"Kamu …," ucap Dimitri sambil menodongkan jari telunjuknya pada Yana.
Dan Yana yang kini menjadi objek sasaran Dimitri hanya bisa tertunduk lesu tak berdaya. Dia rupanya kehilangan keberanian untuk sekedar menatap Dimitri, salah satu orang yang cukup berpengaruh di Gemilang Corp. Surya memang pemegang tertinggi kekuasaan Gemilang corp saat ini, tapi Dimitri tetaplah sosok yang paling disegani saat ini di gedung berlantai 8."Segera ke bagian ke HRD untuk mengambil surat pemecatan." Jantung Yana seperti mencelos saat mendengar ucapan Dimitri barusan. Kedua kakinya seperti kehilangan kekuatannya untuk menopang tubuhnya dengan sempurna."Pa, di sini pimpinannya adalah aku. Jadi, aku yang berhak untuk memecat bawahanku. Bukan papa." Dimitri hanya bisa menyunggingkan senyum durjananya saat mendengar ucapan sang putra barusan. Sungguh lancang dan berani sekali dia, pikir Dimitri."Kamu nggak akan jadi pimpinan di sini kalau papa nggak menyerahkan tahta ini padamu, padahal papa bisa saja menyerahkannya pada adikmu, Gerhana." Surya seperti mati kutu untuk sekedar menimpali ucapan Dimitri.Iya Adi Surya Dimitri memiliki adik kembar bernama Adi Gerhana Dimitri. Dan mereka adalah sepasang kembar identik yang memiliki paras wajah yang sama. Bagi orang yang tak mengenali mereka secara dekat, pasti mereka akan kesulitan untuk membedakan yang mana Surya dan yang mana Gerhana. Aisyah saja yang mengandung dan juga melahirkan mereka kadang suka salah mengenal mereka."Perusahaan ini akan hancur jika berada di bawah kepemimpinan Gerhana." Bukannya gentar, Surya semakin semangat untuk melawan apa yang diucapkan oleh sang papa.Dimitri diam bukan karena tak bisa menanggapi apa yang menjadi omongan sang putra. "Pulanglah kita lanjutkan ini di rumah. Ini kantor bukan tempat beradu argumen apalagi berbuat mesum." Dimitri lalu berbalik dan segera meninggalkan kawasan Gemilang Corp perusahaan yang bergerak di bidang property dan juga telah memiliki cabang di seluruh pelosok negeri. Di bawah pimpinan Dimitri, Gemilang Corp memang berkembang pesat, tapi ketika Surya menduduki tahta pimpinan tertinggi Gemilang Corp tak bisa dipungkiri perusahaan tersebut justruu berkembang lebih pesat dari sebelumnyaa. Surya berhasil mendatangkan banyak investor baik dari dalam maupun luar negeri sehingga sesuai dengan namanya perusahaan milik keluarga Dimitri itu semakin gemilang.Setelah kepergian Dimitri kini yang tersisa hanya Surya dan juga Yana. Yana berhambur masuk ke dalam dekapan Surya. Kedua pangkal bahunya bergerak naik turun seirama dengan isak tangisnya. Surya bisa merasakan kebasahan di area depan kemejanya. Surya tahu ini pasti akan berat sekali untuk Yana terima dengan lapang dada. Surya pun bingung harus dengan cara apa dia menenangkan Yana."Sayang, udah dong. Aku janji akan mencarikan kamu pekerjaan baru, atau paling tidak aku naikin uang bulanan kamu deh. Udah, nggak usah nangis lagi deh." Tapi tak sedikit pun ucapan Surya tersebut diindahkan oleh Chayana Aurellia, sekretaris sekaligus wanita yang menjadi cinta terlarang dari Adi Surya Atmadja. Benar yang dikatakan Dimitri tadi kalau Yana adalah perempuan yang telah memiliki suami. Awalnya hubungan rumah tangga Yana dan sayang suami, Hilal Haidar Maulana berjalan baik-baik saja. Sampai yang namanya titik jenuh datang mewarnai hubungan rumah tangga mereka. Belum lagi desakan dari tantenya Hilal yang ingin Yana segera memberikannya seorang cucu. Sedagka Hilal sama sekali tidak menuntut Yana untuk segera hamil. Karena Hilal dan Yana sama-sama meyakini kalau membuat anak tidaklah semudah merebus telur.Belum lagi pekerjaan Hilal sebagai pilot yang mengharuskannya untuk bepergian sehingga intensitas Hilal dan Yana untuk melakukan adegan panas cukuplah kecil. Dan itu bisa menjadi