Share

FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU
FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU
Penulis: lasminuryani92

Ibu Menggantikan Peranku

Penulis: lasminuryani92
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-22 09:11:00

"Rasti! Raihan sudah pulang!" Ibu berteriak dari depan. Rasti yang tengah mencuci perabot masak segera mengakhiri aktivitasnya dan mengeringkan tangan.

"Iya, Bu."

Sejenak bibirnya tersenyum mesem, hatinya sedikit bergetar mengingat rasa tadi malam. Rasanya begitu indah dan menegangkan. Pengalaman baru yang hampir saja membuat jantungnya berhenti. Ia bahkan tidak mengenali dirinya sendiri. Tentu saja, malam-malam indah itu tidak perlu diketahui orang lain, terutama ibunya yang tinggal satu atap bersama mereka.

"Mas, sudah---pulang?" Suara Rasti melemah saat melihat pemandangan asing di depannya.

"Kamu pasti sangat lelah, Nak." Bu Mayang mengelap kening Raihan yang meneteskan keringat.

"Bu----" Suara Rasti tertahan di udara.

"Ambilkan Raihan minum!" tukas Bu Mayang tanpa menoleh.

"Ya?"

"Apa kamu tidak lihat suamimu kelelahan?" Matanya sedikit melotot saat menoleh pada Rasti, namun begitu lembut ketika kembali menatap menantunya.

"Biarkan ibu yang bawa tasnya. Duduklah!" Rasti melihat sendiri ibunya meraih tangan Raihan dan mengajaknya duduk. "Kamu terlihat sangat lelah." Tangannya perlahan memijat kaki bagian atas pria itu.

"Ibu!" teriak Rasti spontan bersamaan dengan gerak tubuh Raihan yang menjauh.

"Kenapa kamu masih di sini? Cepat ambilkan minum! Menantu kesayangan ibu kelelahan." Senyumnya kembali mekar, beralih dengan lembut kembali pada Raihan. Pria itu hanya menatap heran pada Rasti yang juga kebingungan. Lalu, bergerak lambat menuju dapur untuk mengambilkan air minum seperti yang diperintahkan ibunya.

"Bagaimana mungkin ibu---" Rasti termenung. Sikap ibunya menjadi sangat aneh. Sebenarnya keganjalan itu terjadi seminggu ini, tepatnya setelah hari pernikahannya dengan Raihan.

"Suamimu kok cuma minta sekali sih, kan kurang." Pagi tadi ketika ibunya baru saja keluar dari kamar mandi. Rambutnya basah dan terlihat semburat kemerahan dari wajahnya. Mirip pengantin baru yang masih terngiang-ngiang malam pertamanya.

'Apa maksud ibu? Tidak mungkin itu kan?' Rasti gamang sembari melihat dirinya yang hendak membersihkan diri setelah kegiatan baru mereka menjadi pasangan suami istri, semalam.

"Lain kali, bermanja lebih sering, dia pasti akan tergoda kok, jadi nggak cuma sekali."

"Mana cukup!" Ibunya kembali berbisik di telinga Rasti sebelum meninggalkannya mematung.

"Apaan sih, Bu?" Rasti menjawab malu setelah memastikan arah pembicaraan ibunya. Bisa-bisanya wanita yang mengandungnya itu menggoda hal demikian.

"Ibu menikmatinya," jawab Bu Mayang mengedipkan mata. Namun, seketika Rasti tersigap.

'Menikmatinya?'

Lamunan Rasti seketika terhenti. Air yang tengah mengalir ke dalam gelas lekas dimatikan. Rasti berlari ke depan. Keganjilan terhadap sikap ibunya beberapa hari ini membuat hati wanita itu tidak tenang dan menduga-duga yang tak karuan.

Seketika mata Rasti melotot, langkah kaki wanita itu terhenti tepat di hadapan keduanya. Ibu mertua dan menantu lelakinya.

"Ibu!" sentak Rasti hingga membuat wanita berusia 42 tahun itu menoleh.

"Apa yang Ibu lakukan?"

"Kamu melihatnya seperti apa?" tanyanya balik. Tangan wanita itu masih berada di sana. Di dada Raihan yang terbuka.

"Suamimu kegerahan dan ibu membantunya membuka kancing baju. Ini sedikit sulit," ujarnya santai.

