"Bonus menikah lagi, emang kamu mau menyuruh aku menikah dengan siapa?" Alex memandang Arion dengan kesal. "Paman mau janda atau Gadis?" tanya Arion "Sudah pastilah Aku pilih anak gadis, kalau bisa yang umurnya 18 tahun, buka sampul." Alex berkata sesuka hati."Di zaman sekarang cari yang perawan itu susah Paman. Kalau Paman mau di taman kanak-kanak lah," jawab Arion."Walaupun sulit tapi masih ada," kata Alex."Setahu ku, Lily masih ORI, dia gak pernah pacaran. Paman tahu sendiri, jangankan pacar dekat sama laki-laki aja gak pernah. Menurut hasil pengamatan aku, bukannya dia yang gak mau dekat dengan laki-laki, tapi laki-laki yang takut duluan melihat dia." Arion mulai menggosipkan si cewek kulkas.Bulu kuduk Alex merinding mendengar nama Lily. Dia sudah melihat video CCTV dan melihat bagaimana sadisnya Lily menghabisi lawan-lawannya."Anakku pasti sangat ketakutan jika diberi Ibu sambung seperti Lily." Alex dengan cepat menolak ide yang disarankan Arion."Aku ingin mencari ibu sa
"Mengapa mobil ini lambat sekali?" Sebastian kesal ketika mobil yang dikemudikan oleh Alex tidak juga kunjung sampai di villa. "Jalanan padat bos," jawab Alex. Sebastian melengos mendengar jawaban Alex. Dia kesal karena mobil begitu sangat lambat. Padahal dia sudah tidak sabar untuk segera berjumpa dengan Zia. "Mengapa pamanmu bisa seperti ini? "Alex berbisik ditelinga Arion. Jika dulu responnya sangat cuek masalah wanita dan pernikahan, sekarang justru seperti orang yang tidak sabaran. "Pasti karena sudah melihat video yang aku berikan kepada Paman." Arion tersenyum kecil. "Video apa?" tanya Alex penasaran. "Video malam pertama, Paman." Arion sedikit melirik ke arah belakang. "Pantas saja pamanmu seperti harimau yang sedang lapar. Ternyata semua ini karena ulahmu," omel Alex."Paman Sebastian sangat polos, aku takut nanti dia kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Lagipula kalau sempat malam pertamanya gagal karena dia salah sasaran, Itu kan hal yang memalukan u
Lily berusaha untuk bersikap dingin seperti biasanya. Meskipun hatinya terasa sakit dan berdenyut nyeri. "Sudah jangan nangis, aku baik-baik saja." Sebastian merenggangkan pelukannya di tubuh Zia. Dengan tersenyum Sebastian mengusap air mata yang terus saja menetes dipeluk mata Zia. "Aku sangat merindukan mu, aku takut tidak diberi kesempatan untuk berjumpa dengan mu." Sebastian tersenyum dan mencium bibir Zia. Melihat adegan ini, hatinya terasa semakin sakit. Dengan cepat Lily memandang ke arah yang lain.Zia menolak kepala Sebastian hingga tautan bibir mereka terpisah. Ia sangat malu karena menjadi tontonan seluruh orang yang ada di ruangan ini."Mas, Zia takut." Zia berkata dengan pelan sambil menyembunyikan wajahnya yang sudah begitu amat merah karena malu. Sikap Sebastian yang seperti ini membuatnya malu hingga tidak berani untuk melihat orang-orang yang berdiri di depannya."Tidak apa-apa sayang, aku baik-baik saja. Apa kamu terluka?" Sebastian memandang Zia dari atas hingga