salah satu alasan kenapa sampai saat ini mereka belum juga dikarunia buahh hati.Hidup berumah tangga selama 3 tahun lamanya sudah lebih dari cukup untuk keduanya saling mengenal satu sama lain. Hilal tidak ingin Yana semakin stres, jadi dia mengizinkan. Yana untuk bekerja dengan catatan dia tidak boleh terlalu lelah.Dan karena usulan dari Hilal yang mengantarkan Yana pada hubungan terlarang yang dia jalani dengan Surya selama setahun terakhir ini. Sungguh apik hubungan terlarang ini mereka rajut sampai Hilal tak sedikit pun bisa mengendus nya. Tapi sepertinya Yana dan Surya melupakan sesuatu, sepandai-pandainya tupai melompat pasti tanah akan selalu menjadi pijakannya. Cepat atau lambat pasti Hilal akan mengetahui ini semua. Skandal cinta terlarang ini pasti akan terungkap kalau masanya telah habis."Kalau papamu nyuruh kamu untuk tinggalin aku gimana?" tanya Yana sambil terus mendekap Surya dengan sangat erat.Surya dengan sangat terpaksa mengurai pelukan mereka. Agar Yana bisa melihat ketulusan yang terpancar di kedua manik matanya. "Look at me, please!" pinta Surya lalu mencakup kedua pipi Yana sehingga atensi Yana tertuju hanya pada Adi Surya Dimitri seorang.Dengan air mata yang terus menganak sungai di pipinya akhirnya Yana menuruti apa yang menjadi keinginan Surya. Kini kedua pasang kekasih itu saling bertukar pandangan satu sama lain."Bahagia seperti apa yang akan aku dapatkan jika meninggalkanmu? Kamu itu poros bahagiaku, jadi mana bisa aku meninggalkan kamu?" Tangis Yana semakin menjadi-jadi saat mendengar ucapan Surya barusan.Yana kembali berhambur masuk dan mengunci erat tubuh lelaki yang telah menjadi candu barunya selama setahun lamanya. Lelaki yang mampu membuat Yana lupa kalau dulu dia begitu menjunjung tinggi kesetiaannya pada sang suami, Hilal."Aku nggak apa-apakan untuk pulang menemui Papa? Aku juga ingin mempertegas hubungan kita, boleh 'kan?" tanya Surya dengan tatapan penuh harap.Bersambung ….Yana menetap Surya lekat-lekat untuk mencari sedikit saja kebohongan di sana, tapi yang Yana temukan hanyalah kejujuran. Surya sangat mengenali Yana, dia pasti juga mengerti dan paham apa yang sedang dicari oleh kekasih hatinya itu. "Kamu nggak bohong, 'kan?" tanya Yana sekali. Dan Surya seperti tak mengenal lelah dia hanya mengangguk sebagai pembenaran atas pertanyaan Yana barusan. "Iya, kamu boleh pergi kok." Surya merekahkan senyum renjananya sambil menarik Yana untuk kembali masuk ke dalam dekapannya. Tapi kebersamaan mereka itu tidak berlangsung lama. Semuanya terhenti saat gawai Yana berdering dan ada nama sang suami di sana. Surya hanya bisa memutar bola matanya jengah saat Yana memperlihatkan nama Hilal di sana. Setelah melabuhkan kecupan di bibir Surya, Yana pun membawa dirinya untuk duduk di sofa yang terdapat dalam ruangan orang nomor satu di Gemilang Corp tersebut. Sedangkan Surya kembali
"Kamu jangan bercanda, Git!" Suara Papa Dimitri terdengar meninggi, sungguh sangat nyaring. "Lakukan apapun yang menurut terbaik. Sekali ini tolong om dan tante. Tolong selamatkan Gerhana kami." Kedua manik mata Surya kian membola saat mendengar ucapan sang papa barusan. Selamatkan Gerhana? Hanya kata-kata itu yang terus berputar-putar di kepala Surya saat ini. Dimitri jatuh terduduk di kursi kerjanya. Aisyah lantas membombardir Dimitri dengan pertanyaan seputar kondisi Gerhana. "Pa … Gerhana bagaimana? Dia baik-baik saja ‘kan?" tanya Aisyah dengan menekan erat kedua bahu Dimitri. Seketika Aisyah seperti berubah menjadi jelmaan Hulk. "Dokter di Indonesia sudah menyerah, Ma." Aisyah dan Badai hanya bisa terisak mendeng penjelasan Dimitri. "Nggak ada yang mau bilang ke aku Gerhana kenapa?" Suara Surya masih saja meninggi. "Baiklah aku yang cari tahu sendiri," ucap Surya lalu memutar langkahnya
