"Mentari … kenapa takdir antara kita begitu rumit? Aku bukan yang terbaik untukmu, aku tak bisa mencintaimu sebaik yang Gerhana lakukan padamu," racau Surya saat menatap pigura yang membingkai potret cantik seorang Mentari Chamissya Damayanti.
"Tapi maaf aku tidak sekuat Gerhana dalam hal menentang perkataan orang lain. Maaf aku harus membuatmu terjebak dalam pernikahan tanpa cinta denganku."
"Hati aku hanya untuk Yana, bukan kamu Aku tidak bisa menempatkanmu di tahta terindah dalam hatiku." Hati Surya kian terbalut nelangsa saat lagi dan lagi harus tunduk pada apa yang menjadi titah oleh Dimitri.
Namanya memang masih Adi Surya Dimitri, tapi dia harus hidup dalam bayang-bayang seorang Adi Gerhana Dimitri--sang adik yang telah berpulang ke pangkuan Sang Khalik.
Lain Surya lain juga Mentari saat ini. Suasana hati mereka sungguhlah sangat kontras satu sama lain. Surya berbalut nelangsa dan Mentari yang terus menyunggingkan senyum rencananya.
Karena kurang dari 40 hari lagi keluarga Dimitri akan melamarnya secara langsung untuk menjadi menantu. Tidak ada yang lebih bahagia dari dilamar oleh pria yang kita cintai, tapi akan seperti apa jadinya jika Mentari tahu yang akan menjadi suaminya bukanlah sang kekasih yang dia harapkan menjadi suaminya. hannya fisik mereka yang sama, tapi sifat dan kelakuan mereka sungguh bagaikan sisi mata uang yang berbeda.
Mentari sungguh beruntung karena bisa bertemu dengan Gerhana pria yang mencintainya tanpa kata tapi atau kata karena. Gerhana bahkan tak mempermasalahkan noda yang Mentari miliki. Jelas saja demikian karena antara Mentari juga Gerhana yang ada hanyalah ketidak sempurnaan. Gerhana yang akrab dengan dunia malam sedangkan Mentari yang sudah tidak lagi suci. Tapi hal tersebut akan lain lagi ceritanya jika Mentari harus disandingkan dengan Surya.
KREK~~~
Pintu kamar milik Mentari terbuka tanpa permisi tidak perlu lagi bertanya siapakah dalangnya tentu saja itu ulah dari Sagita Ariyanti yang sedang menghibur dirinya sendiri saat ini.
"Kak …," panggil Gita yang masih menyembulkan kepalanya dari balik pintu.
"Eh, Git. Kamu udah pulang? Ayo sini masuk," ucap Mentari lalu menepuk sisi bibir ranjang yang kosong.
"Kalau nggak di sini, aku nggak mungkin pulang, Kak." Gita hanya bisa memutar kedua manik matanya jengah saat melihat cara kerja otak sang kakak yang berjalan cukup lambat saat ini.
"Ya bisa aja kamu di dapur," kilah Mentari.
"Sudahlah aku tidak mungkin menang berdebat melawan seorang pengacara." Mentari dan Gita lalu tertawa bersama.
"Aku masih ada di tingkat middle, Git. Sedangkan kamu? Kamu sudah menjadi dokter ahli dalam. Karir kamu lebih bagus dari aku." Gita hanya menanggapi hal tersebut dengan menarik paksa kedua ujung bibirnya untuk melengkungkan senyum renjananya.
Di Indonesia, jenjang karier pengacara cukup berbeda dibandingkan dengan, misalnya, Amerika Serikat yang mana karier pengacara dimulai dari paralegal.
Baik pengacara korporat atau litigasi di Indonesia, dimulai dari ketika lulus Sarjana Hukum, maka jenjang kariernya secara umum berupa Intern, Probation, Associate, dan Partner.
Intern, biasanya ketika baru lulus, maka jabatan yang tersedia adalah legal intern dengan jangka waktu sekitar 3 bulan. Biasanya, pekerjaan yang dilakukan adalah melakukan riset ketentuan hukum dan terjemahan hukum jika diperlukan.