Zahira kembali menatap wajah Arion serta memperhatikan secara seksama. "Nggak usah nipu deh," kata Zahira yang kembali memandang ke danau yang begitu sangat indah. Sejak tadi duduk di sini Zahira hanya merasakan udara yang segar dan angin berhembus yang begitu amat sejuk. Meskipun pemandangan begitu sangat indah namun ia tidak dapat menikmati keindahan alam saat ini."Baby kenapa kamu kejam sekali, apa kamu tidak menyadari aku ini Arion." Arion memandang wajah Zahira. Setiap kali melihat Zahira selalu saja rasa kagumnya bertambah. Apalagi ketika mengetahui seperti apa kemampuan bela diri Zahira. Begitu juga dengan teknik menembaknya yang begitu sangat hebat. Arion kembali teringat peristiwa ketika ia pertama kali mengenal Zahira. Tragedi pembunuhan yang direncanakan oleh Heru membuat ia bertemu dengan calon istrinyaDi saat rumah milik Zahira diintai oleh orang suruhan Heru sekalipun, gadis Itu tampak tidak takut sama sekali. Berbeda dengan gadis-gadis biasa yang pasti sudah sanga
Melihat Arion kembali dengan selamat seperti ini, sungguh membuat Zahira bahagia. "Apa semuanya sudah selesai?" tanya Zahira yang ingin tahu kelanjutan tragedi berdarah di masion Arion.Arion menganggukkan kepalanya dengan wajah sedih."Kenapa lambat sampai di sini?" Zahira ingin menangis memandang Arion. Mereka berdua berjalan sambil bergandengan tangan menuju ke dalam villa."Kami harus menyelesaikan semuanya terlebih dulu baby." Arion berkata dengan suara lemah."Siapa yang melakukan semuanya?" Zahira mendongakkan kepalanya memandang Arion.Apakah orang yang menyerang mansion adalah yang sama dengan tragis pembunuhan terhadap Arion di beberapa bulan yang lalu?"Paman Heru," jawab Arion dengan wajah sedih. Rasa sakit, kecewa dan benci bercampur menjadi satu. Orang yang selama ini di hormati, di sayangi seperti ayahnya sendiri, ternyata orang yang sudah membunuh kedua orangtuanya.Jantung Zahira berdegup kencang ketika mendengar nama pria yang disebut Arion. "Bukankah Paman Heru
"Anak beserta istrinya ikut serta. Namun aku tidak tahu karena Paman Heru memiliki dua anak perempuan dan yang satunya lagi apakah terlibat atau tidak. Saat ini polisi sedang melakukan penyelidikan." Zahira terkejut ketika mendengar jawaban dari Arion. "Istri berserta anaknya ikut serta?" "Iya pada malam itu Paman Heru datang ke mansion, memintaku untuk menandatangani surat ahli waris dan kemudian tidak lama istrinya beserta anaknya datang. Mereka benar-benar keluarga gila. Mereka ingin melihat kematianku bersama dengan paman Sebastian." "Ternyata mereka keluarga pisikopat." Zahira merinding mendengar cerita Arion."Iya baby, jika seandainya yang melakukan ini bukanlah Paman Heru, aku tidak akan merasakan sakit seperti ini." Arion menangis hingga tubuhnya bergetar menahan rasa sakit dan juga emosi yang begitu ingin meluap.Ketika menghadapi Heru iya emang memang begitu sangat menahan emosi karena tidak ingin pria itu mati di tangannya. "Hira berharap paman Heru beserta keluargany
Sebastian hanya diam sambil mengangkat kedua bahunya."Paman, tolong aku." Arion pusing memikirkan pernikahan kilat yang sama sekali belum dipersiapkan. Bagaimana dengan mahar?Bagaimana dengan penghafal ijab qobul nya?Bagaimana juga dengan Zahira, apakah gadis itu akan menerima pernikahan dadakan seperti ini?Apakah ide Sebastian kali ini benar-benar brilian atau malah gagal total?Arion masih harus memikirkan, untuk tetap menikah hari ini atau menikah sesuai dengan tanggal yang sudah disepakati. Arion memandang Sebastian dan berharap pamannya itu memberikan solusi. "Kamu tidak banyak waktu untuk berpikir, putuskan detik ini juga. Mau dirawat istri atau menahan sakit sendiri?" Sebastian tersenyum kecil. "Tapi Paman?""Kau akan menikah, itu artinya kamu sudah dewasa. Aku yakin kamu bisa memikirkan solusi untuk masalah ini." Sebastian sudah malas untuk memikirkan segala sesuatu. Karena saat ini pikirannya hanya tertuju ke acara pernikahan. Meskipun sikapnya terlihat santai namun p