"Tolong untuk kali ini saja?" ulang Surya dengan nada yang tampak mengejek disertai dengan senyum sarkas miliknya. Dimitri diam tak bergeming, dia tahu setelah ini sang putra yang selalu dia banggakan ini akan kembali menguji sabarnya. "Jadi perjuanganku untuk melambungkan nama Gemilang Corp kalian anggap apa?" tanya Surya dengan sifat jemawanya. "Aku nggak akan menikahi Mentari, titik," ucap Surya dengan penuh penekanan. Karena ucapan Surya tersebut, Aisyah semakin membuat terisak. "Kalian memintaku menikahi Mentari itu sama saja kalau kalian pesimis dengan kesembuhan Gerhana." BUG~~~ Setelah mendapatkan satu tamparan dari Dimitri kini Surya kembali mendapatkan satu bogem mentah dari sang adik bungsu, Adi badai Dimitri. Baru saja Badai ingin mengucapkan apa yang menjadi uneg-unegnya, tapi Dimitri sudah menariknya mundur ke belakang, di sini yang kepala keluarga adalah dirinya. Jadi s
Ternyata benar Gita juga perlu dikuatkan. Terlebih lagi yang meninggal ini adalah lelaki yang akan menjadi kakak iparnya. Gita saja begitu hancurnya apalagi Mentari. Wanita yang memiliki paras teduh tersebut mungkin akan memilih untuk segera menyusul Gerhana saja. Badai dan Gita telah cukup lama menjalin kasih. Ikatan batin di antara mereka sudah tidak bisa lagi diragukan. Tanpa Gita menjelaskan pun Badai sudah tahu apa yang ada di pikiran sang kekasih saat ini. "Semua akan baik-baik saja," bisik Badai di telinga Gita. Gita terlalu lelah untuk menyampaikan apa arti dari ucapan Badai barusan. KREK~~~ Pintu kamar jenazah terbuka dengan sangat lebar jantung mereka semua yang sedang berada di sini sudah layaknya genderang peang yang sedang ditalu dengan sangat cepat. "Gerhana!!!" Lagi dan lagi teriakan itu berasal dari Aisyah. Belum melihat jasad sang anak saja dia sudah begitu kacaunya apalagi jika sudah melihat. Pasti kacauny
Tangan Dimitri terulur untuk mengelus rambut Gita yang berwarna hitam pekat. Penampilan Gita dan Mentari memang sangat kontras tapi sifat mereka jika adu sungguh akan beda tipis perbedaannya. Itulah alasan Dimitri membentangkan tangannya dengan sangat lebar untuk menerima mereka sebagai menantu di keluarga Dimitri. Beda halnya dengan Yana, sekalipun Yana telah menyandang gelar sebagai seorang janda Dimitri tidak akan sudi menerimanya untuk menyandang gelar sebagai menantu keluarga Dimitri. "Gerhana akan dimakamkan di Bandung." Jawaban yang disampaikan Dimitri sungguh membuat Gita kehilangan semangatnya. "Gerhana akan tetap bersama dengan Mentari. Mentari juga akan tetap menikah," timpal Dimitri. Perkataan Papa Dimitri barusan jelas saja mengundang reaksi yang berbeda antara Gita juga Surya. Gita kebingungan dan Surya mendengus kesal. Surya tahu keputusan sang papa adalah keputusan mutlak dan tidak bisa diganti apapun yang terjadi. Surya harus me
Cukup lama gawai Gita berdering dan tatapan kedua insan yang telah memadu kasih selama lima tahun itu juga masih saling mengunci satu sama lain. Sampai pada akhirnya gawai itu berhenti berdering karena tak kunjung mendapat jawaban dari sang empu. Seharusnya Gita sudah bisa menerka kalau jalinan kasih antara Gerhana juga Mentari sungguhlah sangat kuat. Sudah pasti Mentari sedikit mendapat firasat yang tak mengenakkan pertanda pamit Gerhana untuk selama-lamanya. Gawai Gita kembali berdering dan dalangnya masihlah orang yang sama. Siapa lagi kalau sang kakak. "Angkat aja," titah Badai dengan mengulum senyum termanisnya untuk Gita agar dia kuat melalui ini semua. Berbicara dengan Mentari saat ini bukanlah perkara yang mudah. "Hallo," ucap Gita setelah menggeser icon hijau di gawainya. "Kamu di mana, Dek? Mama nyariin kamu tuh." Gita bisa dengan jelas mendengarkan kalau ada nada kekhawatiran dari setiap kata yang terucap di bibir ranum sang kakak.
