"Kamu jangan bercanda, Git!" Suara Papa Dimitri terdengar meninggi, sungguh sangat nyaring.
"Lakukan apapun yang menurut terbaik. Sekali ini tolong om dan tante. Tolong selamatkan Gerhana kami." Kedua manik mata Surya kian membola saat mendengar ucapan sang papa barusan.
Selamatkan Gerhana? Hanya kata-kata itu yang terus berputar-putar di kepala Surya saat ini.
Dimitri jatuh terduduk di kursi kerjanya. Aisyah lantas membombardir Dimitri dengan pertanyaan seputar kondisi Gerhana.
"Pa … Gerhana bagaimana? Dia baik-baik saja ‘kan?" tanya Aisyah dengan menekan erat kedua bahu Dimitri. Seketika Aisyah seperti berubah menjadi jelmaan Hulk.
"Dokter di Indonesia sudah menyerah, Ma." Aisyah dan Badai hanya bisa terisak mendeng penjelasan Dimitri.
"Nggak ada yang mau bilang ke aku Gerhana kenapa?" Suara Surya masih saja meninggi.
"Baiklah aku yang cari tahu sendiri," ucap Surya lalu memutar langkahnya untuk menggapai pintu ruang kerja Dimitri.
Saat hendak akan memutar langkah hendel pintu ucapan dari Dimitri memberhentikan langkahnya.
"Gerhana kecelakaan sepulang dari menyampaikan niatnya untuk melamar Mentari pekan depan."
DEG~~~
Jantung Surya seperti sedang dihunus oleh timah panas saat ini juga. Sekujur tubuhnya mendadak beku saat ini juga. Kakinya seperti kehilangan kekuatannya sekarang, tak lagi mampu untuk menopang tubuhnya. Dia baru pulang ke rumah ini dan langsung disuguhi oleh kabar buruk seperti ini. Kenapa?
"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Surya sambil menatap kedua orang tuanya dan juga adiknya satu persatu.
"Kritis, dokter di Indonesia sudah menyerah untuk menanganinya. Jadi dia akan dirujuk ke Singapura."
Tangis Aisyah semakin menjadi-jadi saat mendengar kabar tersebut.
"Gerhana!!!" teriak Aisyah dengan sangat kacau. Hatinya hancur mendapati anak yang dia lahirkan 27 tahun yang lalu harus berjuang sendiri melawan maut.
Meski Gerhana dikenal sebagai anak yang sangat jauh dari kata sempurna, tapi dia tetaplah anak kandung keluarga Dimitri. Adi Gerhana Dimitri adalah separuh dari Dimitri dan separuh juga dari Aisyah. Dengan alasan apapun tidak ada yang bisa mengatakan kalau Gerhana bukanlah anak mereka. Sebagaimana nakalnya dia, tidak ada yang dapat mengubah garis takdir.
Aisyah lalu mendekati Surya yang masih mematung di depan ruang kerja sang papa.
Baik Dimitri dan juga Badai dibuat bertanya dengan apa yang akan dilakukan oleh wanita tercantik di keluarga Dimitri itu.
"Surya … sini sayang!"
Dimitri dan juga Badai dibuat bertanya-tanya dengan apa yang akan dilakukan oleh Aisyah.
Bak kerbau yang dicolok hidungnya Surya mau saja ketika diajak oleh sang mama untuk duduk di sofa yang terdapat di ruang kerja Dimitri.
"Kakak … kamu yah gantikan Gerhana?"
Kini bukan saja Dimitri dan Badai yang kebingungan mendengar ucapan Aisyah tapi juga Surya kesusahan untuk mengerti apa yang dimaksud oleh wanita paruh baya tersebut.
Menggantikan dalam hal seperti apa? Tapi sayang pertanyaan Surya tersebut hanya tertahan di bibirnya tanpa bisa dia tuangkan lewat kata-kata.
"Gantikan Kak Gerhana dalam hal apa, Ma?' Mungkin pertanyaan dari Badai itu sudah mewakili apa yang ada di pikiran Dimitri dan juga Surya saat ini.
