"Kamu gila, Mas!"
"Aku nggak mungkin ceraikan dia!"
Kening Surya sontak mengernyit saat mendengar penolakan yang diberikan oleh Yana. Kenapa ini? Kenapa mendadak Yana menjadi bimbang dengan keputusannya? Apa yang telah Hilal lakukan pada Yana sehingga wanita itu tampak berpikir keras untuk menceraikan lelaki yang sama sekali tak mencintainya itu?
"Bukannya kamu yang semangat sekali untuk menceraikan dia dulu? Aku hanya mengingatkanmu mungkin saja kamu sudah lupa," ucap Surya dengan nada yang terdengar tidak baik-baik saja.
Yana hanya bisa diam, tak bisa lagi dia berkata-kata. Dia seperti sedang menjilat ludahnya sendiri, karena apa yang dikatakan oleh Surya memanglah benar adanya. Dulu Yana begitu semangat untuk menceraikan Hilal. Sebenarnya rencana itu telah terealisasi, Yana sudah mengutarakan niatnya untuk menceraikan Hilal.
Hilal sudah setuju?
BRAK~~~ Pintu ruangan orang nomor satu di Gemilang Corp--perusahaan yang bergerak di bidang property tersebut terbuka secara brutal. Menampilkan sosok pria paruh baya tersebut dengan kedua manik mata yang melotot horor, rahang bawahnya tampak mengeras, dan kedua telapak tangannya terkepal hebat. "SURYA!" Teriakan Dimitri Gemilang sontak membuat kedua pasangan yang baru saja akan melakukan adegan panas itu terhenyak. Jantung Surya seperti ingin lepas dari tempatnya saat mendengar teriakan dari sang papa yang begitu nyaring. Sedangkan kekasih Surya hanya bisa tertunduk sembari kemali memasang kedua kancing kemeja yang tadi sempat dibuat terbuka oleh Surya. Kali ini sungguh tamatlah riwayat mereka. Berkilah mungkin bukanlah solusi yang pas untuk Surya dan Yana, kedua manik mata Dimitri telah menangkap basah adegan yang akan mereka lakukan. Sungguh ironi memang kantor yang notabenenya adalah tempat untuk mengais rejeki justru mereka jadikan sebagai te
"Kamu …," ucap Dimitri sambil menodongkan jari telunjuknya pada Yana. Dan Yana yang kini menjadi objek sasaran Dimitri hanya bisa tertunduk lesu tak berdaya. Dia rupanya kehilangan keberanian untuk sekedar menatap Dimitri, salah satu orang yang cukup berpengaruh di Gemilang Corp. Surya memang pemegang tertinggi kekuasaan Gemilang corp saat ini, tapi Dimitri tetaplah sosok yang paling disegani saat ini di gedung berlantai 8. "Segera ke bagian ke HRD untuk mengambil surat pemecatan." Jantung Yana seperti mencelos saat mendengar ucapan Dimitri barusan. Kedua kakinya seperti kehilangan kekuatannya untuk menopang tubuhnya dengan sempurna. "Pa, di sini pimpinannya adalah aku. Jadi, aku yang berhak untuk memecat bawahanku. Bukan papa." Dimitri hanya bisa menyunggingkan senyum durjananya saat mendengar ucapan sang putra barusan. Sungguh lancang dan berani sekali dia, pikir Dimitri. "Kamu nggak akan jadi pimpinan di sini kalau papa
Yana menetap Surya lekat-lekat untuk mencari sedikit saja kebohongan di sana, tapi yang Yana temukan hanyalah kejujuran. Surya sangat mengenali Yana, dia pasti juga mengerti dan paham apa yang sedang dicari oleh kekasih hatinya itu. "Kamu nggak bohong, 'kan?" tanya Yana sekali. Dan Surya seperti tak mengenal lelah dia hanya mengangguk sebagai pembenaran atas pertanyaan Yana barusan. "Iya, kamu boleh pergi kok." Surya merekahkan senyum renjananya sambil menarik Yana untuk kembali masuk ke dalam dekapannya. Tapi kebersamaan mereka itu tidak berlangsung lama. Semuanya terhenti saat gawai Yana berdering dan ada nama sang suami di sana. Surya hanya bisa memutar bola matanya jengah saat Yana memperlihatkan nama Hilal di sana. Setelah melabuhkan kecupan di bibir Surya, Yana pun membawa dirinya untuk duduk di sofa yang terdapat dalam ruangan orang nomor satu di Gemilang Corp tersebut. Sedangkan Surya kembali
"Kamu jangan bercanda, Git!" Suara Papa Dimitri terdengar meninggi, sungguh sangat nyaring. "Lakukan apapun yang menurut terbaik. Sekali ini tolong om dan tante. Tolong selamatkan Gerhana kami." Kedua manik mata Surya kian membola saat mendengar ucapan sang papa barusan. Selamatkan Gerhana? Hanya kata-kata itu yang terus berputar-putar di kepala Surya saat ini. Dimitri jatuh terduduk di kursi kerjanya. Aisyah lantas membombardir Dimitri dengan pertanyaan seputar kondisi Gerhana. "Pa … Gerhana bagaimana? Dia baik-baik saja ‘kan?" tanya Aisyah dengan menekan erat kedua bahu Dimitri. Seketika Aisyah seperti berubah menjadi jelmaan Hulk. "Dokter di Indonesia sudah menyerah, Ma." Aisyah dan Badai hanya bisa terisak mendeng penjelasan Dimitri. "Nggak ada yang mau bilang ke aku Gerhana kenapa?" Suara Surya masih saja meninggi. "Baiklah aku yang cari tahu sendiri," ucap Surya lalu memutar langkahnya
