Tangan Dimitri terulur untuk mengelus rambut Gita yang berwarna hitam pekat. Penampilan Gita dan Mentari memang sangat kontras tapi sifat mereka jika adu sungguh akan beda tipis perbedaannya.
Itulah alasan Dimitri membentangkan tangannya dengan sangat lebar untuk menerima mereka sebagai menantu di keluarga Dimitri. Beda halnya dengan Yana, sekalipun Yana telah menyandang gelar sebagai seorang janda Dimitri tidak akan sudi menerimanya untuk menyandang gelar sebagai menantu keluarga Dimitri.
"Gerhana akan dimakamkan di Bandung." Jawaban yang disampaikan Dimitri sungguh membuat Gita kehilangan semangatnya.
"Gerhana akan tetap bersama dengan Mentari. Mentari juga akan tetap menikah," timpal Dimitri. Perkataan Papa Dimitri barusan jelas saja mengundang reaksi yang berbeda antara Gita juga Surya.
Gita kebingungan dan Surya mendengus kesal. Surya tahu keputusan sang papa adalah keputusan mutlak dan tidak bisa diganti apapun yang terjadi. Surya harus memutar keras otaknya, tapi dia sadar kalau dia bukanlah lawan yang sepadan untuk Dimitri Gemilang.
Untuk saat ini Surya memilih diam sembari menunggu apa yang akan dia sampaikan pada sang papa sebagai sebuah bentuk penolakan.
Jenazah Gerhana akhirnya dipulangkan. Rumah yang dipilih sebagai tempat persemayaman terakhirnya tentu bukanlah rumah utama keluarga Dimitri. Melainkan rumah yang telah Gerhana persiapkan setelah dia resmi mengambil alih tanggung jawab Rangga Bamantara--omnya Mentari.
Pernikahan sejatinya adalah ibadah terpanjang, hanya akan berakhir jika salah satu dari mereka berpulang menghadap Sang Pencipta. Tapi sayang Gerhana harus pergi terlebih dahulu tanpa merasakan nikmatnya sebuah pernikahan.
Rumah yang seharusnya Gerhana pijaki dengan senyum renjana justru dia masuki dengan keadaan yang sungguh amat pilu.
Aisyah, Surya, Badai, dan juga Gita yang baru pertama kali ke sini sungguh dibuat takjub dengan design juga interiornya. Ternyata untuk calon istri, Gerhana tidak pernah perhitungan. Apapun yang terbaik untuk Mentari pasti akan Gerhana usahakan tanpa kata tapi.
"Ini rumah Kak Gerhana, Pa?" tanya Badai sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut rumah.
Dimitri sungguh tak bisa menjawab pertanyaan sang anak bungsu lewat kata-kata, jadi dia hanya bisa menjawab lewat deheman kecil.
"Kamu yang beliin, Pa?" tanya Aisyah dengan suara yang amat sangat parau.
"Nggak," jawab Dimitri dengan sangat mantap dan tanpa keraguan sama sekali.
Hal tersebut jelas membuat semua orang mengerutkan keningnya.
"Terus Gerha--"
"Gerhana membelikan rumah ini untuk Mentari dengan hasil jerih payahnya sendiri. Papa hari itu, ingin memberikannya, tetapi dia menolak mentah-mentah dengan alasan dia ingin sepenuhnya menjadi sumber kebahagiaan Mentari," sela Dimitri atas ucapan Badai barusan.
Tangis Aisyah juga Gita semakin menjadi-jadi saat mereka mengetahui sisi lain dari seorang Adi Gerhana Dimitri.
Anak yang selalu dipandang sebelah mata karena memiliki tingkat kenakalan yang sangat tinggi, tapi di akhir hidupnya dia bagai sedang menjelma menjadi anak yang sangat pantas untuk dibanggakan.
Jarum jam terus berputar tanpa bisa kita hentikan. Kini jasad Gerhana telah sepenuhnya tertutup oleh tanah. Kalau kalian berpikir yang paling hancur hatiku adalah Aisyah mungkin kalian akan salah. Karena tangis Papa Dimitri ternyata lebih nyaring dan semakin membuat pilu suasana.