Rasti segera berbalik setelah merasakan dadanya bergemuruh kencang, matanya bahkan melotot tajam pada pria yang saat ini bergeming. Kelakuan ibu dan suaminya sudah berada dibatas wajar.

"Rasti! Mana air minumnya?" Bu Mayang kembali menoleh pada putrinya yang menyentakkan kaki masuk ke dalam kamar.

"Tidak perlu, Bu. Saya tidak haus." Raihan segera berdiri dan menyusul istrinya yang terlihat marah. Salah paham. Begitu yang terpikirkan Raihan.

Rasti terduduk di meja rias. Kedua tangannya mencekal kencang kain kursi, entah perasaan apa yang mengguncang hatinya saat ini. Rasanya mustahil, ibunya mirip wanita penggoda yang mengancam keutuhan pernikahannya yang baru seumur jamur. Ia bahkan cemburu pada ibunya sendiri. Ibu yang telah melahirkan dan merawatnya hingga sebesar ini bahkan tanpa sosok seorang ayah.

"Sayang." Raihan memeluk dari belakang.

"Lepaskan aku!" Rasti menepis. Menyerongkan tubuh dan membuang wajah.

"Kamu kok marah?" ujar Raihan.

Wajah Rasti langsung berbalik tajam. "Kamu masih nanya, Mas?!"

"Ya, aku pun bingung." Terlihat sekali kening Raihan yang berkerut, mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Sikap mertuanya yang manis, hingga terlihat berlebihan dan membuat istrinya sendiri marah.

"Kamu sadar nggak sih, Mas! Kalau kamu dan ibu itu---" Sungguh lidah Rasti kelu untuk meneruskan kata. Pikirannya beku saat memikirkan hal mengerikan itu. Mana mungkin ibu dan suaminya ada main?

"Iya, sih, aku rasa perlakuan ibu sedikit berlebihan."

Mata Rasti semakin terbuka, melihat Raihan yang tengah berpikir. "Dia seperti ingin menggantikan peranmu sebagai istriku."

Detak jantung wanita itu terasa berhenti. 'Menggantikanku sebagai istri?' Pengalaman barunya tentang malam-malam yang ia habiskan dengan Raihan tadi malam hingga melihat ibunya keramas sebelum subuh memenuhi pikiran wanita itu sekarang.

"Beberapa kali ibu mengambil alih tugas yang harusnya dilakukan olehmu. Tadi, kukira kamu yang datang dan tiba-tiba mengambil tas kerjaku. Aku yang masih merunduk membuka sepatu hampir saja memeluk dan mencium keningnya," papar Raihan mengingat.

"Astaghfirullah, Mas!" Mata Rasti melotot.

"Untungnya aku keburu sadar kalau itu ibu." Lanjutnya lagi.

Rasti memegang dadanya yang semakin bergemuruh saat mendengar penjelasan suaminya. Memang terasa semakin ganjil sikap ibunya itu.

Jika, mengingat hari-hari kebelakang, sesekali ibunya memang menampakkan rasa bahagia saat Rasti berbicara tentang Raihan, lelaki yang ia pacari satu tahun ini. Beberapa kali, wanita yang menjadi ibunya itu bahkan setia menunggu Rasti yang tengah menghabiskan waktu berdua berbicara melalui saluran telepon. Ibunya akan ikut tersenyum saat Rasti tersenyum. Ia bahkan akan ikut tertawa saat Raihan berkelakar. Tapi, saat itu sama sekali tidak ada rasa khawatir seperti yang terasa saat ini.

Sejak kapan tepatnya sikap ibunya berubah seperti itu? Rasti bahkan tidak menyadarinya.

'Apa yang sebenarnya terjadi pada ibu?' batin Rasti meraba gamang. Ia mungkin tidak akan siap dengan dugaannya sendiri.

Bersambung ....

