Viona merasa sedikit was-was mendengarnya, "Saya mengerti, Pak Armand. Saya akan bekerja keras dan menunjukkan kinerja yang lebih baik lagi."
"Bagaimana kamu bisa meyakinkan saya bahwa proyek ini bisa berjalan dengan lancar?" tanya Armand dengan suara tegas.Viona membalas dengan percaya diri, "Saya telah menyusun proposal yang lengkap dan saya yakin bahwa dengan pengalaman saya dalam bidang ini, proyek ini akan berjalan dengan sukses."Armand menatap Viona dengan ketat, "Saya tidak mudah untuk diyakinkan, Viona. Saya butuh bukti konkret bahwa proyek ini bisa berjalan sesuai rencana."Viona mengambil nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Saya siap memberikan bukti konkret yang Anda butuhkan, Pak Armand. Saya memahami bahwa proyek ini adalah proyek yang penting dan saya akan bekerja dengan keras untuk memastikan keberhasilannya."Armand menatap Viona dengan serius, "Baiklah. Saya akan memberikan kesempatan pada kamu dan timmu. Namun, ingatlah bahwa saya mengharapkan hasil yang terbaik dari kamu dan timmu."***Viona kembali ke kantornya dengan wajah sumringah, ia melihat hari ini sangat cerah dari biasanya. Senyumnya tidak pudar hingga ia masuk ke dalam ruangan kerjanya. Saat ia melangkah masuk ke ruangan, Viona disambut oleh tepuk tangan karyawan lain yang berkumpul di ruangan tersebut."Selamat, Viona! Kamu memang hebat!" teriak salah satu karyawan yang membuat Viona tersenyum malu-malu. "Apa-apaan ini, aku hanya melakukan pekerjaanku dengan baik," jawab Viona sambil tersenyum ke seluruh karyawan yang menatapnya dengan bangga. "Tapi kamu berhasil mendapatkan klien besar! Itu sangat hebat! Dan berita ini sudah masuk ke dalam berita" ujar karyawan lain. Mereka langsung menunjukkan sebuah berita akan kerja sama perusahaannya yang baru saja dipublish, tak disangka belum sehari berita itu langsung viral.Viona merasa sedikit tersipu, tapi juga merasa bangga atas kerja kerasnya yang telah membuahkan hasil. "Terima kasih, semuanya. Tanpa dukungan kalian, aku tidak akan bisa berhasil seperti ini," ucap Viona dengan rasa syukur. Semua karyawan lain mengangguk setuju dan memberikan tepuk tangan meriah untuk Viona.Viona merasa malu dengan perhatian yang diberikan padanya oleh rekan-rekannya di kantor. "Terima kasih semuanya atas dukungan kalian," ujarnya sambil tersenyum malu-malu."Kau pantas mendapatkannya, Viona!" kata salah seorang rekan kerjanya dengan antusias."Betul sekali, kau hebat!" ujar rekan kerja lainnya.Namun, Viona masih merasa sedikit tak nyaman dengan semua perhatian yang diberikan padanya. "Ah, ini masih jauh dari sempurna," katanya sambil menggelengkan kepalanya.Tiba-tiba, bos Viona memanggilnya untuk masuk ke dalam ruangannya. Viona berjalan dengan perasaan was-was ke ruangan bosnya, tak tahu apa yang ingin dibicarakan olehnya.Viona merasa senang namun juga sedikit gugup ketika bosnya memberitahunya tentang tugas tersebut. "Viona, kamu tahu kan klien besar yang kamu kerjakan bersama Armand? Mereka ingin berbicara lagi dengan kita untuk proyek baru. Aku memutuskan untuk memberikan tanggung jawab ini padamu," kata bos Viona dengan senyum ramah.Viona merasa sangat senang namun juga sedikit takut karena merasa tanggung jawabnya semakin besar. "Tentu saja, Bos. Saya akan melakukannya sebaik mungkin," kata Viona dengan semangat."Baiklah, kami akan mengatur jadwal dan detailnya nanti. Tapi untuk sekarang, selamat atas kerja kerasmu dan teruslah berusaha," kata bos Viona, sambil memberikan tepukan ringan sebagai tanda penghargaan.Viona merasa sangat bangga dengan pencapaian yang telah ia raih, namun ia juga merasa bertanggung jawab untuk memberikan yang terbaik di tugas-tugas selanjutnya. "Terima kasih, Bos. Saya akan memberikan yang terbaik untuk perusahaan ini," kata Viona dengan rasa syukur.Setelah itu, Viona kembali ke meja kerjanya dan mulai merencanakan strategi untuk proyek baru tersebut. Ia merasa terinspirasi dan semakin bersemangat untuk mengembangkan