Aisyah tampak menghela napas panjang untuk mengisi rongga dadanya dengan banyak oksigen. Dia tahu ini sangat tidak mudah untuk Surya lakukan nantinya.
"Mama minta aku menggantikan Gerhana dalam artian apa? Aku harus memberikan nyawaku untuk Gerhana, begitu?" Kedua manik mata Aisyah membola manakala mendengar perkataan Surya barusan.
Aisyah lantas menggeleng samar sebagai jawaban dari pertanyaan Surya barusan.
Aisyah kemudian mencakup kedua pipi sang putra sulung. Air bening kembali menganak sungai di pipi putihnya.
"Kamu maukan menggantikan posisi Gerhana untuk Mentari?" Surya semakin terperangah tak percaya mendengar ucapan sang mama.
"Menggantikan Gerhana?' ulang Surya dengan sedikit keraguan. Dia takut kalau tadi dia salah mendengar ucapan sang mama barusan.
"Nikahi Mentari … gantikan Gerhana!" Setelah Aisyah memperjelas maksud perkataanmu barusan, Surya seperti ingin dipanggil saja oleh Malaikat Izrail saat ini juga.
Bahagia Surya hanya bersama Yana, bukan bersama dengan Mentari atau siapapun itu. Dia hanya ingin Yana.
Entah sadar atau tidak Surya menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan sebagai simbol penolakan atas permintaan Aisyah.
"Tolong pikirkan perasaan Mentari jika dia tahu kalau Gerhana dalam keadaan kritis."
"Terus aku harus mengorbankan masa depanku, kebahagiaanku hanya untuk menikahi wanita yang sama sekali tak aku cintai. Wajahku dan Gerhana memang terlampau mirip, Ma. Tapi aku tak bisa mencintai Mentari sebaik yang Gerhana lakukan. Aku nggak bisa menjadi Gerhana dan Gerhana nggak bisa menjadi Surya, Ma."
Aisyah seharusnya sadar sejak awal kalau Surya tidak akan membuat hal ini menjadi mudah.
"Untuk kali ini tolonglah kami Surya," ucap Dimitri dengan nada yang sangat memelas.
27 tahun Surya mengenal sang papa baru kali ini dia terdengar sangat kacau. Dan hal tersebut mampu membuat hati Surya menjadi gamang.
Tapi semua itu hancur seketika saat wajah cantik Yana kembali hadir di dalam benaknya.
"Surya kamu pilih mana, baktimu pada kami atau hatimu pada perempuan yang telah menjadi istri orang tersebut?"
"Kamu itu anak yang pintar, tapi kenapa setelah kamu mengenal cinta kamu mendadak tolol?"
Dimitri terus menyerang sang putra sulung agar mau menuruti apa yang menjadi keinginan sang mama.
"Nggak. Sekali aku bilang nggak yang nggak."
PLAK~~~
Dimitri kembali melayangkan satu tamparan keras di sebelah pipi Surya. "Bersama perempuan tak bermoral itu kamu menjadi pelayannya dan bersama kami kamu melawan. Ke mana perginya Adi Surya Dimitri yang dulu, hah?" ucap Dimitri sambil menodongkan jari telunjuknya tepat di hadapan Surya.
Bersambung ….
