluar dari pintu, terlihat sudah banyak cewek dari berbagai penjuru kelas berdatangan, berdesakan meneriaki nama Kenn dan Tomi.Saat Kenn dan Tomi berjalan hampir sampai pintu, tiba-tiba para cewek itu memisah menjadi dua kelompok dan berebut mendekati mereka. Membuat dua lingkaran mengelilingi Kenn dan Tomi.Aku dan Dara hanya bisa diam—masih di tempat kami duduk—memperhatikan dari jauh."Liat tuh, Frel. Fans Kenn lebih banyak ketimbang Tomi. Kalah saingan tuh anak," bisik Dara. Aku terkikik geli.Kalau mau jujur, para cewek yang mengelilingi Kenn memang lebih banyak ketimbang Tomi."Emang pesona Kenn nggak ada yang bisa ngalahin.
"Gue mau pesan soto ayam sama es teh. Lo, Frel?" Aku masih senyam-senyum sambil menatap Kak Kevan.Memandang Kak Kevan yang tepat di depanku merupakan suatu anugerah terbesar. Aku mengagumi ketampanannya dan keburuntunganku hari ini. Hingga terdengar suara yang mengalun indah miliknya, menyadarkanku."Frel?" panggil Kak Kevan sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku."Eh, i-iya, maaf," ucapku gugup. "Tadi Kak Kevan bilang apa?" tanyaku cengengesan.Kak Kevan tersenyum lembut dan mengulang perkataannya. "Lo mau pesan apa?""Emm, bakso, deh. Minumnya jus melon.""Oke, bentar gue pesankan dulu, ya." Aku mengangguk malu-malu.Kak Kevan memanggil pelayan kantin dan menyebutkan pesanan kami. Sambil menunggu pesanan datang, aku memutuskan mulai mengorek informasi tentang Kak K
Selagi Dara asyik menonton drama kesukaannya, aku menyelinap naik ke lantai atas menemui Kak Rian. Aku mengetuk pelan pintu kamarnya dan dari dalam terdengar suara yang menyuruhku masuk."Hai, Kak Rian...," sapaku dengan senyum manis terpampang di wajah."Sini, Frel," ujar Kak Rian sembari tersenyum.Aku menatap Kak Rian yang sedang serius membaca beberapa tumpukan berkas di meja kerjanya. Aku mencoba mendekat. "Sibuk, ya, Kak?""Hmm, lumayan. Ada apa, Frel?" tanya Kak Rian balik setelah melihatku sekilas.Kak Rian kembali menghadap tumpukan berkas itu, sesekali menandatangani beberapa lembar kertas. Dahiku berkerut ketika melihat Kak Rian yang baru pulang kerja tapi sudah bergelut lagi dengan pekerjaannya.Harusnya masih ada dua jam lagi kan, sebelum waktu pulang Kak Rian dari kantor? Apa karena