"Mentari … kenapa takdir antara kita begitu rumit? Aku bukan yang terbaik untukmu, aku tak bisa mencintaimu sebaik yang Gerhana lakukan padamu," racau Surya saat menatap pigura yang membingkai potret cantik seorang Mentari Chamissya Damayanti. "Tapi maaf aku tidak sekuat Gerhana dalam hal menentang perkataan orang lain. Maaf aku harus membuatmu terjebak dalam pernikahan tanpa cinta denganku." "Hati aku hanya untuk Yana, bukan kamu Aku tidak bisa menempatkanmu di tahta terindah dalam hatiku." Hati Surya kian terbalut nelangsa saat lagi dan lagi harus tunduk pada apa yang menjadi titah oleh Dimitri. Namanya memang masih Adi Surya Dimitri, tapi dia harus hidup dalam bayang-bayang seorang Adi Gerhana Dimitri--sang adik yang telah berpulang ke pangkuan Sang Khalik. Lain Surya lain juga Mentari saat ini. Suasana hati mereka sungguhlah sangat kontras satu sama lain. Surya berbalut nelangsa dan Mentari yang terus menyunggingkan senyum rencananya.&
Sebelah alis milik Mentari sedikit terangkat saat mendengar siapa yang meneleponnya itu. "Kamu sakit, Mas? Kok suara kamu aneh sih?" Iya penelepon itu adalah Adi Surya Dimitri. DEG~~~ Bukan saja Surya yang kesulitan untuk meneguk salivanya. Surya saja yang tak berada di dekat Mentari merasakan tremor, lalu apa kabar dengan Gita yang jaraknya sangat dekat dengan Mentari saat ini. Jantung dokter muda tersebut seperti ingin copot saja. "Kak Surya?" gumam Gita dalam hatinya. "Kak, aku keluar dulu yah?" Mentari hanya menjawab lewat anggukan kepala sembari tersenyum dengan sangat manis pada sang adik. Dengan langkah cepat juga panjang Gita meninggalkan Mentari yang kini sedang bertukar dengan pria yang dia kira adalah Gerhana padahal itu hanyalah Surya. "Kamu sehat 'kan Mas?" gurat penuh kekhawatiran terpatri jelas di setiap lekuk wajah Mentari saat ini. Semakin besar rasa khawatir Mentari maka akan semaki
"Kamu gila, Mas!""Aku nggak mungkin ceraikan dia!"Kening Surya sontak mengernyit saat mendengar penolakan yang diberikan oleh Yana. Kenapa ini? Kenapa mendadak Yana menjadi bimbang dengan keputusannya? Apa yang telah Hilal lakukan pada Yana sehingga wanita itu tampak berpikir keras untuk menceraikan lelaki yang sama sekali tak mencintainya itu?"Bukannya kamu yang semangat sekali untuk menceraikan dia dulu? Aku hanya mengingatkanmu mungkin saja kamu sudah lupa," ucap Surya dengan nada yang terdengar tidak baik-baik saja.Yana hanya bisa diam, tak bisa lagi dia berkata-kata. Dia seperti sedang menjilat ludahnya sendiri, karena apa yang dikatakan oleh Surya memanglah benar adanya. Dulu Yana begitu semangat untuk menceraikan Hilal. Sebenarnya rencana itu telah terealisasi, Yana sudah mengutarakan niatnya untuk menceraikan Hilal.Hilal sudah setuju?