Bab terkait

  • FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU    Gaun Tidur Ibu

    "Rasti!" Rasti mendengar suara ibunya mengetuk pintu. Setelah kejadian tadi, Rasti dan Raihan tidak keluar lagi dari kamar. Keduanya berbaring di ranjang dengan pikirannya masing-masing hingga membuat Raihan bahkan mendengkur halus, kelelahan dan terlelap."Suamimu tidak mandi?" Bu Mayang menengok dari celah pintu yang sengaja Rasti halangi."Tidur, Bu.""Ibu sudah siapkan air panas. Mana enak tidur sebelum mandi, nanti malam bisa lengket. Ibu tidak suka aroma keringat.""Ayo bangunkan!" Ujar Bu Mayang membuat mata Rasti menyelidik.Rasti memang tidak suka aroma keringat. Mungkin itu maksud ibunya. Hal yang tidak mereka suka bahkan bisa sama.Bu Mayang pergi setelah mengatakan itu. Rasti kembali ke kamar dan duduk di samping ranjang, menatap lekat suaminya yang tampan. Siapa yang tidak akan jatuh cinta pada pria itu, senyum dan sikapnya yang lembut bahkan sangat memikat wanita yang mendekat."Mas." Rasti membangunkan suaminya pelan. "Mandi dulu. Ibu sudah menyiapkan air hangat," tamba

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU    Kamera Tersembunyi

    "Boleh kita istirahat, malam ini?" Rasti berkelit lemah saat tangan Raihan menyibak rambutnya. "Hatiku sedang tidak enak."Raihan mengangguk. Ia adalah pria yang baik, mengerti keadaan istrinya. Dari sejak pulang kerja dan beberapa kejadian random setelahnya memang membuat situasi keduanya tidak nyaman."Tidurlah kalau begitu." Raihan mengecup pipi Rasti yang berbantal puhu tangannya.Pria itu mendengkur terlebih dulu, Rasti hanya meliriknya dengan ekor mata, dan suaminya benar-benar sudah terlelap, berbeda hal dengan dirinya yang masih terjaga. Pikirannya kacau, dipenuhi dengan dugaan-dugaan jelek tentang ibunya.Rasti beringsut, ia turun dari ranjang dan membiarkan Raihan tidur tanpa terganggu dengan pikirannya yang kacau. Wanita itu berjalan mengendap-endap untuk keluar. Ia berdiri di depan kamar ibunya untuk beberapa saat. Lalu, memberanikan diri mendorong pintunya lagi. Kamar mereka memang tidak pernah dikunci, hidup berdua di rumah itu, seolah tidak ada privasi. Hanya sekarang s

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU    Mereka sangat Dekat

    Menjelang siang Rasti harus menyusul ibunya pergi ke toko. Toko kue itu memang dijaga oleh keduanya. Sebenarnya Rasti ragu untuk menghampiri ibunya apalagi setelah kejadian ini dan pikirannya dipenuhi hal negatif tentang wanita yang sangat baik di matanya, selama ini."Kamu sudah datang?" Bu Mayang mengangkat sedikit kepalanya dan kembali menggulung kue. Rasti menyimpan barang-barang di meja dan ia menemukan ponsel ibunya yang tergeletak di sana.Mata Rasti cukup lama menatap pada layar ponsel itu, rasa penasaran membuat ia termenung ke arahnya. Gadis itu ingin memastikan video apa sebenarnya yang terunduh tadi."Bu Mayang," panggil pelanggan dari etalase depan."Ya." Wanita itu segera bangkit dan melepaskan sarung tangannya, menghampiri pembeli dan melayaninya dengan ramah. Memang Bu Mayang terkenal ramah di mata orang-orang apalagi pelanggan.Rasti menunggu hingga ibunya pergi dari sana. Tangannya bergetar meraih ponsel milik ibunya dan memeriksa. Beberapa aplikasi Rasti lihat, say

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU    Hadiah dari Ibu

    "Pak Salim." Pagi sekali lelaki itu datang ke rumah Rasti. Tumben sekali memang, sampai gadis itu mengerutkan dahinya."Bu Mayang meminta saya untuk mengantarnya belanja hari ini," ujar Pak Salim dengan senyum merekah. Bahagia dan tidak percaya, dugaannya pada lampu hijau kemari benar-benar nyata."Silahkan masuk, Pak." Rasti mempersilahkan. Tapi, ibunya keburu datang. Pakaiannya jauh lebih modis dan ia terlihat cantik."Bisa kita berangkat, sekarang?""Oh, ya, tentu saja." Pria berusia 47 tahunan itu hampir tidak bisa mengepakkan kelopak matanya. "Cantik," lirihnya terdengar Rasti dan hanya bisa dibalas dengan tegukan air ludah dari gadis itu."Ibu berangkat dulu. Toko biar buka siang saja." Pesannya sebelum pergi dan hanya mendapat anggukan Rasti. Masih ada sekat diantara keduanya setelah beberapa kejadian akhir-akhir ini terutama karena kemarin malam.Mereka terlihat seperti pasangan, Rasti menelaah dan memperhatikan. Baru kali ini ibunya bersikap seperti itu pada pria, tentunya se