kemampuannya dan memberikan yang terbaik bagi perusahaan dan kliennya.bisa meningkatkan penjualan produk kami secara signifikan dalam 6 bulan ke depan?"Viona terkejut mendengar pertanyaan Armand yang langsung, tapi dia segera mengambil napas dalam-dalam dan menjawab dengan hati-hati, "Saya pikir, untuk meningkatkan penjualan produk Anda, kami bisa meningkatkan visibilitas produk melalui kampanye pemasaran yang lebih agresif di media sosial dan situs web, serta melibatkan influencer di bidang yang sesuai dengan produk kami."Armand mengangguk, "Bagus, ide yang menarik. Saya akan membicarakannya dengan tim marketing kami dan melihat apakah bisa dilakukan. Terima kasih atas jawaban Anda, Viona."Viona tersenyum lega saat melihat Armand mengangguk. Dia merasa lega karena bisa menjawab pertanyaan sulit dari klien perusahaan dengan baik.Armand menatap Viona dengan tajam, "Bagaimana saya bisa yakin bahwa presentasi Anda benar-benar mencerminkan kemampuan perusahaan Anda?"Viona merasa jantungnya berdebar kencang, tetapi ia mencoba untuk tetap tenang. "Saya bisa memastikan bahwa presentasi ini telah melalui proses yang ketat dan sesuai dengan data dan fakta yang kami dapatkan dari sumber terpercaya," jawabnya dengan mantap.Armand tersenyum sinis, "Bagus. Tapi saya rasa, sebagai klien, saya berhak mengetahui lebih dalam tentang perusahaan Anda. Bagaimana dengan tur perusahaan, saya bisa melihat langsung bagaimana perusahaan Anda bekerja?"Viona tersentak sedikit, tidak siap dengan permintaan itu. Namun, ia tidak ingin mengecewakan klien mereka. "Tentu, saya akan mengatur jadwal tur perusahaan untuk Anda dan tim Anda. Kami akan memberikan yang terbaik untuk memberikan gambaran lengkap tentang perusahaan kami."Armand mengangguk, "Baiklah, saya akan menunggu jadwal itu. Saya berharap tidak akan kecewa setelah saya melihat langsung perusahaan Anda."Viona tersenyum, "Saya akan memastikan bahwa Anda tidak akan kecewa, Pak Armand."Armand melanjutkan, "Bagaimana jika kamu menghadapi masalah pribadi saat melaksanakan proyek ini? Apakah kamu bisa tetap fokus pada pekerjaan?"Viona tersenyum, "Saya yakin saya dapat memisahkan masalah pribadi dan pekerjaan. Saya selalu mengutamakan kinerja saya dalam pekerjaan dan tidak akan membiarkan masalah pribadi mengganggu proyek ini."Armand mengangguk, "Bagus, saya senang mendengarnya. Saya percaya kamu bisa menangani proyek ini dengan baik. Selamat, kamu berhasil mendapatkan proyek ini."Viona merasa lega dan senang mendapatkan kepercayaan dari Armand. "Terima kasih, saya akan bekerja keras dan memberikan yang terbaik dalam proyek ini."Armand tersenyum, "Saya tidak meragukan itu. Sekali lagi, selamat." Mereka berjabat tangan dan Viona meninggalkan ruangan itu dengan perasaan senang dan bangga dengan dirinya sendiri.Setelah presentasi berakhir, Viona dihadapkan pada bosnya yang memberikan pujian atas kerja kerasnya. "Viona, presentasimu tadi luar biasa. Armand terlihat sangat terkesan dengan ide-ide yang kamu sampaikan," ujar bosnya dengan senyum lebar.Viona merasa sangat bangga dengan hasil kerjanya. "Terima kasih, pak. Saya hanya berusaha memberikan yang terbaik untuk perusahaan kita dan untuk klien kita," jawab Viona dengan penuh semangat."Kamu benar-benar membawa keberuntungan bagi perusahaan kita, Viona. Armand tertarik untuk menjalin kerjasama jangka panjang dengan kita," kata bosnya dengan nada yang semakin antusias.Viona merasa senang mendengarnya. "Saya akan berusaha memberikan yang terbaik untuk memastikan bahwa kerjasama tersebut akan berjalan dengan lancar," ucap Viona dengan semangat.Bosnya memberikan tepukan dan senyum apresiasi pada Viona. "Saya tahu kamu bisa melakukannya dengan baik, Viona. Teruskan kerja kerasmu dan kamu pasti akan berhasil dalam kariermu di perusahaan ini," ujar bosnya sambil menggandeng tangan Viona dengan hangat.Viona tersenyum, "Saya yakin saya dapat memisahkan masalah pribadi dan pekerjaan. Saya selalu mengutamakan kinerja saya dalam pekerjaan dan tidak akan membiarkan masalah pribadi mengganggu proyek ini."Armand mengangguk, "Bagus, saya senang mendengarnya. Saya percaya kamu bisa menangani proyek ini dengan baik. Selamat, kamu berhasil mendapatkan proyek ini."Viona merasa lega dan senang mendapatkan kepercayaan dari Armand. "Terima kasih, saya akan bekerja keras dan memberikan yang terbaik dalam proyek ini."Armand tersenyum, "Saya tidak meragukan itu. Sekali lagi, selamat." Mereka berjabat tangan dan Viona meninggalkan ruangan itu dengan perasaan senang dan bangga dengan dirinya sendiri.