Siapa yang tak mengenal dua pasangan tersebut. Mega Adi Kesuma ada putri tunggal dari pasangan Thareq Akbar Satria juga Amanda Maha Putri yang dulunya adalah Amanda Larasati. "Jadi Genta akan menikah dengan anaknya Om Akbar?" Surya masih tak percaya anak dari kelas ekonomi menengah ke bawah akan menjadi menantu di keluarga Ibrahim. Semua orang tahu kalau papa Mega ada orang nomor dua di Darma Corp. "Kamu kenal calon suaminya Mega, Mas?" tanya Yana dengan nada melengking. "Teman SD dan juga SMP aku." "Baik nggak dia, Mas? Aku nggak mau sahabatku itu diapa-apain sama dia." Sebelah tangan Surya lalu terulur untuk mengelus rambut Yana yang hitam lebat tersebut. "Genta itu orang baik, Om Akbar juga adalah orang yang penuh dengan pertimbangan apalagi jika menyangkut tentang Tante Manda juga Mega, dia akan menjadi garda terdepan untuk membelanya."
Yana lantas merogoh handbagnya lalu mengeluarkan sebuah undangan dengan inisial M dan juga G di sampul depannya. Melihat inisial dari undangan tersebut membuat Surya tampak kesulitan untuk sekedar meneguk salivanya. M apakah itu Mentari dan G apakah itu Gerhana? Tidak ini pasti bukan undangannya. Surya memang tidak sedikit pun ikut andil dalam persiapan pernikahannya yang akan diselenggarakan di kota dengan julukan Bandung tersebut. Semua persiapan mulai dari hal terkecil sampai terbesar dia serahkan pada Mentari, tugas Surya hanya membiayai buka mengurusi. Surya sampai memberikan black cardnya pada Mentari untuk dia gunakan dan sampai saat ini Surya tak menemukan ada transaksi yang mencurigakan. "Teman kamu nikah di Bandung juga?" tanya Surya dengan terbata-bata. "Juga?" Surya lekas menutup mulutnya rapat-rapat saat dia kini menyadar
Badai tampak menghela napasnya secara kasar saat harus menjelaskan alasan kenapa harus memilih Kuncoro ketimbang Agasa. Yang terlintas di benak Badai saat ini hanyalah bagaimana bisa diterima bekerja dalam waktu yang terbilang cukup instan, "Untuk masuk ke Kuncoro kita hanya perlu yang namanya sertifikat PERADI, track record urusan belakang." Mendengar apa yang baru saja dijelaskan oleh Badai membuat Mentari sadar kalau apa yang kini dipikirkan oleh lelaki yang sebentar lagi menjadi adik iparnya juga pernah terpikirkan olehnya 2 tahun yang lalu. Namun setelah Mentari mengupgrade kualitas dirinya, pola pikir Mentari pun lambat laun juga ikut berubah. Kini Mentari tidak mau hanya dikenal seseorang yang hanya memiliki selembar kertas berharga bersama sertifikat PERADI, tapi di juga ingin dikenal karena kualitas diri yang dimiliki. "Lalu untuk Agasa bagaimana?" Walau bagaimanapu
"Sekarang kamu pulang dan jangan pernah kamu ikut campur urusan kakak lagi!" Urat-urat hijau menyembul dari balik pelipis Surya, rahang bawahnya pun tampak mengencang, sorot matanya begitu tajam. Dia seperti sedang menganggap kalau Badai saat ini adalah mangsa buruan yang sangat sayang untuk dilakukan. "Ketemu Yana lagi?" Namun, Surya seakan tak menaruh sedikit saja rasa peduli atas apa yang dikatakan oleh Badai. "Kamu nggak boleh begini, Kak! Sebentar lagi kamu akan menjadi suaminya. Kak Gerhana saja tidak pernah memperlakukan Mentari seperti ini." Kecaman yang diucapkan oleh Badai membuat Surya dengan cepat memutar badannya. Lagi dan lagi tatapan penuh amarah Surya layangkan pada sang adik yang saat ini juga sedang menatapnya dengan sangat tajam laksana tatapan burung elang yang sedang membidik mangsanya. "Aku ini Surya, bukan Gerhana," ucap Surya sambil mencengkeram