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU    Hadiah dari Ibu 2

    "Mas, tidak berbohong?" Suara Rasti gamang. Sebenarnya ia begitu takut dengan pikirannya sendiri."Mana mungkin Mas berani berbohong, Sayang." Raihan segera menghampiri dan mengambil alih hadiah itu. "Memang ada-ada saja si Robbi, Mas sampai malu sendiri melihatnya hingga disembunyikan di sana biar kamu tidak usah lihat.""Ya." Rasti menjawab dingin. Ia keluar kamar dan membiarkan suaminya berganti pakaian.Rasti bolak balik di teras rumah, padahal matahari sudah terbenam dan langit menjadi gelap.Rasanya ia tidak bisa memendam perasaan yang kini menghantuinya.Rasti menghubungi Pak Salim, kebetulan ia memiliki kontak ponselnya karena memang pria itu adalah konsumen setia mereka dari dulu.[Rasti. Tumben sekali. Ada apa?] Pak Salim menjawab dengan nada ceria. Barangkali ia berharap ada kabar gembira tentang wanita pujaannya setelah beberapa kali mendapat sinyal bagus.[Eum ...] Ragu sekali Rasti menanyakannya. [Hadiah itu?][Hadiah?] tanya Pak Salim.[Hadiah dari ibu.][Oh, ya. Apa Bu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU    Pergi dari Sini!

    Rasti setuju akan rencana suaminya untuk membawanya pergi berlibur. Sejak menikah memang tidak ada waktu berdua, hari-hari bahagianya bahkan nyaris kandas karena masalah yang timbul dari sang ibu."Apa sudah izin ibu?" Raihan bertanya sesaat sebelum berangkat. Keduanya sudah berada di dalam mobil. Rasti menggeleng, ibunya masih belum keluar dari kamar. Toko sudah disterilkan oleh gadis itu. Menggunakan strategi diskon untuk menghabiskan stok kue dan itu berhasil. Ia bahkan pulang lebih awal untuk menyiapkan pakaian. Raihan meminta sore ini langsung berangkat, hanya menginap di hotel terdekat sebelum pergi jalan-jalan ke luar kota. Mengurai ketegangan saja."Ibu tidak keluar dari kamarnya. Dan---" Rasti menggigit bibir. Sejak kemarin malam ia belum lagi berbicara dengan sang ibu. Wanita itu terlihat lebih tertekan dan mengunci diri setelah mendapatkan bentakan beberapa kali dari Rasti."Apa sebaiknya kita izin dulu?" Raihan masih memberi kesempatan kepada istrinya untuk berbicara deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU    Siapa Wanita Tua itu?

    Hari-hari berlalu, rumah yang biasanya rame meski hanya berdua mendadak sepi seperti kuburan.Rasti dan ibunya masih satu rumah, tapi mereka tidak lagi bertegur sapa, lebih tepatnya Rasti memilih menghindari dari sang ibu. Ia pun tidak lagi pergi ke toko, keluar rumah setiap pagi, berjalan tanpa tujuan sekedar menghindari ibunya dan kembali saat wanita itu sudah pergi ke toko."Neng Rasti, Nak Raihannya mana kok jarang terlihat?" Banyak orang yang bertanya-tanya, gadis itu hanya tersenyum kecil menanggapi.Rasti memblokir nomor suaminya. Ia tidak ingin lagi ada komunikasi diantara keduanya. Keputusan Rasti untuk melepaskan pujaan hatinya demi sang ibu sudah bulat.Malam-malam, isak tangis terdengar menyayat. Rasti sering bangun dan menangis sendirian, cinta yang besar pada Raihan membuat hatinya terluka sangat dalam."Nak." Malam itu, Rasti mendengar ibunya mengetuk pintu, hampir satu minggu tidak ada komunikasi, sekarang akhirnya Bu Mayang memberanikan diri.Ia sudah bolak-balik di d

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU    Menjual Diri?