Probation, setelah intern, atau di beberapa lawfirm bisa saja langsung masuk ke tahap ini, maka akan dilakukan probation. Sejatinya, menurut UU 13/2003, maka probation hanya bisa selama 3 bulan, tetapi ada beberapa lawfirm yang menetapkan masa probation selama 6 bulan atau lebih, jadi hati-hati ya. Pekerjaan yang dilakukan akan mirip dengan intern, tetapi biasanya sudah lebih dilibatkan dalam berhubungan dengan klien.
Associate, setelah melewati masa probation, biasanya seseorang akan langsung diangkat menjadi associate, terutama junior associate yang memiliki tugas utama untuk membantu pekerjaan middle associate dan senior associate. Di sinilah anda akan mendapatkan jabatan "cungpret". Untuk naik tingkat ke middle associate dari junior associate memakan waktu yang berbeda-beda, tetapi di antara 3–5 tahun kerja. Dari middle associate ke senior associate, bisa memakan waktu yang juga berbeda-beda, tetapi sekitar 5–7 tahun kerja. Kebanyakan jabatan di dalam sebuah lawfirm adalah jelas associate dan pekerjaannya mencakup semua hal dengan tujuan utama memuaskan keinginan klien, mulai dari due diligence, pembuatan legal opinion, hingga secondment di kantor klien.
Partner, yang mana jabatan ini adalah jabatan yang diberikan, bukan diraih. Partner sendiri adalah sekutu di dalam lawfirm, yang memiliki bagian "potongan kue" dari hasil deal dengan klien. Jadi, tugas anda di sini bukan lagi melakukan riset hukum, tetapi mencari klien. Namun demikian, ada juga sebutan salary partner, yang tidak diberikan target mendapatkan klien.
Selain jenjang karier tersebut, sebenarnya ada jenjang karier paralegal, yakni professional supporting lawyer yang memiliki tugas utama untuk menunjang kinerja para associate di lawfirm dengan melakukan riset hukum mendalam dan administrasi dokumen hukum dengan baik. Akan tetapi, tidak semua lawfirm memiliki jabatan ini.
Drrrt … Drrrt … Drrrt …
Gawai milik Menteri yang terletak di atas nakas berdering tanpa permisi, sontak hal tersebut membuat keduanya terkejut terlebih lagi Mentari.
"Siapa, Kak?" tanya Gita karena Mentari tak kunjung menjawab panggilan tersebut.
"Nggak tahu nomor baru, nih," jawab Mentari sambil memperlihatkan layar gawainya yang hanya menampilkan nomor tanpa nama sang penelepon.
Gita hanya bisa mengedikkan bahunya. "Aku juga nggak tahu, Kak. Aku hanya seorang Sagita Ariyani bukan cenayang." Sungguh besar keinginan Mentari untuk menimpuk sang adik dengan sebuah bantal, tapi niat itu diurungkan saat rasa penasarannya semakin membuncah pada orang yang meneleponnya tersebut.
Dengan gerakan cepat Mentari lalu menggeser icon hijau yang ada di gawainya.
"Assalamu alaikum," ucap Mentari penuh dengan kelembutan.
Karena tak kunjung mendapat jawaban dari sang lawan bicara membuat kening wanita berparas teduh itu berkerut bagaikan kulit jeruk.
"Assalamu alaikum." Mentari kembali mengulang sapaannya karena sambungan telepon mereka masih tersambung hanya tidak terdengar suara dari lawan bicara Mentari
"Salah sambung kali." Tapi entah kenapa dalam relung hati Mentari dia merasa terpanggil untuk terus berbicara dengan orang tersebut.
Mentari bisa sedikit bernapas lega saat orang yang dia ajak berbicara akhirnya mau membalas sapaannya.
"Ini dengan siapa, ya?" tanya Mentari dengan raut wajah yang sangat serius seperti sedang berhadapan dengan Yang Mulia Majelis Hakim saja.
Bersambung ….
