BRAK~~~
Pintu ruangan orang nomor satu di Gemilang Corp--perusahaan yang bergerak di bidang property tersebut terbuka secara brutal. Menampilkan sosok pria paruh baya tersebut dengan kedua manik mata yang melotot horor, rahang bawahnya tampak mengeras, dan kedua telapak tangannya terkepal hebat."SURYA!" Teriakan Dimitri Gemilang sontak membuat kedua pasangan yang baru saja akan melakukan adegan panas itu terhenyak. Jantung Surya seperti ingin lepas dari tempatnya saat mendengar teriakan dari sang papa yang begitu nyaring. Sedangkan kekasih Surya hanya bisa tertunduk sembari kemali memasang kedua kancing kemeja yang tadi sempat dibuat terbuka oleh Surya. Kali ini sungguh tamatlah riwayat mereka.Berkilah mungkin bukanlah solusi yang pas untuk Surya dan Yana, kedua manik mata Dimitri telah menangkap basah adegan yang akan mereka lakukan. Sungguh ironi memang kantor yang notabenenya adalah tempat untuk mengais rejeki justru mereka jadikan sebagai tempat memuaskan hasrat terlarang. Jelas hal tersebut membuat Dimitri geram bukan main."Surya ini kantor bukan hotel," ucap Dimitri dengan sangat geram. Urat-urat hijau menyembul dari balik pelipisnya, rahang bawahnya pun tampak mengeras, mungkin setelah ini Surya akan mendapatkan satu atau bahkan dua tamparan dari lelaki yang telah membesarkanku selama ini.Surya dan Yana hanya bisa tertunduk mereka mengaku mereka salah sehingga untuk sekedar berkilah pun bibir mereka merasa sangat kelu. Kali ini bukan lagi kesialan yang menimpa Surya melainkan sebuah kiamat.Atau bagian terburuk yang akan Surya dapatkan adalah sang papa akan senang hati melengserkannya dari tahta tertinggi Gemilang Corp lalu namanya akan dihapus sebagai salah satu ahli warisnya. Surya akan dibuat menjadi gembel oleh sang papa tanpa belas kasih sama sekali. Surya sangat mengenal sang papa jika telah dikecewakan tidak ada lagi istilah tegar dalam dirinya. Sungguh tragis memang nasib Surya yang memiliki papa sekeras kepala Dimitri Gemilang."Pa … ini tuh nggak seperti yang Papa bayangkan." Mendengar ucapan Surya barusan jelas saja semakin membuat Dimitri semakin jengkel pada sang putra sulung. Sudah tertangkap basah akan melakukan tindakan mesum masih saja dia berani berkilah."Surya, kedua mata papa ini masih berfungsi dengan sangat baik. Apa kamu sedang menuduh Papa sedang buta." Nada bicara Dimitri semakin meninggi saja. Kedua ekor mata Surya bisa melihat dengan jelas kalau sang kekasih, Chayana Aurellia sedang ketakutan. Itu tampak jelas karena Yana dengan kuat menggigit bibir bawahnya.Sebelah tangan Surya terulur untuk menggenggam tangan Yana. Menyalurkan sedikit demi sedikit saja kekuatan agar Yana kuat melalui ini. Bukankah jika bersama kita akan lebih kuat.Kedua manik mata Dimiri menangkap itu semua. PLAK~~~PLAK~~~Benar dugaan Surya kalau dia akan mendapatkan ini dari sang papa. Surya bukan tidak mau untuk melawan karena sejak dia memang bukan tipe anak pembangkang."Putuskan hubungan kalian!" ucap Dimitri dengan sangat entengnya. Tak sedikit pun dia menaruh rasa kasihan pada keduanya.Entah sadar atau tidak Surya hanya menjawab keinginan sang papa lewat gerakan kepala ke kiri dan ke kanan sebagai simbol penolakan. Cinta pertama Surya adalah Yana mana bisa dia membiarkannya kandas