Dulu ketika Gerhana baru lahir, orang yang pertama kali mendekapnya juga mengazankannya adalah Dimitri. Kini ketika Gerhana telah kembali pangkuan Sang Pencipta, Papa Dimitri ikut membopong keranda jenazah Gerhana serta dialah yang melantunkan azan untuk jenazah sang putra, ini benar-benar pukulan telak untuknya.
Inilah perbedaan yang paling mencolok antara kelahiran juga kematian. Saat kau dilahirkan, kamu akan menangis dan orang lain tersenyum menyambut kehadiranmu. Lalu pada saat kamu berpulang menghadap-Nya kamu yang tersenyum dan orang lain akan melepasmu dengan isak tangis pilu mereka.
Kini jiwa seorang Adi Gerhana Dimitri telah tenang di keabadian. Banyak orang yang menyayangi Gerhana. Dia dianugerahi papa dan mama yang mencintainya dengan tulus. Saudara yang sangat peduli dengannya. Dan tentu kekasih yang menerima segala kekurangannya tanpa meminta Gerhana untuk menjadi orang lain, Mentari Chamissya Damayanti.
Tapi itu semua seakan sirna saat Allah memanggil kembali Gerhana menuju pangkuan-Nya.
Semua orang menyayangi Gerhana tapi cinta Allah untuknya jauh lebih besar. Semoga Gerhana ditempatkan di tempat yang terbaik.
Prosesi pemakaman hanya melibatkan beberapa keluarga inti dari Dimitri juga Aisyah, tidak melibatkan media sama sekali. Sungguh hebat Dimitri, dia bisa meredam dengan sangat sempurna kabar berpulangnya kembaran dari Adi Surya Dimitri itu. Tapi ingatlah satu hal wahai engkau Dimitri Gemilang, sepandai-pandainya tupai melompat, tanah tetaplah tempatnya untuk berpijak. Suatu saat nanti pasti kabar meninggalnya putra kedua pasangan Dimitri Gemilang dan Aisyah Khumairah ini pasti terkuak ke media. Dan orang yang paling terluka daksanya tentu saja adalah Mentari.
Saat para keluarga hendak meninggalkan kuburan gawai milik Gita yang sedari tadi berada di handbagnya tiba-tiba berbunyi dengan sangat nyaring.
Badai yang tengah merangkul Gita mengizinkan Gita untuk menerima telepon tersebut. Tubuh Gita mendadak sangat lemas saat melihat nama yang memenuhi layar gawainya adalah sang kakak, Mentari Chamissyya Damayanti.
"Siapa?" tanya Badai karena melihat ada yang tak beres dengan Gita saat ini.
Karena Gita tak kunjung memberikan jawaban atas pertanyaan Badai tersebut. Dan Badai juga memiliki sifat over protektif pada sang kekasih, jadi Badai meraih gawai yang masih digenggam oleh Gita. Kini apa yang dirasakan oleh Gita juga dirasakan oleh Badai. Jantung mereka berpacu dengan sangat cepat sehingga membuat sekujur tubuh mereka menjadi tremor.
Bersambung ....
Cukup lama gawai Gita berdering dan tatapan kedua insan yang telah memadu kasih selama lima tahun itu juga masih saling mengunci satu sama lain. Sampai pada akhirnya gawai itu berhenti berdering karena tak kunjung mendapat jawaban dari sang empu. Seharusnya Gita sudah bisa menerka kalau jalinan kasih antara Gerhana juga Mentari sungguhlah sangat kuat. Sudah pasti Mentari sedikit mendapat firasat yang tak mengenakkan pertanda pamit Gerhana untuk selama-lamanya. Gawai Gita kembali berdering dan dalangnya masihlah orang yang sama. Siapa lagi kalau sang kakak. "Angkat aja," titah Badai dengan mengulum senyum termanisnya untuk Gita agar dia kuat melalui ini semua. Berbicara dengan Mentari saat ini bukanlah perkara yang mudah. "Hallo," ucap Gita setelah menggeser icon hijau di gawainya. "Kamu di mana, Dek? Mama nyariin kamu tuh." Gita bisa dengan jelas mendengarkan kalau ada nada kekhawatiran dari setiap kata yang terucap di bibir ranum sang kakak.