"Mentari itu wanita spesial di mataku, Pa, Ma. Jadi izinkan aku untuk kali ini memuliakan dia." Siapapun yang mengetahui tentang masalah yang saat ini sedang menimpa keluarga Dimitri pasti tidak akan menyangka kalau yang tadi berujar begitu manis pada Mentari bukanlah Gerhana melainkan Surya. Dimitri lalu menepuk pelan punggung sang putra sulung dengan raut wajah yang penuh rasa bangga, Kerja sama yang mereka lakukan sungguhlah sangat memukau. Hal ini Surya lakukan bukan karena dia mulai luluh dan membuka hatinya untuk Mentari, tapi dia sedang mencari perhatian pada lelaki yang kurang empat belas hari lagi akan menjadi papa mertuanya. Jujur Surya merasa risih dengan apa yang kini Rangga lakukan pada dirinya, Memangnya apa yang telah dilakukan oleh Rangga pada putra mahkota Gemilang Group tersebut. Rangga terus menatap Surya penuh selidik tak ubahnya seperti penjahat yang baru saja membuat rugi negara de
"Dek ditanyain tuh, kamunya." Sentakan kecil dari Alika menyadarkan Gita dari lamunannya. Dokter muda itu tampak mengerjapkan kedua manik matanya. "Gita mau mahar apa, Ma?" Sontak tingkah Gita yang seperti itu membuat semua orang tertawa dengan sangat nyaring. Bahkan Surya pun yang sedari bersifat dingin tak tersentuh oleh apapun mendadak tertawa dengan sangat lepas. Melihat tawa Surya barusan membuat hati Mentari yang gamang mendadak sangat lapang. Tawa dari orang terkasih memang adalah pelipur lara terbaiknya. "Ish kamu tuh …," ucap Alika sembari mendaratkan cubitan pelan di pipi sang putri. Terlintas rasa iri dan juga cemburu dalam benak Mentari saat melihat kedekatan antara Alika juga Gita. Mentari juga manusia normal yang ingin disayang juga dimanja oleh orang tua kandungnya. Tapi apalah daya karena itu adalah mimpi yang paling mustahil untuk Mentari raih sekarang. Raut mendung yang terpancar jelas di setiap lekuk wajah Mentari
"Mentari dulu deh, dia kan pasti yang lebih siap. Kamu mau mahar apa, Nak?" Kali ini pertanyaan tersebut yang terlontar dari mulut Aisyah. GLEK~~~ Mentari tampak kesusahan untuk mengutarakan keinginannya tentang mahar yang akan dia minta. "Bilang saja!" ucap Surya yang ingin meniru tutur bicara Gerhana tapi apalah daya Surya adalah Surya dan Gerhana adalah Gerhana. Gerhana tidak bisa menjadi Surya begitupun sebaliknya. Mendengar nada bicara sang kekasih yang tampak aneh membuat Mentari semakin kesulitan untuk mengutarakan keinginannya. "Bilang saja, Sayang!" Buru-buru Surya segera mengubah nada bicaranya dengan sangat halusnya itu bukan karena delikan mata dari Dimitri, tapi semata-mata untuk meyakinkan Rangga kalau dia akan mencoba untuk mencintai Mentari meski itu adalah hal yang paling mustahil terjadi karena saat ini masih Yanalah yang bertak
Gita sejatinya adalah anak yang tak memiliki sifat neko-neko yang tinggi, sepertinya sifat Alika tersebut tidaklah menurun pada dirinya saat ini. Gita memang mencintai Badai, sangat cinta malahan. Namun, Gita juga tidak mau memaksakan kehendak untuk menikah sekarang dengan pria tersebut. Sesiap Badai saja. Dalam menentukan pasangan wanita hanya akan dihadapkan oleh dua pilihan. Pertama, menunggu pria yang dia sayangi melamarnya. Dan yang kedua, menerima pinangan lelaki yang serius dengannya. Untuk kasus Gita kali ini, dia akan memilih pilihan yang pertama. "Sagita Ariyani, tahukah kamu? Satu-satunya orang yang memenuhi syarat untuk menjadi istriku adalah kamu. Karena, syarat pernikahan yang langgeng adalah jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama. Will you marry me?" Jika tadi orang-orang dibuat terperangah kala mendengar niat Surya untuk melamar Mentari, maka lain halnya dengan kala mendengar lama