apalagi di tangan lelaki yang telah membesarkannya. Lelaki yang telah memberikan nama besar Dimitri di belakang namanya, Adi Surya Dimitri."Kalau Papa bilang putuskan hubungan kalian berarti kamu harus putuskan Surya, sejak kapan kamu menjadi anak yang pembakang, hah?" Nada bicara Dimitri kian lama kian meninggi saja. Dan Yana yang mendengar hal tersebut jelas refleks saja mengelus dadanya dengan gerakan naik turun."Kali ini izinkan aku untuk membantah ucapan Papa," ucap Surya dengan suara yang naik satu oktaf. Mendengar ucapan dari sang putra sulung jelas saja membuat Dimitri shock bukan kepalang. Ini adalah kali pertamanya seorang Adi Surya Dimitri meninggi suara di hadapan sang papa. Bahkan Yana yang telah bersama dengan Surya sekian bulan baru kali ini dia melihat sisi beringas sang kekasih. "27 tahun aku rasa cukup untuk aku menjadi anak yang penurut, anak yang selalu tunduk apapun yang menjadi keinginan Papa. Tapi kali ini, aku akan mempertahankan apa yang menjadi sumber bahagiaku." Dimitri semakin dibuat tertohok oleh pernyataan sayang putra sulung.Dimitri hanya bisa memijat pelipisnya saat mendengar ucapan Surya yang sangat menyakiti hatinya. Dia sungguh tak habis pikir bagaimana anak yang selalu dia anggap penurut itu nyatanya bisa berubah dengan sangat drastis?Lalu kedua manik mata Dimitri menatap Chayana Aurellia, wanita yang dia anggap sebagai biang keladi dari semua permasalahan ini."Dia itu wanita nggak baik, Kak." Dimitri mencoba menurunkan nada bicara hanya sekedar untuk memiliki rasa simpati sang putra tapi itu sungguh tidak akan mempan. Sepertinya Dimitri melupakan kalau dalam diri Surya mengalir sifat keras kepala yang dia dapatkan dari sang papa. Apakah Surya akan luluh atas ucapan sang papa kini yang telah lembut? Tentu saja tidak, Surya telah menentukan pilihannya sesulit apapun itu jika Yana bersamanya dia pasti bisa melaluinya."Tahu apa Papa tentang Yana? Papa bukan cenayang yang bisa membaca pikiran orang lain. Stop menjudge orang lain hanya dari satu sudut pandang." Ucapan Surya sungguhlah sangat tegas dan tak terbantahkan sama sekali.Surya sepertinya memang telah bermetamorfosa dari anak penurut menjadi anak pembakang.Dimitri saja shock dengan ini semua apalagi dengan Aisyah nantinya. Bersambung …."Kamu …," ucap Dimitri sambil menodongkan jari telunjuknya pada Yana. Dan Yana yang kini menjadi objek sasaran Dimitri hanya bisa tertunduk lesu tak berdaya. Dia rupanya kehilangan keberanian untuk sekedar menatap Dimitri, salah satu orang yang cukup berpengaruh di Gemilang Corp. Surya memang pemegang tertinggi kekuasaan Gemilang corp saat ini, tapi Dimitri tetaplah sosok yang paling disegani saat ini di gedung berlantai 8. "Segera ke bagian ke HRD untuk mengambil surat pemecatan." Jantung Yana seperti mencelos saat mendengar ucapan Dimitri barusan. Kedua kakinya seperti kehilangan kekuatannya untuk menopang tubuhnya dengan sempurna. "Pa, di sini pimpinannya adalah aku. Jadi, aku yang berhak untuk memecat bawahanku. Bukan papa." Dimitri hanya bisa menyunggingkan senyum durjananya saat mendengar ucapan sang putra barusan. Sungguh lancang dan berani sekali dia, pikir Dimitri. "Kamu nggak akan jadi pimpinan di sini kalau papa