"Mentari … kenapa takdir antara kita begitu rumit? Aku bukan yang terbaik untukmu, aku tak bisa mencintaimu sebaik yang Gerhana lakukan padamu," racau Surya saat menatap pigura yang membingkai potret cantik seorang Mentari Chamissya Damayanti. "Tapi maaf aku tidak sekuat Gerhana dalam hal menentang perkataan orang lain. Maaf aku harus membuatmu terjebak dalam pernikahan tanpa cinta denganku." "Hati aku hanya untuk Yana, bukan kamu Aku tidak bisa menempatkanmu di tahta terindah dalam hatiku." Hati Surya kian terbalut nelangsa saat lagi dan lagi harus tunduk pada apa yang menjadi titah oleh Dimitri. Namanya memang masih Adi Surya Dimitri, tapi dia harus hidup dalam bayang-bayang seorang Adi Gerhana Dimitri--sang adik yang telah berpulang ke pangkuan Sang Khalik. Lain Surya lain juga Mentari saat ini. Suasana hati mereka sungguhlah sangat kontras satu sama lain. Surya berbalut nelangsa dan Mentari yang terus menyunggingkan senyum rencananya.&
Sebelah alis milik Mentari sedikit terangkat saat mendengar siapa yang meneleponnya itu. "Kamu sakit, Mas? Kok suara kamu aneh sih?" Iya penelepon itu adalah Adi Surya Dimitri. DEG~~~ Bukan saja Surya yang kesulitan untuk meneguk salivanya. Surya saja yang tak berada di dekat Mentari merasakan tremor, lalu apa kabar dengan Gita yang jaraknya sangat dekat dengan Mentari saat ini. Jantung dokter muda tersebut seperti ingin copot saja. "Kak Surya?" gumam Gita dalam hatinya. "Kak, aku keluar dulu yah?" Mentari hanya menjawab lewat anggukan kepala sembari tersenyum dengan sangat manis pada sang adik. Dengan langkah cepat juga panjang Gita meninggalkan Mentari yang kini sedang bertukar dengan pria yang dia kira adalah Gerhana padahal itu hanyalah Surya. "Kamu sehat 'kan Mas?" gurat penuh kekhawatiran terpatri jelas di setiap lekuk wajah Mentari saat ini. Semakin besar rasa khawatir Mentari maka akan semaki
"Aku kaget aja, Mas," kilah Mentari dengan nada yang terdengar cukup menaruh prihatin. Surya maupun Mentari sama-sama terdiam tak ada di antara mereka yang mau membuka suara terlebih dahulu. Sampai pada akhirnya, "Kamu kalau mau melanjutkan karirmu sebagai pengacara di sini aku siap dukung kok." Ucapan yang terlontar dari mulut Surya membuat Mentari ambigu. Bukan apa-apa sih sebenarnya, tapi Mentari sudah terlanjur untuk menandatangani kontrak dengan salah satu Firma Hukum di Yogyakarta. Jika Mentari membatalkan hal tersebut, maka biaya yang harus dibayar cukuplah besar. Surya sepertinya mengerti kalau saat ini, Mentari sedang gamang hatinya. Surya juga tak tahu bagaimana bisa Surya seakan memiliki empati tinggi pada wanita yang selama ini tak terlalu dekat dengannya. "Are you okey?" tanya Surya karena dia merasa ada yang tak beres dengan wanita ini. Karena tak kunjung mendapat jawaban akhirnya Surya memutuskan untuk mengulang tanyanya. "Aku sudah ter
Jika pihak suami yang menggugat cerai maka itu dinamakan sebagai cerai talak, dan jika istri yang menggugat namanya adalah cerai gugat. "Gita, aku dan Mas Gerhana itu saling mencintai jadi kami nggak mungkin bercerai." Kedua alis Gita bertautan satu sama lain begitu pula dengan kedua manik mata jernihnya tampak memicing, menatap sang kakak penuh dengan selidik. "Oh, ya?" Mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Gita membuat Mentari sontak menggaruk keningnya yang tak gatal tersebut. Dengan polosnya Mentari hanya bisa mengangguk, sungguh polos sekali kakaknya ini pikir Gita. "Kita nggak pernah tahu ke depannya akan seperti apa, Kak." Lidah Mentari mendadak kelu saat mendengar ucapan Gita yang terlampau benar tersebut. Dengan ucapan yang terlontar dari bibir Mentari beberapa saat yang lalu tentu saja itu sama dengan meragukan kuasa Allah. "Astagfirullahaladzim," ucap Mentari sambil mengelus dadanya dengan gerakan naik turun.