"Tolong untuk kali ini saja?" ulang Surya dengan nada yang tampak mengejek disertai dengan senyum sarkas miliknya. Dimitri diam tak bergeming, dia tahu setelah ini sang putra yang selalu dia banggakan ini akan kembali menguji sabarnya. "Jadi perjuanganku untuk melambungkan nama Gemilang Corp kalian anggap apa?" tanya Surya dengan sifat jemawanya. "Aku nggak akan menikahi Mentari, titik," ucap Surya dengan penuh penekanan. Karena ucapan Surya tersebut, Aisyah semakin membuat terisak. "Kalian memintaku menikahi Mentari itu sama saja kalau kalian pesimis dengan kesembuhan Gerhana." BUG~~~ Setelah mendapatkan satu tamparan dari Dimitri kini Surya kembali mendapatkan satu bogem mentah dari sang adik bungsu, Adi badai Dimitri. Baru saja Badai ingin mengucapkan apa yang menjadi uneg-unegnya, tapi Dimitri sudah menariknya mundur ke belakang, di sini yang kepala keluarga adalah dirinya. Jadi s
Ternyata benar Gita juga perlu dikuatkan. Terlebih lagi yang meninggal ini adalah lelaki yang akan menjadi kakak iparnya. Gita saja begitu hancurnya apalagi Mentari. Wanita yang memiliki paras teduh tersebut mungkin akan memilih untuk segera menyusul Gerhana saja. Badai dan Gita telah cukup lama menjalin kasih. Ikatan batin di antara mereka sudah tidak bisa lagi diragukan. Tanpa Gita menjelaskan pun Badai sudah tahu apa yang ada di pikiran sang kekasih saat ini. "Semua akan baik-baik saja," bisik Badai di telinga Gita. Gita terlalu lelah untuk menyampaikan apa arti dari ucapan Badai barusan. KREK~~~ Pintu kamar jenazah terbuka dengan sangat lebar jantung mereka semua yang sedang berada di sini sudah layaknya genderang peang yang sedang ditalu dengan sangat cepat. "Gerhana!!!" Lagi dan lagi teriakan itu berasal dari Aisyah. Belum melihat jasad sang anak saja dia sudah begitu kacaunya apalagi jika sudah melihat. Pasti kacauny
Tangan Dimitri terulur untuk mengelus rambut Gita yang berwarna hitam pekat. Penampilan Gita dan Mentari memang sangat kontras tapi sifat mereka jika adu sungguh akan beda tipis perbedaannya. Itulah alasan Dimitri membentangkan tangannya dengan sangat lebar untuk menerima mereka sebagai menantu di keluarga Dimitri. Beda halnya dengan Yana, sekalipun Yana telah menyandang gelar sebagai seorang janda Dimitri tidak akan sudi menerimanya untuk menyandang gelar sebagai menantu keluarga Dimitri. "Gerhana akan dimakamkan di Bandung." Jawaban yang disampaikan Dimitri sungguh membuat Gita kehilangan semangatnya. "Gerhana akan tetap bersama dengan Mentari. Mentari juga akan tetap menikah," timpal Dimitri. Perkataan Papa Dimitri barusan jelas saja mengundang reaksi yang berbeda antara Gita juga Surya. Gita kebingungan dan Surya mendengus kesal. Surya tahu keputusan sang papa adalah keputusan mutlak dan tidak bisa diganti apapun yang terjadi. Surya harus me
Cukup lama gawai Gita berdering dan tatapan kedua insan yang telah memadu kasih selama lima tahun itu juga masih saling mengunci satu sama lain. Sampai pada akhirnya gawai itu berhenti berdering karena tak kunjung mendapat jawaban dari sang empu. Seharusnya Gita sudah bisa menerka kalau jalinan kasih antara Gerhana juga Mentari sungguhlah sangat kuat. Sudah pasti Mentari sedikit mendapat firasat yang tak mengenakkan pertanda pamit Gerhana untuk selama-lamanya. Gawai Gita kembali berdering dan dalangnya masihlah orang yang sama. Siapa lagi kalau sang kakak. "Angkat aja," titah Badai dengan mengulum senyum termanisnya untuk Gita agar dia kuat melalui ini semua. Berbicara dengan Mentari saat ini bukanlah perkara yang mudah. "Hallo," ucap Gita setelah menggeser icon hijau di gawainya. "Kamu di mana, Dek? Mama nyariin kamu tuh." Gita bisa dengan jelas mendengarkan kalau ada nada kekhawatiran dari setiap kata yang terucap di bibir ranum sang kakak.