Sebelah alis milik Mentari sedikit terangkat saat mendengar siapa yang meneleponnya itu. "Kamu sakit, Mas? Kok suara kamu aneh sih?" Iya penelepon itu adalah Adi Surya Dimitri. DEG~~~ Bukan saja Surya yang kesulitan untuk meneguk salivanya. Surya saja yang tak berada di dekat Mentari merasakan tremor, lalu apa kabar dengan Gita yang jaraknya sangat dekat dengan Mentari saat ini. Jantung dokter muda tersebut seperti ingin copot saja. "Kak Surya?" gumam Gita dalam hatinya. "Kak, aku keluar dulu yah?" Mentari hanya menjawab lewat anggukan kepala sembari tersenyum dengan sangat manis pada sang adik. Dengan langkah cepat juga panjang Gita meninggalkan Mentari yang kini sedang bertukar dengan pria yang dia kira adalah Gerhana padahal itu hanyalah Surya. "Kamu sehat 'kan Mas?" gurat penuh kekhawatiran terpatri jelas di setiap lekuk wajah Mentari saat ini. Semakin besar rasa khawatir Mentari maka akan semaki
"Aku kaget aja, Mas," kilah Mentari dengan nada yang terdengar cukup menaruh prihatin. Surya maupun Mentari sama-sama terdiam tak ada di antara mereka yang mau membuka suara terlebih dahulu. Sampai pada akhirnya, "Kamu kalau mau melanjutkan karirmu sebagai pengacara di sini aku siap dukung kok." Ucapan yang terlontar dari mulut Surya membuat Mentari ambigu. Bukan apa-apa sih sebenarnya, tapi Mentari sudah terlanjur untuk menandatangani kontrak dengan salah satu Firma Hukum di Yogyakarta. Jika Mentari membatalkan hal tersebut, maka biaya yang harus dibayar cukuplah besar. Surya sepertinya mengerti kalau saat ini, Mentari sedang gamang hatinya. Surya juga tak tahu bagaimana bisa Surya seakan memiliki empati tinggi pada wanita yang selama ini tak terlalu dekat dengannya. "Are you okey?" tanya Surya karena dia merasa ada yang tak beres dengan wanita ini. Karena tak kunjung mendapat jawaban akhirnya Surya memutuskan untuk mengulang tanyanya. "Aku sudah ter
Jika pihak suami yang menggugat cerai maka itu dinamakan sebagai cerai talak, dan jika istri yang menggugat namanya adalah cerai gugat. "Gita, aku dan Mas Gerhana itu saling mencintai jadi kami nggak mungkin bercerai." Kedua alis Gita bertautan satu sama lain begitu pula dengan kedua manik mata jernihnya tampak memicing, menatap sang kakak penuh dengan selidik. "Oh, ya?" Mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Gita membuat Mentari sontak menggaruk keningnya yang tak gatal tersebut. Dengan polosnya Mentari hanya bisa mengangguk, sungguh polos sekali kakaknya ini pikir Gita. "Kita nggak pernah tahu ke depannya akan seperti apa, Kak." Lidah Mentari mendadak kelu saat mendengar ucapan Gita yang terlampau benar tersebut. Dengan ucapan yang terlontar dari bibir Mentari beberapa saat yang lalu tentu saja itu sama dengan meragukan kuasa Allah. "Astagfirullahaladzim," ucap Mentari sambil mengelus dadanya dengan gerakan naik turun.