***Setelah presentasi berakhir, Viona dihadapkan pada bosnya yang memberikan pujian atas kerja kerasnya. "Viona, presentasimu tadi luar biasa. Armand terlihat sangat terkesan dengan ide-ide yang kamu sampaikan," ujar bosnya dengan senyum lebar.Viona merasa sangat bangga dengan hasil kerjanya. "Terima
Keesokan harinya, Viona masuk ke kantor dengan wajah pucat. Ia duduk di kursinya, memikirkan bagaimana ia harus berhadapan dengan Axel. Saat itu, Pak Dandi datang menghampirinya."Viona, kamu sudah membaca emailku kan?" tanya Pak Dandi."Iya, Pak. Saya sudah membacanya," jawab Viona dengan ragu."Pak Agus mengatakan kamu sangat kompeten dalam membuat presentasi. Karena itu, aku percayakan proyek ini padamu. Aku tahu kamu pasti bisa menyelesaikannya dengan baik," kata Pak Dandi dengan tegas. Pak Agus selaku atasan di perusahaan ini memberikan kepercayaan penuh hingga beberapa orang dalam kantor kenal dengannya.Viona merasa lega mendengar kata-kata Pak Dandi. Namun, ia masih merasa khawatir dengan kehadiran Axel dalam proyek tersebut. "Baiklah, Pak. Saya akan bekerja keras untuk menyelesaikan proyek ini," kata Viona dengan senyum tipis.Pak Dandi tersenyum dan kembali ke meja kerjanya. Viona kembali ke pekerjaannya, ia mulai menyiapkan semua hal yang dibutuhkan untuk meeting dengan Ax
"Jangan menyerah dulu. Kita masih bisa mencari solusi lain. Bagaimana kalau kita berikan penawaran yang lebih menarik dari pesaing mereka? Atau mungkin kita bisa mengajukan beberapa opsi lain?"Axel berpikir sejenak. "Hmm, itu ide yang bagus. Aku akan memikirkannya lagi dan melihat apa yang bisa kita lakukan untuk mengamankan kerja sama ini. Terima kasih atas dukunganmu.""Tidak apa-apa. Kita berada di tim yang sama, kan?" balas suara di seberang telepon.Axel mengangguk. "Benar. Kita akan membuat ini berhasil, sama-sama."***Axel kembali masuk ke dalam ruangan dengan senyum yang ceria di wajahnya. "Maaf atas tadi, saya rasa saya masih belum mengerti sepenuhnya rancangan yang Ibu presentasikan. Apakah Ibu bisa menjelaskan lagi?"Viona agak terkejut dengan perubahan sikap Axel yang tiba-tiba menjadi lebih ramah. Namun, dia tetap menjelaskan rancangan bisnisnya dengan jelas dan terperinci. Axel tampak serius mendengarkan penjelasan Viona, sesekali ia mengangguk dan bertanya untuk memas
Axel merasa terkejut saat salah satu reporter bertanya tentang hubungan mereka dengan Viona. Dia berusaha menjawab pertanyaan tersebut dengan hati-hati, "Ya, Viona dan saya memang pernah memiliki hubungan khusus di masa lalu, tapi itu sudah lama sekali. Kami sekarang hanya bekerja sama dalam konteks profesional."Namun, reporter lainnya tidak puas dengan jawaban tersebut dan terus meminta keterangan lebih lanjut. Axel mulai merasa tidak nyaman dengan pertanyaan tersebut dan mencoba untuk mengalihkan perhatian dengan memberikan informasi lain tentang perusahaannya. "Sekarang, mari kita fokus pada perusahaan kami dan bagaimana kami akan terus tumbuh dan berkembang di masa depan," ujarnya dengan tegas.Setelah memberikan jawaban tersebut, Axel segera beranjak meninggalkan tempat itu sambil dikejar-kejar oleh para reporter yang ingin mendapatkan lebih banyak informasi dari dirinya. Viona, yang juga sedang berada di area tersebut, merasa terkejut dan sedikit tidak nyaman dengan pengakuan