    Rasti menutup toko kuenya lebih cepat dan membawa ibunya segera pulang. Akan menjadi bahan gunjingan orang-orang saat melihat keadaan ibunya, sekarang. Padahal, gosip tentang pernikahannya dengan Raihan pun masih belum reda."Ibu istirahat saja." Rasti membawakan minuman dan membersihkan luka pada jemari tangan ibunya. Terluka karena benda-benda yang dijatuhkan dan dilempar dengan sengaja. Kali ini Rasti benar-benar baru melihat kemarahan ibunya hingga seperti itu, hingga rasa penasaran pada wanita tua yang datang kemarin semakin menjadi.Bu Mayang semakin murung. Kelopak matanya terlihat sembab dengan tatapan mata yang semakin lemah. Sehari-hari ia hanya melamun. Rasti sangat khawatir akan keadaan ibunya, namun terpaksa ia harus meninggalkannya agar bisa tetap membuka toko. "Di mana ibumu?" Wanita tua itu kembali datang seperti janjinya. Tidak hanya sendiri ia datang bersama dua orang pria sekarang. Satu bertubuh besar dan kekar, satu lagi kira-kira seusia dirinya atau hanya lebih m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05

Bab terbaru

  • FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU    Semua Bahagia

    "Bagaimana?" Bu Nawang menyambut antusias kedatangan putranya yang baru pulang dari Bali. Ia sudah tahu kalau Bagus akan melamar Mayang lagi di sana untuk menjadikannya istri."Di tolak, Bu.""Apa? Ditolak? Si Mayang menolak anak ibu yang kaya raya ini?" Wanita tua itu tidak terima. "Apa dia sudah gila, beraninya menolak anakku? Si Mayang harus tahu banyak mengantri untuk menjadi istrimu, Bagus."Pak Bagus berjalan gontai menuju sofa dan menjatuhkan tubuhnya di sana. Setelah mendengar penolakan kejam itu, Pak Bagus tidak lagi berani dekat-dekat dengan Mayang, ia insicure pada dirinya sendiri."Apa alasan dia menolakmu? Apa dia meminta agar semua hartamu di alihkan atas namanya?" Bu Nawang masih tidak percaya ada yang menolak keinginannya."Mayang bilang, Bagus bukan lagi tipe pria idamannya, Bu.""Dia tidak suka sama pria gendut, perut buncit dan berleher pendek ini." Pak Bagus melanjutkan dengan nelangsa."Apa? Dia berani mengatakan itu pada anak semata wayangku?" Bu Nawang mulai mem

  • FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU    Ekstra Part Bulan Madu

    "Hanya 2 tas saja, Bu. Nggak bisa lebih!" Rasti sudah mewanti-wanti ibunya untuk tidak membawa banyak barang, seperti saat mereka pergi ke kampung Raihan, sebelumnya."Iya. Kamu udah bilang 4 kali sama ibu, Rasti," jawab Bu Mayang tidak menoleh. Ia terlalu sibuk dengan packingan bajunya. Menyiasati bagaimana cara semua barang bawaannya masuk ke dalam 2 tas seperti yang dikatakan putrinya itu."Ini, dia pasti butuh dan lupa membawanya. Ini juga harus aku bawa, Bu Widia akan marah besar, jika aku tidak membawanya." Wanita itu berpikir untuk memasukkannya pada kemasan yang lebih kecil. Hingga pukul 23.00 wanita itu masih sibuk mengepak barang-barang yang akan dibawa pergi.Di rumahnya sudah sepi, suara Raihan dan Rasti pun tidak lagi terdengar. "Apa mereka udah tidur?" Bu Mayang menyelinap ke bawah kursi ruang tamunya. Perlahan ia berjongkok dan memicingkan sebelah mata. Mengintip dari lubang kancing yang menembus ke kamar anak menantunya."Arg!" Bu Mayang terkaget sampat terbentur kursi

  • FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU    Ending

    Rasti masuk ke dalam ruangan persidangan sesaat sebelum sidang di mulai. Raihan sudah duduk di sana bersama pengacaranya. Ia menoleh pada gadis itu yang hanya menunduk sambil berjalan hingga sampai ke tempat duduknya.Hakim memasuki ruangan sidang. Berkas perkara mulai dibacakan. Berkas tuntutan dari Rasti kosong. Ia tidak menuliskan apapun. Di matanya tidak ada kekurangan untuk suaminya itu.Rasti diminta untuk berdiri dan menjelaskan perasaannya secara langsung. Ia diberi kesempatan oleh hakim untuk mengungkapkan sendiri alasan dari penuntutannya. "Raihan adalah pria yang sangat baik. Itu alasan kenapa saya tidak menuliskan satu pun kekurangannya. Tapi, ada sesuatu yang tidak bisa saya ungkapkan pada halayak ramai mengenai gugatan perceraian ini. Saya dan Raihan sama-sama tahu alasannya. Saya sungguh minta, maaf," ucap Rasti menunduk. Tubuhnya terasa bergetar, ia bahkan meneteskan air mata di sana. Raihan yang tahu beratnya perasaan istrinya saat ini, sontak berdiri. Berkali-kali,

  • FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU    Bu Nawan Sadar

    Pak Bagus duduk di samping ranjang ibunya. Ia tidak ingin kecolongan lagi, mungkin saja orang itu kembali. Sejak kejadian tadi malam, ia bahkan tidak bisa memejamkan mata. Menatap wajah ibunya yang sudah menua. Wanita di hadapannya bukanlah ibu yang sempurna, tapi apa yang dilakukannya adalah sebuah cara siaga untuk melindungi diri dan anaknya. Setelah melihat fakta sesungguhnya, mungkin puluhan tahun ini, apa yang ibunya lakukan tidak semua atas kehendaknya sendiri."Bu." Bagus menggenggam tangan ibunya. Ia mengelusnya sembari mengenang masa-masa yang telah lalu. Ibunya memang berwatak keras, tapi di mata Pak Bagus tidak ada orang sebaik ibunya, seburuk apapun wanita itu memperlakukannya. Ia bisa hidup hingga saat ini semua karena jasa-jasanya yang tidak akan mungkin terbalas. Apalagi mereka hidup berdua sejak dulu. Melihat ibunya kerja keras untuk menghidupinya, Pak Bagus tidak pernah melihat wajah ayahnya sendiri, hingga kini."Bangunlah, Bu. Kita masih bisa memperbaiki keadaan ini

  • FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU    Kebodohan Zaki

    "Argh! Sial!" Dara menumpahkan emosinya. Ia tahu pengacara itu mengkhianatinya."Pecat Haikal, sekarang! Jadikan, dia gelandangan!" pekiknya lagi saat Zaki mengunjunginya. Kemudian, menceritakan kalau pengacara yang datang kemarin adalah pengacara ayahnya. "Anak bodoh! Kamu memang tol*l!"Zaki hanya diam saat dimaki ibunya, ia menyadari kebodohannya."Lalu, bagaimana dengan nenek tua itu. Apakah dia sudah mati?"Zaki masih diam. Mata Dara bergerak mengintai."Bukankah kamu telah menghabiskan waktu dengan sia-sia, Zaki?" tanyanya emosi.Anak lelaki itu sudah kecanduan. Minumannya adalah alkohol, dan ia tidak bisa melepaskan game online di tangannya. Zaki lupa akan tugas-tugasnya dari sang ibu."Benar-benar, kamu!" Dara menendang meja di depannya, pemisah antara mereka. Zaki sampai berdiri kaget. "Cari pengacara lain, sekarang! Aku harus keluar dari sini!"Zaki segera pergi. Ia yang tidak punya relasi dan hanya menghabiskan hidupnya untuk dunia game, bingung. Uangnya yang banyak itu, ti

  • FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU    Jebakan Bagus

    Raihan dan Rasti pulang ke rumah, malam hari. Bu Mayang tidak banyak bertanya tentang kedatangan mereka yang terlambat. Ia seperti lelah setelah perjalanan jauh. Rasti mendapati ibunya dengan mata mengantuk dan langsung kembali ke kamar setelah membuka pintu."Ibu, sudah tidur lagi," ucap pelan Rasti sembari menutup kembali pintu kamar ibunya yang ia baru saja dibuka. Memastikan.Raihan mengangguk. Mereka duduk sebentar di meja tamu. Rasti mengambil air minum untuk suaminya itu. Pria itu seperti ingin menyampaikan sesuatu."Sidang perceraian kita akan digelar, 6 hari lagi." Raihan mulai membuka pembicaraan. Suaranya kecil dan nyaris hilang. Ia sama sekali tidak ingin duduk di depan meja hijau itu.Rasti terdiam. Sebenarnya, ia selalu mengingat hari itu, di setiap detiknya. Apalagi setelah masa-masa kebahagiaan bersama Raihan dan keluarganya. Wanita mana yang ingin melepaskan keberuntungan itu?"Aku ingin kamu mempertimbangkannya kembali, Rasti. Kita bisa hadapi masalah ibu sama-sama."

  • FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU    Penjara untuk Dara

    Raihan dan Rasti sampai tidak lama setelah dihubungi ayahnya. Jaraknya saat itu memang tidak terlalu jauh."Rasti!" panggil Pak Bagus. Rupanya pria itu pun baru saja sampai ke Rumah Sakit."Ada apa, yah?" tanya Raihan saat Rasti hanya menengok saat namanya dipanggil, namun tidak mengucapkan satu kata pun.Pak Bagus menceritakan semua yang dikatakan oleh suster melalui telepon, sebelumnya. Rasti mendengarkan dengan seksama."Aku tidak tahu apa golongan darahku sendiri," jawab Rasti. Ia bahkan tidak pernah memikirkan itu. Ibunya pun belum pernah membawanya ke fasilitas kesehatan untuk memeriksa."Kalau begitu kita bisa cek dulu," ucap Raihan, menatap, meyakinkan persetujuan dari Rasti. Ia tidak ingin istrinya itu merasa terpaksa. Kalaupun Rasti tidak mau, ia akan tetap mendukung dan membelanya dari ayah mertua. "Kamu bersedia?" tanya Raihan memastikan.Pak Bagus pun tidak memaksa, ia paham betul perasaan Rasti saat ini. Siapa yang tidak akan berpikir, jika berada di posisi Rasti?"Ya."

  • FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU    Penangkapan Haris 2

    Haris tidak punya waktu untuk kembali dan mencari penutup wajahnya. Ia tahu betul dua orang tadi mencarinya. Ia harus pergi sejauh mungkin, sekarang. Bersembunyi untuk sementara.Motornya kembali dipacu, ia menarik maksimal stang gas. meninggalkan kekecewaannya terhadap wanita yang dicintai. Mata petugas polisi lalu lintas langsung tertuju, menghubungi teman-temannya dan mengejar, mengepung.Mata Haris menoleh, "Sial!" Ia menyadari kalau dirinya dikejar. Matanya tak lagi sempat melirik kanan kiri, ia hanya fokus memacu kendaraannya ke depan. Kondisi tubuhnya belum benar-benar sehat, tapi ia tidak hiraukan itu. Lolos dan bebas, hanya itu yang ada di pikirannya.Mata Haris melotot, pasukan polisi sudah bersiap menjegal di depan sana. Berkeliling, mengepung. Bersiap melepaskan tembakan saat dia menyerobot garda terdepan. "Berhenti! Serahkan dirimu secara baik-baik!" Suara petugas terdengar menggema dari pengeras suara. Tapi, Haris tidak bisa berhenti. Ia tidak akan mungkin bisa lepas se

  • FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU    Penangkapan Haris

    "Pak, Mas Haris sudah siuman. Mela memanggil bapaknya yang tengah duduk di luar ruangan. "Apa?""Mas Haris siuman." "Benarkah?" Keduanya langsung masuk, Haris yang tertidur selama dua hari setelah mengalami panas tinggi akhirnya membuka mata."Syukurlah, Nak. Kamu sudah siuman." Pria tua itu mendekati Haris dan melihatnya dengan senang.Haris melihat satu persatu dari dua orang asing yang pertama ia lihat setelah siuman. Dan, ini yang kedua kalinya ia hampir kehilangan nyawa, dua orang itu masih setia menemani.Mata Haris menyapu sekeliling, ruangan putih bersih dan harum. Berbeda dengan ruangan pertama saat ia terbangun, sebuah langit-langit yang rendah dengan dinding kayu yang cukup dekat dengan tubuhnya. "Di mana ini?" tanyanya lemah."Di Rumah Sakit, Nak.""Rumah Sakit?" Haris sontak bangun."Tenanglah! Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan, perawatanmu sudah dibayar oleh seseorang. Kamu mendapatkan pengobatan yang sangat bagus hingga lukamu begitu cepat pulih." Jelas bapak tu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status