Kolam renang yang terletak di halaman belakang rumah Rangga tentu saja menjadi pilihan terbaik untuk Rangga. Mungkin sudah lima menit mereka berada di sini, tapi tak ada satu pun dari mereka yang mau membuka suara terlebih dahulu. Rangga sedang sibuk untuk merangkai kata, sedangkan Surya, pria itu hanya bisa menunggu apa yang hendak dibicarakan oleh Rangga. Sampai di sini Surya bisa menyimpulkan kalau apa yang akan dibicarakan oleh Rangga mungkin bisa dikatakan sebagai sesuatu yang sangat urgent, entahlah. "Papa tahu kalau kamu bukanlah Gerhana, kamu adalah Surya." DEG~~~ Jantung Surya seperti ingin rontok saat ini juga kala mendengar apa yang diucapkan oleh Papa Rangga barusan. Seharusnya orang yang peka dengan semua sandiwara ini adalah Mentari, tapi kenapa target justru salah sasaran seperti ini. "Papa--" Surya seperti kesulitan untuk mel
Surya tampak hening beberapa saat, sampai pada akhirnya dia mengisi rongga dadanya dengan banyak sekali pasokan oksigen. "Kamu bisa Surya, ini bukan kali pertamanya kamu berperan untuk menggantikan Gerhana." Satu-satunya hal yang membuat hati seorang Adi Surya Dimitri menjadi gamang saat ini adalah ini sesi tukar peran yang sangat berat menurutnya. Tidak akan selesai hanya dalam waktu sehari, tapi hal ini akan berlangsung seumur hidup. Karena pernikahan adalah ibadah terpanjang dalam hidup, Hanya akan berakhir ketika salah satu dari kita pergi menghadapnya. Kiasan tersebut sudah lebih dari cukup untuk menyadarkan Surya kalau selamanya dia harus hidup dalam satu atap yang sama dengan wanita yang sebenarnya tak pernah dia cinta. "Mentari …." Mentari yang merasa terpanggil oleh seruan lelaki yang dia kira adalah kekasihnya pun mendongak. Pandangan keduanya kini kembali be
Gita sejatinya adalah anak yang tak memiliki sifat neko-neko yang tinggi, sepertinya sifat Alika tersebut tidaklah menurun pada dirinya saat ini. Gita memang mencintai Badai, sangat cinta malahan. Namun, Gita juga tidak mau memaksakan kehendak untuk menikah sekarang dengan pria tersebut. Sesiap Badai saja. Dalam menentukan pasangan wanita hanya akan dihadapkan oleh dua pilihan. Pertama, menunggu pria yang dia sayangi melamarnya. Dan yang kedua, menerima pinangan lelaki yang serius dengannya. Untuk kasus Gita kali ini, dia akan memilih pilihan yang pertama. "Sagita Ariyani, tahukah kamu? Satu-satunya orang yang memenuhi syarat untuk menjadi istriku adalah kamu. Karena, syarat pernikahan yang langgeng adalah jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama. Will you marry me?" Jika tadi orang-orang dibuat terperangah kala mendengar niat Surya untuk melamar Mentari, maka lain halnya dengan kala mendengar lama
"Mentari dulu deh, dia kan pasti yang lebih siap. Kamu mau mahar apa, Nak?" Kali ini pertanyaan tersebut yang terlontar dari mulut Aisyah. GLEK~~~ Mentari tampak kesusahan untuk mengutarakan keinginannya tentang mahar yang akan dia minta. "Bilang saja!" ucap Surya yang ingin meniru tutur bicara Gerhana tapi apalah daya Surya adalah Surya dan Gerhana adalah Gerhana. Gerhana tidak bisa menjadi Surya begitupun sebaliknya. Mendengar nada bicara sang kekasih yang tampak aneh membuat Mentari semakin kesulitan untuk mengutarakan keinginannya. "Bilang saja, Sayang!" Buru-buru Surya segera mengubah nada bicaranya dengan sangat halusnya itu bukan karena delikan mata dari Dimitri, tapi semata-mata untuk meyakinkan Rangga kalau dia akan mencoba untuk mencintai Mentari meski itu adalah hal yang paling mustahil terjadi karena saat ini masih Yanalah yang bertak
"Dek ditanyain tuh, kamunya." Sentakan kecil dari Alika menyadarkan Gita dari lamunannya. Dokter muda itu tampak mengerjapkan kedua manik matanya. "Gita mau mahar apa, Ma?" Sontak tingkah Gita yang seperti itu membuat semua orang tertawa dengan sangat nyaring. Bahkan Surya pun yang sedari bersifat dingin tak tersentuh oleh apapun mendadak tertawa dengan sangat lepas. Melihat tawa Surya barusan membuat hati Mentari yang gamang mendadak sangat lapang. Tawa dari orang terkasih memang adalah pelipur lara terbaiknya. "Ish kamu tuh …," ucap Alika sembari mendaratkan cubitan pelan di pipi sang putri. Terlintas rasa iri dan juga cemburu dalam benak Mentari saat melihat kedekatan antara Alika juga Gita. Mentari juga manusia normal yang ingin disayang juga dimanja oleh orang tua kandungnya. Tapi apalah daya karena itu adalah mimpi yang paling mustahil untuk Mentari raih sekarang. Raut mendung yang terpancar jelas di setiap lekuk wajah Mentari