Viona mematikan ponselnya dan duduk di sofa. Dia merasa kesal dengan Axel, tapi pada saat yang sama, dia merasa bersalah karena meragukan niat baiknya. "Mungkin aku terlalu keras pada dia," gumamnya dalam hati. "Dia telah membantu perusahaanku dan memberikan banyak peluang bagiku. Aku tidak ingin merusak segalanya."Namun, kekhawatiran Viona semakin memuncak ketika dia mendengar suara telepon rumahnya berdering. Dia ragu-ragu untuk menjawab, tapi akhirnya mengambilnya. "Halo?" jawab Viona dengan suara gemetar."Sudah kuduga kau pasti di sana," ucap Axel di ujung telepon.Viona merasa hatinya berdebar kencang. "Axel, apa yang kau lakukan? Kita sudah sepakat untuk tidak membicarakan masa lalu kita.""Aku tahu, Viona, aku tahu. Maaf, aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku mencoba menghubungi karyawan-karyawan kita untuk mencoba menutup berita itu sebelum tersebar ke mana-mana."Viona merasa sedikit lega mendengar usaha Axel, tapi masih merasa khawatir. "Apa yang harus kita lakukan sekara
Viona memegang ponselnya dengan kuat, matanya menatap layar dengan tatapan tajam. Ia tak bisa mempercayai apa yang ia lihat di video itu. Axel seharusnya menutupi hubungan mereka, bukannya membuka rahasia masa lalu mereka di depan publik seperti itu."Bagaimana dia bisa begini?" gumam Viona dalam hati, kesal.Ia berpikir untuk menghubungi Axel lagi namun ragu. Seberapa penting hubungan mereka baginya? Apa yang harus dilakukan jika Axel tak mau membantu menyelesaikan masalah ini?Viona terus memikirkan situasi yang rumit ini sambil menatap ponselnya. Ia merasa semakin terjebak dalam masalah besar ini.Viona merasa jengkel melihat video tersebut. "Apa yang sebenarnya dia pikirkan? Mengapa dia mengungkapkan semuanya di depan umum seperti itu?" gumam Viona dalam hati sambil menatap layar ponselnya.Beberapa karyawan yang lewat dan melihat Viona menatap ponselnya dengan serius, langsung berspekulasi dan berbisik-bisik satu sama lain."Kamu lihat? Itu pasti tentang Axel," bisik salah satu k
Pak Agus terlihat duduk di depan meja dan memandangi Viona dengan ekspresi serius. "Viona, aku tidak menyangka kamu terlibat dalam skandal semacam ini. Kamu tahu betapa beratnya dampaknya bagi citra perusahaan kita," ujarnya tegas.Viona mengangguk dan mencoba untuk menjelaskan keadaannya, "Maaf Pak, saya tidak bermaksud membuat masalah. Saya sudah mencoba untuk menyelesaikan ini, tapi sepertinya semakin buruk saja."Pak Agus menarik nafas panjang, "Aku tahu kamu pasti sudah berusaha. Tapi kamu harus mengambil tindakan yang tegas untuk menyelesaikan masalah ini. Jangan biarkan berita ini semakin menyebar dan merusak nama baik perusahaan kita."Viona mengangguk lagi dengan hati yang berat, "Saya akan mencoba Pak, tapi saya tidak tahu harus bagaimana lagi."Pak Agus menatap Viona dengan tajam, "Kamu harus menyelesaikan masalah ini, Viona. Jangan biarkan hal-hal seperti ini terjadi lagi."Viona hanya bisa mengangguk kecil sambil menahan tangisnya. Ia merasa sangat sedih dan kecewa pada d
"Viona, aku datang untuk membahas kerja sama kita. Bagaimana proyek itu berjalan?" ucap Armand seraya menatap Viona. Viona mengambil nafas dalam-dalam, berusaha untuk fokus. "Proyek itu sedang berjalan baik, Armand. Kami hampir selesai," jawabnya dengan mantap. "Tapi ada beberapa masalah yang sedang dihadapi tim kami. Namun, kami akan menyelesaikannya secepat mungkin," tambah Viona. Armand mengangguk, "Apakah berita tersebut benar?” Pikiran Viona sangat jengah ketika harus menjawab kembali akan masalah itu, pikirannya sedang tidak ingin membahasa masalah itu tapi banyak sekali orang yang mengungkitnya. Ia ingin sekali rumor ini selesai tetapi pikirannya saat ini sedang fokus pada pekerjaan saat ini. "Maaf Armand, saya tidak bisa membicarakan masalah itu," jawab Viona dengan tegas. "Tapi kalau ada masalah, kamu harus berbicara dengan seseorang. Apa Axel terlibat dalam masalah ini?" tanya Armand. Viona terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Ya, Axel terlibat dalam masalah ini