"Mentari … kenapa takdir antara kita begitu rumit? Aku bukan yang terbaik untukmu, aku tak bisa mencintaimu sebaik yang Gerhana lakukan padamu," racau Surya saat menatap pigura yang membingkai potret cantik seorang Mentari Chamissya Damayanti. "Tapi maaf aku tidak sekuat Gerhana dalam hal menentang perkataan orang lain. Maaf aku harus membuatmu terjebak dalam pernikahan tanpa cinta denganku." "Hati aku hanya untuk Yana, bukan kamu Aku tidak bisa menempatkanmu di tahta terindah dalam hatiku." Hati Surya kian terbalut nelangsa saat lagi dan lagi harus tunduk pada apa yang menjadi titah oleh Dimitri. Namanya memang masih Adi Surya Dimitri, tapi dia harus hidup dalam bayang-bayang seorang Adi Gerhana Dimitri--sang adik yang telah berpulang ke pangkuan Sang Khalik. Lain Surya lain juga Mentari saat ini. Suasana hati mereka sungguhlah sangat kontras satu sama lain. Surya berbalut nelangsa dan Mentari yang terus menyunggingkan senyum rencananya.&
Sebelah alis milik Mentari sedikit terangkat saat mendengar siapa yang meneleponnya itu. "Kamu sakit, Mas? Kok suara kamu aneh sih?" Iya penelepon itu adalah Adi Surya Dimitri. DEG~~~ Bukan saja Surya yang kesulitan untuk meneguk salivanya. Surya saja yang tak berada di dekat Mentari merasakan tremor, lalu apa kabar dengan Gita yang jaraknya sangat dekat dengan Mentari saat ini. Jantung dokter muda tersebut seperti ingin copot saja. "Kak Surya?" gumam Gita dalam hatinya. "Kak, aku keluar dulu yah?" Mentari hanya menjawab lewat anggukan kepala sembari tersenyum dengan sangat manis pada sang adik. Dengan langkah cepat juga panjang Gita meninggalkan Mentari yang kini sedang bertukar dengan pria yang dia kira adalah Gerhana padahal itu hanyalah Surya. "Kamu sehat 'kan Mas?" gurat penuh kekhawatiran terpatri jelas di setiap lekuk wajah Mentari saat ini. Semakin besar rasa khawatir Mentari maka akan semaki
"Aku kaget aja, Mas," kilah Mentari dengan nada yang terdengar cukup menaruh prihatin. Surya maupun Mentari sama-sama terdiam tak ada di antara mereka yang mau membuka suara terlebih dahulu. Sampai pada akhirnya, "Kamu kalau mau melanjutkan karirmu sebagai pengacara di sini aku siap dukung kok." Ucapan yang terlontar dari mulut Surya membuat Mentari ambigu. Bukan apa-apa sih sebenarnya, tapi Mentari sudah terlanjur untuk menandatangani kontrak dengan salah satu Firma Hukum di Yogyakarta. Jika Mentari membatalkan hal tersebut, maka biaya yang harus dibayar cukuplah besar. Surya sepertinya mengerti kalau saat ini, Mentari sedang gamang hatinya. Surya juga tak tahu bagaimana bisa Surya seakan memiliki empati tinggi pada wanita yang selama ini tak terlalu dekat dengannya. "Are you okey?" tanya Surya karena dia merasa ada yang tak beres dengan wanita ini. Karena tak kunjung mendapat jawaban akhirnya Surya memutuskan untuk mengulang tanyanya. "Aku sudah ter
Jika pihak suami yang menggugat cerai maka itu dinamakan sebagai cerai talak, dan jika istri yang menggugat namanya adalah cerai gugat. "Gita, aku dan Mas Gerhana itu saling mencintai jadi kami nggak mungkin bercerai." Kedua alis Gita bertautan satu sama lain begitu pula dengan kedua manik mata jernihnya tampak memicing, menatap sang kakak penuh dengan selidik. "Oh, ya?" Mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Gita membuat Mentari sontak menggaruk keningnya yang tak gatal tersebut. Dengan polosnya Mentari hanya bisa mengangguk, sungguh polos sekali kakaknya ini pikir Gita. "Kita nggak pernah tahu ke depannya akan seperti apa, Kak." Lidah Mentari mendadak kelu saat mendengar ucapan Gita yang terlampau benar tersebut. Dengan ucapan yang terlontar dari bibir Mentari beberapa saat yang lalu tentu saja itu sama dengan meragukan kuasa Allah. "Astagfirullahaladzim," ucap Mentari sambil mengelus dadanya dengan gerakan naik turun.