Zahira memandang wajah serta penampilannya di depan cermin. Ada rasa aneh ketika melihat kebaya yang saat ini di pakainya. Kebaya ini lebih cocok untuk pengantin yang akan melakukan ijab kabul.Kebaya berwarna gold dengan batu permata berwarna hitam di susun rapi membentuk bunga. Baju kebaya ini benar-benar cantik ketika melekat di tubuh langsing Zahira. Meskipun modelnya sederhana namun terlihat mewah dan elegan. "Kenapa aku didandani seperti mau nikahan ya? Sebenarnya yang mau nikah siapa sih?" Zahira bertanya dalam hati."Cantik sekali," puji wanita yang merias Zahira. Wanita bertubuh gemuk itu tidak berbohong. Zahira benar-benar cantik bak boneka Barbie. "Ini karena make-up nya Mak, Mak hebat sekali." Zahira memandang kagum wajahnya yang begitu sangat cantik. Ketika tadi wanita itu merias wajahnya, posisi Zahira berbaring di atas tempat tidur tanpa memandang cermin. Begitu selesai, barulah boleh melihat wajahnya di depan cermin. Zahira sampai tidak percaya ketika melihat waja
Sherina tersenyum memandang pria yang sudah berdiri di depan apartemennya. Kali ini pria itu datang tidak sendiri namun dengan seorang gadis kecil. "Paman sudah pulang dari luar kota ya?" Tanya Sherina dengan tersenyum manis. Sudah satu minggu ia tidak bertemu dengan Alex. Ada rasa rindu ketika tidak melihat pria tersebut. Mungkin karena hanya Alex, satu-satunya orang yang perduli dan mau dekat dengannya. "Ya baru saja," jawab Alex dengan sedikit tersenyum.Pria berwajah tampan itu tidak datang sendiri. Kali ini ia datang bersama dengan gadis kecilnya yang cerewet."Sebenarnya papi sangat lelah, tapi aku yang memaksanya untuk datang ke sini. Aku ingin bertemu dengan kak Sherin," celoteh gadis kecil berusia 5 tahun tersebut.Sherina gemas melihat Celine bercerita. Apa lagi bibirnya yang yang tipis maju hingga beberapa centi. Shelina menundukkan tubuhnya. Kemudian menyapa gadis kecil memakai bando berwarna merah tersebut. "Hai cewek cantik."Celine memandang Sherina dengan tersenyum
Satu bulan sudah Sherina berapa di rumah sakit. Hari ini dia sudah diperbolehkan pulang. Tidak ada sahabat atau kerabat yang menjemputnya. Karena itu ia akan pulang sendiri. Sebenarnya Alex sudah berjanji untuk menjemputnya dari rumah sakit. Namun ternyata pria itu mendadak di tugaskan ke luar kota selama 1 Minggu.Saat ini ia memakai masker, kaca mata hitam serta topi. Sherina tidak ingin ada orang yang mengenalinya. Sherina mengambil barang-barangnya yang hanya tas kuliah dan satu buah tas kecil yang berisi pakaian dalam, beberapa baju dan barang-barang keperluan wanita. Semua barang ini Alex yang memberikannya. Selama berada di rumah sakit, pria itu selalu menemani Sherina. Bahkan Alex menemani ketika Sherina cuci darah untuk yang pertama kalinya. Efek dari penusukan yang dialaminya, Sherina menderita gagal ginjal. Karena itu ia harus cuci darah 1 kali dalam seminggu.Kasus penikaman terhadapnya tidak dilanjutkan karena tidak ada bukti. Sherina juga meminta pihak kepolisian menut