"Tolong untuk kali ini saja?" ulang Surya dengan nada yang tampak mengejek disertai dengan senyum sarkas miliknya. Dimitri diam tak bergeming, dia tahu setelah ini sang putra yang selalu dia banggakan ini akan kembali menguji sabarnya. "Jadi perjuanganku untuk melambungkan nama Gemilang Corp kalian anggap apa?" tanya Surya dengan sifat jemawanya. "Aku nggak akan menikahi Mentari, titik," ucap Surya dengan penuh penekanan. Karena ucapan Surya tersebut, Aisyah semakin membuat terisak. "Kalian memintaku menikahi Mentari itu sama saja kalau kalian pesimis dengan kesembuhan Gerhana." BUG~~~ Setelah mendapatkan satu tamparan dari Dimitri kini Surya kembali mendapatkan satu bogem mentah dari sang adik bungsu, Adi badai Dimitri. Baru saja Badai ingin mengucapkan apa yang menjadi uneg-unegnya, tapi Dimitri sudah menariknya mundur ke belakang, di sini yang kepala keluarga adalah dirinya. Jadi s
Ternyata benar Gita juga perlu dikuatkan. Terlebih lagi yang meninggal ini adalah lelaki yang akan menjadi kakak iparnya. Gita saja begitu hancurnya apalagi Mentari. Wanita yang memiliki paras teduh tersebut mungkin akan memilih untuk segera menyusul Gerhana saja. Badai dan Gita telah cukup lama menjalin kasih. Ikatan batin di antara mereka sudah tidak bisa lagi diragukan. Tanpa Gita menjelaskan pun Badai sudah tahu apa yang ada di pikiran sang kekasih saat ini. "Semua akan baik-baik saja," bisik Badai di telinga Gita. Gita terlalu lelah untuk menyampaikan apa arti dari ucapan Badai barusan. KREK~~~ Pintu kamar jenazah terbuka dengan sangat lebar jantung mereka semua yang sedang berada di sini sudah layaknya genderang peang yang sedang ditalu dengan sangat cepat. "Gerhana!!!" Lagi dan lagi teriakan itu berasal dari Aisyah. Belum melihat jasad sang anak saja dia sudah begitu kacaunya apalagi jika sudah melihat. Pasti kacauny
Tangan Dimitri terulur untuk mengelus rambut Gita yang berwarna hitam pekat. Penampilan Gita dan Mentari memang sangat kontras tapi sifat mereka jika adu sungguh akan beda tipis perbedaannya. Itulah alasan Dimitri membentangkan tangannya dengan sangat lebar untuk menerima mereka sebagai menantu di keluarga Dimitri. Beda halnya dengan Yana, sekalipun Yana telah menyandang gelar sebagai seorang janda Dimitri tidak akan sudi menerimanya untuk menyandang gelar sebagai menantu keluarga Dimitri. "Gerhana akan dimakamkan di Bandung." Jawaban yang disampaikan Dimitri sungguh membuat Gita kehilangan semangatnya. "Gerhana akan tetap bersama dengan Mentari. Mentari juga akan tetap menikah," timpal Dimitri. Perkataan Papa Dimitri barusan jelas saja mengundang reaksi yang berbeda antara Gita juga Surya. Gita kebingungan dan Surya mendengus kesal. Surya tahu keputusan sang papa adalah keputusan mutlak dan tidak bisa diganti apapun yang terjadi. Surya harus me
Cukup lama gawai Gita berdering dan tatapan kedua insan yang telah memadu kasih selama lima tahun itu juga masih saling mengunci satu sama lain. Sampai pada akhirnya gawai itu berhenti berdering karena tak kunjung mendapat jawaban dari sang empu. Seharusnya Gita sudah bisa menerka kalau jalinan kasih antara Gerhana juga Mentari sungguhlah sangat kuat. Sudah pasti Mentari sedikit mendapat firasat yang tak mengenakkan pertanda pamit Gerhana untuk selama-lamanya. Gawai Gita kembali berdering dan dalangnya masihlah orang yang sama. Siapa lagi kalau sang kakak. "Angkat aja," titah Badai dengan mengulum senyum termanisnya untuk Gita agar dia kuat melalui ini semua. Berbicara dengan Mentari saat ini bukanlah perkara yang mudah. "Hallo," ucap Gita setelah menggeser icon hijau di gawainya. "Kamu di mana, Dek? Mama nyariin kamu tuh." Gita bisa dengan jelas mendengarkan kalau ada nada kekhawatiran dari setiap kata yang terucap di bibir ranum sang kakak.