Yana menetap Surya lekat-lekat untuk mencari sedikit saja kebohongan di sana, tapi yang Yana temukan hanyalah kejujuran. Surya sangat mengenali Yana, dia pasti juga mengerti dan paham apa yang sedang dicari oleh kekasih hatinya itu. "Kamu nggak bohong, 'kan?" tanya Yana sekali. Dan Surya seperti tak mengenal lelah dia hanya mengangguk sebagai pembenaran atas pertanyaan Yana barusan. "Iya, kamu boleh pergi kok." Surya merekahkan senyum renjananya sambil menarik Yana untuk kembali masuk ke dalam dekapannya. Tapi kebersamaan mereka itu tidak berlangsung lama. Semuanya terhenti saat gawai Yana berdering dan ada nama sang suami di sana. Surya hanya bisa memutar bola matanya jengah saat Yana memperlihatkan nama Hilal di sana. Setelah melabuhkan kecupan di bibir Surya, Yana pun membawa dirinya untuk duduk di sofa yang terdapat dalam ruangan orang nomor satu di Gemilang Corp tersebut. Sedangkan Surya kembali
"Kamu jangan bercanda, Git!" Suara Papa Dimitri terdengar meninggi, sungguh sangat nyaring. "Lakukan apapun yang menurut terbaik. Sekali ini tolong om dan tante. Tolong selamatkan Gerhana kami." Kedua manik mata Surya kian membola saat mendengar ucapan sang papa barusan. Selamatkan Gerhana? Hanya kata-kata itu yang terus berputar-putar di kepala Surya saat ini. Dimitri jatuh terduduk di kursi kerjanya. Aisyah lantas membombardir Dimitri dengan pertanyaan seputar kondisi Gerhana. "Pa … Gerhana bagaimana? Dia baik-baik saja ‘kan?" tanya Aisyah dengan menekan erat kedua bahu Dimitri. Seketika Aisyah seperti berubah menjadi jelmaan Hulk. "Dokter di Indonesia sudah menyerah, Ma." Aisyah dan Badai hanya bisa terisak mendeng penjelasan Dimitri. "Nggak ada yang mau bilang ke aku Gerhana kenapa?" Suara Surya masih saja meninggi. "Baiklah aku yang cari tahu sendiri," ucap Surya lalu memutar langkahnya
"Tolong untuk kali ini saja?" ulang Surya dengan nada yang tampak mengejek disertai dengan senyum sarkas miliknya. Dimitri diam tak bergeming, dia tahu setelah ini sang putra yang selalu dia banggakan ini akan kembali menguji sabarnya. "Jadi perjuanganku untuk melambungkan nama Gemilang Corp kalian anggap apa?" tanya Surya dengan sifat jemawanya. "Aku nggak akan menikahi Mentari, titik," ucap Surya dengan penuh penekanan. Karena ucapan Surya tersebut, Aisyah semakin membuat terisak. "Kalian memintaku menikahi Mentari itu sama saja kalau kalian pesimis dengan kesembuhan Gerhana." BUG~~~ Setelah mendapatkan satu tamparan dari Dimitri kini Surya kembali mendapatkan satu bogem mentah dari sang adik bungsu, Adi badai Dimitri. Baru saja Badai ingin mengucapkan apa yang menjadi uneg-unegnya, tapi Dimitri sudah menariknya mundur ke belakang, di sini yang kepala keluarga adalah dirinya. Jadi s
Ternyata benar Gita juga perlu dikuatkan. Terlebih lagi yang meninggal ini adalah lelaki yang akan menjadi kakak iparnya. Gita saja begitu hancurnya apalagi Mentari. Wanita yang memiliki paras teduh tersebut mungkin akan memilih untuk segera menyusul Gerhana saja. Badai dan Gita telah cukup lama menjalin kasih. Ikatan batin di antara mereka sudah tidak bisa lagi diragukan. Tanpa Gita menjelaskan pun Badai sudah tahu apa yang ada di pikiran sang kekasih saat ini. "Semua akan baik-baik saja," bisik Badai di telinga Gita. Gita terlalu lelah untuk menyampaikan apa arti dari ucapan Badai barusan. KREK~~~ Pintu kamar jenazah terbuka dengan sangat lebar jantung mereka semua yang sedang berada di sini sudah layaknya genderang peang yang sedang ditalu dengan sangat cepat. "Gerhana!!!" Lagi dan lagi teriakan itu berasal dari Aisyah. Belum melihat jasad sang anak saja dia sudah begitu kacaunya apalagi jika sudah melihat. Pasti kacauny
