Viona masih berdiri di tempatnya, merenungkan apa yang baru saja terjadi. Tatapan kosongnya tertuju pada pintu ruang UGD tempat Armand tadi masuk. Ia masih terbayang ekspresi khawatir di wajah Armand saat mereka saling pandang, seolah-olah dia ingin berkata sesuatu.
Namun, pemikirannya terganggu saat seseorang mendekatinya. Ia memalingkan pandangan dan melihat seorang pria muda dengan wajah familiar. Pria itu mengenali Viona dan tersenyum.
"Viona, bukan? Perkenalkan saya Adrian, karyawan Pak Armand" tanya pria tersebut, dan Viona mengangguk, mengenali namanya sebagai Adrian.
"Iya, betul. Apa kabar, Adrian?" jawab Viona dengan senyum tipis.
Adrian mengangguk, tetapi ekspresinya terlihat cemas. "Saya ingin minta maaf jika saya tadi terlihat agak panik. Saya hanya kaget melihat Armand."
Viona mencoba untuk memahami situasi. "Tidak apa-apa, Adrian. Tetapi apa yang sebenarnya terjadi dengan Armand? Mengapa sampai dia bisa pingsan seperti itu?"
Ad
Gelap malam di kota besar dihiasi dengan pemandangan lampu gedung-gedung di sekitarnya. Jalanan terlihat padat dengan kendaraan yang tiada hentinya setiap hari, suasana dingin yang menusuk membuat semua orang berdiam di dalam rumah masing-masing.Di dalam gang sempit yang sepi dan kumuh, terdengar tapak kaki yang berjalan mendekat. Suara itu semakin keras dengan diselingi suara seorang gadis yang merintih kelelahan. Di belakangnya terdengar suara tapak kaki yang ikut mengejarnya, suaranya terdengar berat dan auranya sungguh mencekam.“Hey, mau lari kemana kau hah?!” ujarnya ketika melihat sikauet gadis tadi yang masih terus berlari. Ia kembali mengejarnya bersama dengan teman-teman di belakangnya, terlihat ia membawa banyak orang untuk ikut andil menangkap gadis tersebut.Gadis itu berusaha untuk melepas high heels yang ia pakai, kakinya terasa sangat sakit ketika lari menggunakannya. Perhiasan yang ia pakai mengekauarkan bunyi gemericik yang membuatnya mudah untuk ditangkap orang-ora
“Kau mau bawa aku ke mana Axel?!” teriaknya semakin ketakutan kala mobil Axel semakin dekat.“Diam! Kita akan bermain sayang,” ujar Axel dengan senyum liciknya. Viona dibawa ke suatu tempat yang pastinya akan mengembalikan mood Axel, permainannya akan segera di mulai.Fakta bahwa kisah cinta mereka adalah persetujuan dari keputusan mereka tanpa ada paksaan dari orang lain. Namun setelah menjalaninya, Viona merasa tidak cocok dengan perlakuan Axel yang tidak menganggapnya sebagai pacar. Ia hanya dijadikan sebagai bahan ajang pamernya ketika ada acara besar bertemu dengan orang lain dan tidak ada bentuk belas kasih sebagai sesama kekasih.Hal itulah yang membuat Viona memilih untuk putus setelah 2 minggu menjalin hubungan, ia merasa hanya dimanfaatkan saja oleh Axel tanpa ada jalinan hubungan seperti pasangan lainnya. Axel tidak terima dan malah menuduh Viona selingkuh dengan orang lain.Viona merasa sakit mendengarnya, ia merasa keputusannya ini adalah hal yang tepat setelah melihat ke
“Masih muda kok,” ujar axel sembari tertawa terbahak-bahak. Tangan viona gemetaran, semakin ia mendengarkan semakin ia yakin apa yang sedang dibicarakan. Viona bingung, apa yang seharusnya ia lakukan kali ini, apakah hidupnya akan hancur?***“Oh, udah selesai sayang?” tanya Axel sembari menjauhkan ponselnya. Gerakannya terlihat kaget dan segera mematikan sambungan teleponnya, tangannya ia sampirkan di pundak viona dan mengajaknya kembali ke tempat sebelumnya.“Kita kapan pulang?” tanya viona. Wajah axel langsung menampilkan raut tidak senang, tapi ia mencoba untuk tidak mengeluarkan amarahnya.“Tenang dulu, baru juga jam berapa yang. Nanti ini bakal ada temenku datang, kamu harus kenalan dulu sama dia,” bujuk axel. Bisa dirasakan axel sangat ingin viona mengiyakan hal tersebut, tangan axel mengelus pundaknya dan penuh tekanan, seperti tersirat arti mendalam dari perkataannya tadi.Viona tidak menjawabnya, bibirnya terasa kelu untuk memberontak lagi. Ia hanya bisa membalasnya dengan s
Suasana mencekam saat Armand menarik Viona untuk pergi dari situ. Tiba-tiba Axel merasa sangat tidak terima dan seperti direndahkan oleh tindakan Armand. Ia pun tiba-tiba menghempaskan tangan Armand dan menonjoknya."Apa yang kau lakukan?" seru Axel dengan marah."Aku hanya ingin membantu," jawab Armand dengan tenang."Aku tidak butuh bantuanmu," balas Axel sambil memegang dadanya."Tinggalkan dia," ujar Axel dengan nada marah."Kau tidak berhak membuat keputusan atas hidup orang lain," balas Armand sambil memegang lengan Viona."Aku bilang tinggalkan dia!" seru Axel dengan nada yang semakin keras.Armand menghela nafas dan akhirnya membiarkan Viona diambil oleh Axel dan teman-temannya. Ia hanya bisa berdiri dan melihat kepergian Viona dengan perasaan sedih dan kesal. Ia berharap bisa melakukan sesuatu untuk membantu Viona, namun ia tahu ia sendirian tidak mampu melawan Axel dan teman-temannya.Ketika Armand melihat Axel menarik Viona dengan kasar, dia langsung naik pitam. "Hei, lepas