Kolam renang yang terletak di halaman belakang rumah Rangga tentu saja menjadi pilihan terbaik untuk Rangga. Mungkin sudah lima menit mereka berada di sini, tapi tak ada satu pun dari mereka yang mau membuka suara terlebih dahulu. Rangga sedang sibuk untuk merangkai kata, sedangkan Surya, pria itu hanya bisa menunggu apa yang hendak dibicarakan oleh Rangga. Sampai di sini Surya bisa menyimpulkan kalau apa yang akan dibicarakan oleh Rangga mungkin bisa dikatakan sebagai sesuatu yang sangat urgent, entahlah. "Papa tahu kalau kamu bukanlah Gerhana, kamu adalah Surya." DEG~~~ Jantung Surya seperti ingin rontok saat ini juga kala mendengar apa yang diucapkan oleh Papa Rangga barusan. Seharusnya orang yang peka dengan semua sandiwara ini adalah Mentari, tapi kenapa target justru salah sasaran seperti ini. "Papa--" Surya seperti kesulitan untuk mel
Surya tampak hening beberapa saat, sampai pada akhirnya dia mengisi rongga dadanya dengan banyak sekali pasokan oksigen. "Kamu bisa Surya, ini bukan kali pertamanya kamu berperan untuk menggantikan Gerhana." Satu-satunya hal yang membuat hati seorang Adi Surya Dimitri menjadi gamang saat ini adalah ini sesi tukar peran yang sangat berat menurutnya. Tidak akan selesai hanya dalam waktu sehari, tapi hal ini akan berlangsung seumur hidup. Karena pernikahan adalah ibadah terpanjang dalam hidup, Hanya akan berakhir ketika salah satu dari kita pergi menghadapnya. Kiasan tersebut sudah lebih dari cukup untuk menyadarkan Surya kalau selamanya dia harus hidup dalam satu atap yang sama dengan wanita yang sebenarnya tak pernah dia cinta. "Mentari …." Mentari yang merasa terpanggil oleh seruan lelaki yang dia kira adalah kekasihnya pun mendongak. Pandangan keduanya kini kembali be
Gita sejatinya adalah anak yang tak memiliki sifat neko-neko yang tinggi, sepertinya sifat Alika tersebut tidaklah menurun pada dirinya saat ini. Gita memang mencintai Badai, sangat cinta malahan. Namun, Gita juga tidak mau memaksakan kehendak untuk menikah sekarang dengan pria tersebut. Sesiap Badai saja. Dalam menentukan pasangan wanita hanya akan dihadapkan oleh dua pilihan. Pertama, menunggu pria yang dia sayangi melamarnya. Dan yang kedua, menerima pinangan lelaki yang serius dengannya. Untuk kasus Gita kali ini, dia akan memilih pilihan yang pertama. "Sagita Ariyani, tahukah kamu? Satu-satunya orang yang memenuhi syarat untuk menjadi istriku adalah kamu. Karena, syarat pernikahan yang langgeng adalah jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama. Will you marry me?" Jika tadi orang-orang dibuat terperangah kala mendengar niat Surya untuk melamar Mentari, maka lain halnya dengan kala mendengar lama