Sherina hanya bisa menangis ketika melihat persidangan kedua orang tua beserta kakaknya lewat televisi. Mengapa harus seperti ini akhir dari keluarganya. Hanya pertanyaan ini yang selalu dipertanyakan Sherina. Setelah kasus kejahatan orang tuanya terungkap tidak ada lagi kebahagiaan. Dunianya gelap dan berkabut."Jujur aku tidak sanggup." kalimat itu yang keluar dari bibir pucat Sherina. Masalah seberat ini, ia harus memukulnya sendiri. Dengan kondisi tubuh yang lemah, mental tidak stabil, bagaimana mungkin Sherina bisa menjadi sosok yang kuat untuk keluarganya.Dengan perasaan yang bercampur aduk, ia menonton berita persidangan tersebut. Sherina seperti tidak mengenali sosok Heru Ema beserta Alina ketika semua perbuatan mereka di bacakan oleh jaksa penuntut. Ia berharap papi, mami dan juga Alina menolak tuduhan demi tuduhan. Namun ternyata tidak, mereka mengakui semua perbuatan yang telah mereka lakukan. Ia baru menyadari bahwa apa yang selama ini yang dimakan nya berasal dari cuc
Lily merasakan sakit yang luar biasa ketika Heru memaparkan perbuatan yang telah dilakukannya terhadap Basri. Sebagai seorang anak dia ingin orang itu mati di tangannya. Namun ia harus menepati janji terhadap Sebastian."Kamu tidak boleh bersedih. Kedua orang tua beserta adik kamu sudah bahagia dan tenang disana. Kamu sudah berjuang menuntut keadilan untuk mereka. Heru beserta keluarganya akan membayar semuanya." Vandra yang duduk di sebelah Lily berusaha untuk menenangkan gadis cantik tersebut. Di mata orang, Lily merupakan gadis yang sangat kuat. Namun nyatanya tidak, dia hanyalah wanita biasa yang menjadikan air mata sebagai simbol kesedihan."Ya aku juga tahu hal itu, hanya saja hukuman yang mereka dapatkan belum sebanding dengan apa yang telah mereka lakukan. Nyawa mereka tidak sepadan dengan nyawa kedua orang tua beserta adikku."Lily berkata dengan wajah merah. "Di dunia saja mereka sudah mendapatkan balasan yang sangat pedih. Apalagi di akhirat nanti. Mereka akan meninggalkan
Wanita paruh baya itu duduk dengan menundukkan kepalanya. Air mata bentuk penyesalan tak henti-hentinya menetes ketika jaksa penuntut membacakan semua kejahatan yang dia lakukan. Setiap kejahatan yang dilakukannya di masa lalu diuraikan satu persatu oleh jaksa penuntut. Jika dulu ia akan merasa puas dan bangga karena apa yang direncanakan berjalan dengan sempurna. Setiap kali melakukan tindakan pembunuhan, tidak ada satu orangpun pihak kepolisian berhasil mengungkap pelakunya. Hal ini yang membuat Ema semakin bangga dengan kejeniusan yang dia miliki.Namun kini ia merasa ketakutan setiap kali mendengar jaksa penuntut membacakan semua bukti kejahatannya. Tubuhnya bergetar hebat ketika jaksa menuntut membacakan secara rinci bagaimana para korban meregang nyawa.Ema memang jenius, dia berada di belakang Heru. Setiap ide yang diberikannya selalu berjalan dengan sempurna. Namun sayang kelebihan yang diberikan sang pencipta digunakan untuk berbuat hal yang buruk. "Saudari Ema, peristiwa p
"Paman Sebastian, sudah siap berangkat ke pengadilan?" Tanya Zahira dengan tersenyum dan kemudian duduk di kursi makan yang sudah di sediakan Arion. "Iya, kita akan pergi bersama-sama," jawab Sebastian dengan tersenyum hangat. "Kalau begitu kita sarapan dulu." Zahira memandang 4 porsi nasi goreng yang sudah disediakan Mpok Siti. Ternyata ART nya sangat hafal dengan kebiasaan pemilik rumah berserta tetangganya yang selalu datang sarapan pagi tanpa pernah absen. "Iya Bibi juga sudah sangat lapar." Zia tersenyum dan mulai memasukkan goreng ke mulutnya. "Paman apakah di rumahmu tidak ada sarapan?" Arion berbisik di dekat daun telinga Sebastian. "Ada," jawab Sebastian dengan santai sambil menyantap nasi gorengnya. "Terus kenapa setiap kali sarapan, makan siang dan makan malam, selalu datang ke rumahku?" "Aku juga malu melakukan ini semua, hanya saja Bibi mu yang tidak tahu malu. Setiap kali mau makan dia pasti akan meminta untuk makan di sini. Kau tenang saja, untuk masalah dapu
Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Ini merupakan momen pertama Arion berjumpa dengan Heru. Setelah peristiwa berdarah di mansion.Entah mengapa ia memiliki firasat bahwa pengikut Heru masih ada di lingkungannya. Kekayaan yang Heru miliki, tidaklah fantastis. Tidak mungkin jika dia sanggup mendanai semua aksi kejahatannya. Setelah Heru tertangkap, Arion belum benar-benar tenang. Tidak mungkin jika pamannya itu bergerak sendiri. Nyali Heru tidak sekuat ini, terkecuali ada orang kuat dan hebat berdiri di belakangnya. Heru hanya pion, yang diimingi menjadi raja. Arion masih terus memantau setiap gerak-gerik orang-orang yang berada di dekatnya. Apakah itu di kantor ataupun orang-orang yang masih diberinya kepercayaan. Meskipun nasib Heru sudah jelas, belum tentu orang itu bisa diam. Bisa saja orang yang selama ini membantu Heru, memanfaatkan situasi dan mencari keuntungan. "Hubby." Zahira menggenggam erat tangan suaminya. Suara Zahira, sentuhan lembut tangannya, menarik kesadaran Ar
Kesedihan yang tadi dirasakan Sherina berangsur berkurang ketika mendengar perkataan Briptu Amri. "Briptu Ambri nggak bohong kan?""Tidak, saat ini lebih baik kamu tidak muncul di depan publik." Sherina dengan cepat menganggukkan kepalanya. Sejak tadi dia memikirkan untuk bisa datang ke persidangan. Walau bagaimanapun setelah kejadian penusukan yang dilakukan oleh pembencinya, Sherina takut untuk bertemu dengan orang. "Paman Alex." Sherina tersenyum sambil menyapa Alex yang sejak tadi hanya diam dan mendengarkan obrolan antara Sherina dan Ambri."Apa kamu masih ingat wajah orang yang menusuk kamu? "Betul Amri ini kembali ke kasus Sherina. Sherina menggelengkan kepalanya. Kejadian itu begitu sangat cepat hingga dia tidak bisa mengingat dengan jelas. Namun ketika orang itu menusukkan pisau di perutnya Sherina masih sempat memandang wajahnya. Sherina kembali diam sambil terus mengingat di mana barisan orang itu berada. Sherina kembali menggelengkan kepalanya."Kamu yakin tidak ingat
Didalam kamar ini tidak ada suara apapun yang terdengar. Hanya suara hembusan napas panjang, pendek yang menjadi bukti bahwa ada seorang gadis yang sedang berbaring lemah diatas tempat tidur.Luka tusukan yang dialaminya begitu sangat parah. Satu ginjalnya harus segera dioperasi karena takut akan ada efek lain yang lebih buruk lagi. Namun dokter mengatakan bahwa operasi masih bisa menunggu hingga sampai 6 bulan mendatang. Berharap Sherina mendapatkan pendonor sebelum 6 bulan. Untuk sementara waktu, ia harus menjalani pengobatan rutin serta cuci darah.Selama dua Minggu tidak sadarkan diri, begitu banyak informasi yang tidak dia ketahui. Sherina ingin melihat berita online di ponselnya. Namun saat ini ia tidak tahu handphone nya ada dimana. Setelah sadar selama 3 hari, tidak ada satu orangpun yang datang menjenguknya. Hanya beberapa orang pihak kepolisian yang menanyakan kronologi kejadian.Terlalu sibuk dengan pikirannya hingga ia tidak menyadari keberadaan Briptu Ambri."Halo Sheri