Viona terbangun dengan wajah sebam, ia masih merasakan efek dari obat bius yang diberikan kepadanya semalam. Ia berusaha untuk bangkit dari tempat tidur dan melihat ke sekitarnya, ia mengingat kejadian semalam yang membuatnya merasa sangat sedih dan tertekan. Ia mengingat bagaimana mantan pacarnya, Axel, membuatnya mabuk dan membawanya ke klub malam.Viona merasa kotor, ia merasa seolah-olah dirinya hampir dilecehkan oleh Axel. Ia berusaha untuk menghapus pikiran-pikiran tersebut dan berfokus pada bagaimana ia bisa segera membersihkan dirinya dan memulai hari baru. Ia mandi dan berpakaian, ia berusaha untuk membuat dirinya merasa lebih baik dan siap untuk menghadapi hari.Ia berjalan menuju dapur dan duduk di meja makan. Ia memandang keluar jendela dan berusaha memikirkan cara untuk melupakan semua ini. Tiba-tiba, ia memutuskan untuk menghapus semua media kontak untuk Axel. Ia mengambil ponselnya dan membuka aplikasi kontak. Satu per satu, ia menghapus nomor telepon, akun media sosial
Viona dan atasannya segera masuk ke dalam ruangan meeting. Semua hal yang dibutuhkan nanti sudah siap di dalam tas yang di bawanya. Viona menatap mantap pintu di depannya, sebuah kesempatan emas yang sangat berharga dan hari ini ia akan menunjukkan yang terbaik.“Selamat pagi semuanya!” ujar Viona dengan bangga sembari membungkuk ke depan. Ia tidak melihat siapa saja yang ada di sana, pikirannya berisi banyak hal hingga ia susah untuk bergerak.“Hahaha, aku tahu kau akan sesemangat ini,” ujar atasannya sembari menepuk pundaknya untuk menyadarkannya.Viona langsung bangkit dan menyadari ruangan tersebut masih sepi, hanya ada dirinya dan bosnya saja di sini. Pipinya langsung memerah, ia terlalu menunjukkan ekspresi yang berlebihan, langsung saja ia mengekori bosnya saat ini yang masih tertawa atas kelakuannya.“Ingat, klien kali ini itu sangat penting, jangan sampai kita gagal mendapatkannya,” ujar atasannya memberi tahu. Viona mengangguk mantap, ia akan berusaha semaksimal mungkin memba
Viona merasa sedikit was-was mendengarnya, "Saya mengerti, Pak Armand. Saya akan bekerja keras dan menunjukkan kinerja yang lebih baik lagi.""Bagaimana kamu bisa meyakinkan saya bahwa proyek ini bisa berjalan dengan lancar?" tanya Armand dengan suara tegas.Viona membalas dengan percaya diri, "Saya telah menyusun proposal yang lengkap dan saya yakin bahwa dengan pengalaman saya dalam bidang ini, proyek ini akan berjalan dengan sukses."Armand menatap Viona dengan ketat, "Saya tidak mudah untuk diyakinkan, Viona. Saya butuh bukti konkret bahwa proyek ini bisa berjalan sesuai rencana."Viona mengambil nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Saya siap memberikan bukti konkret yang Anda butuhkan, Pak Armand. Saya memahami bahwa proyek ini adalah proyek yang penting dan saya akan bekerja dengan keras untuk memastikan keberhasilannya."Armand menatap Viona dengan serius, "Baiklah. Saya akan memberikan kesempatan pada kamu dan timmu. Namun, ingatlah bahwa saya mengharapkan hasil yang terbaik da
Viona tersenyum, "Saya yakin saya dapat memisahkan masalah pribadi dan pekerjaan. Saya selalu mengutamakan kinerja saya dalam pekerjaan dan tidak akan membiarkan masalah pribadi mengganggu proyek ini."Armand mengangguk, "Bagus, saya senang mendengarnya. Saya percaya kamu bisa menangani proyek ini dengan baik. Selamat, kamu berhasil mendapatkan proyek ini."Viona merasa lega dan senang mendapatkan kepercayaan dari Armand. "Terima kasih, saya akan bekerja keras dan memberikan yang terbaik dalam proyek ini."Armand tersenyum, "Saya tidak meragukan itu. Sekali lagi, selamat." Mereka berjabat tangan dan Viona meninggalkan ruangan itu dengan perasaan senang dan bangga dengan dirinya sendiri.***Setelah presentasi berakhir, Viona dihadapkan pada bosnya yang memberikan pujian atas kerja kerasnya. "Viona, presentasimu tadi luar biasa. Armand terlihat sangat terkesan dengan ide-ide yang kamu sampaikan," ujar bosnya dengan senyum lebar.Viona merasa sangat bangga dengan hasil kerjanya. "Terima