Tangan Dimitri terulur untuk mengelus rambut Gita yang berwarna hitam pekat. Penampilan Gita dan Mentari memang sangat kontras tapi sifat mereka jika adu sungguh akan beda tipis perbedaannya. Itulah alasan Dimitri membentangkan tangannya dengan sangat lebar untuk menerima mereka sebagai menantu di keluarga Dimitri. Beda halnya dengan Yana, sekalipun Yana telah menyandang gelar sebagai seorang janda Dimitri tidak akan sudi menerimanya untuk menyandang gelar sebagai menantu keluarga Dimitri. "Gerhana akan dimakamkan di Bandung." Jawaban yang disampaikan Dimitri sungguh membuat Gita kehilangan semangatnya. "Gerhana akan tetap bersama dengan Mentari. Mentari juga akan tetap menikah," timpal Dimitri. Perkataan Papa Dimitri barusan jelas saja mengundang reaksi yang berbeda antara Gita juga Surya. Gita kebingungan dan Surya mendengus kesal. Surya tahu keputusan sang papa adalah keputusan mutlak dan tidak bisa diganti apapun yang terjadi. Surya harus me
Cukup lama gawai Gita berdering dan tatapan kedua insan yang telah memadu kasih selama lima tahun itu juga masih saling mengunci satu sama lain. Sampai pada akhirnya gawai itu berhenti berdering karena tak kunjung mendapat jawaban dari sang empu. Seharusnya Gita sudah bisa menerka kalau jalinan kasih antara Gerhana juga Mentari sungguhlah sangat kuat. Sudah pasti Mentari sedikit mendapat firasat yang tak mengenakkan pertanda pamit Gerhana untuk selama-lamanya. Gawai Gita kembali berdering dan dalangnya masihlah orang yang sama. Siapa lagi kalau sang kakak. "Angkat aja," titah Badai dengan mengulum senyum termanisnya untuk Gita agar dia kuat melalui ini semua. Berbicara dengan Mentari saat ini bukanlah perkara yang mudah. "Hallo," ucap Gita setelah menggeser icon hijau di gawainya. "Kamu di mana, Dek? Mama nyariin kamu tuh." Gita bisa dengan jelas mendengarkan kalau ada nada kekhawatiran dari setiap kata yang terucap di bibir ranum sang kakak.
"Mentari … kenapa takdir antara kita begitu rumit? Aku bukan yang terbaik untukmu, aku tak bisa mencintaimu sebaik yang Gerhana lakukan padamu," racau Surya saat menatap pigura yang membingkai potret cantik seorang Mentari Chamissya Damayanti. "Tapi maaf aku tidak sekuat Gerhana dalam hal menentang perkataan orang lain. Maaf aku harus membuatmu terjebak dalam pernikahan tanpa cinta denganku." "Hati aku hanya untuk Yana, bukan kamu Aku tidak bisa menempatkanmu di tahta terindah dalam hatiku." Hati Surya kian terbalut nelangsa saat lagi dan lagi harus tunduk pada apa yang menjadi titah oleh Dimitri. Namanya memang masih Adi Surya Dimitri, tapi dia harus hidup dalam bayang-bayang seorang Adi Gerhana Dimitri--sang adik yang telah berpulang ke pangkuan Sang Khalik. Lain Surya lain juga Mentari saat ini. Suasana hati mereka sungguhlah sangat kontras satu sama lain. Surya berbalut nelangsa dan Mentari yang terus menyunggingkan senyum rencananya.&