Sekelompok orang licik ini menunggu Wade untuk mengambil langkah pertama."Darwin, kamu masih terlalu muda. Banyak hal yang belum kamu pahami sepenuhnya. Dengarkan nasihat dari Paman, orang yang cerdas tahu kapan harus menyesuaikan diri dengan keadaan," ujar Wade dengan nada yang tidak begitu ramah.Pandangan dingin Darwin langsung terkunci padanya. Hal itu membuat Wade merinding. Kemudian, Darwin membalas, "Aku sudah mengerti maksud kalian. Kalau begitu, kerja sama kita berakhir sampai di sini."Darwin awalnya merasa kasihan pada mereka dan berniat membantu. Namun, siapa sangka dia hampir saja dikhianati dari belakang. Dia tidak tertarik lagi untuk melakukan pekerjaan yang sulit dan tidak dihargai seperti ini.Melihat reaksinya, para kepala keluarga segera menghalangi Darwin yang ingin pergi. Aliansi mereka bukan hanya sekadar omong kosong.Grup Sasongko telah memberikan mereka banyak sumber daya dalam beberapa waktu terakhir. Apabila Grup Sasongko menarik kembali sumber daya tersebut
Dibandingkan dengan Rudi yang hanya kerabat jauh, status Rika jauh lebih bernilai. Para kepala keluarga lainnya langsung menangkap maksud Rudi. Kini, mereka memandang Darwin dengan penuh rasa iri.Mereka berpikir seandainya tahu lebih awal, mereka juga akan membawa beberapa pemuda dari keluarga mereka. Siapa tahu salah satu dari mereka bisa menarik perhatian Rika?Saat ini, Keluarga Bramasta adalah perwakilan dari pihak yang sangat berpengaruh. Apabila mereka bisa menjalin hubungan dengan Keluarga Bramasta, tentu tidak perlu khawatir tentang masa depan bisnis mereka ataupun memusingkan uang lagi.Darwin melihat ekspresi para kepala keluarga dengan jelas. Mereka hanyalah sekelompok orang yang berpandangan sempit. Segera membubarkan aliansi memang lebih baik."Kak, seingatku waktu kuliah dulu kamu sangat menyukai ilmu kedokteran. Kebetulan, aku juga mengambil Jurusan Kedokteran ...," ujar Rika. Tubuhnya sudah makin dekat.Darwin tiba-tiba bersin, lalu berujar dengan sopan, "Maaf, aroma p
Darwin tersenyum dingin, lalu melemparkan dokumen itu kembali kepada Rika sambil berujar, "Keluarga Sasongko nggak pernah mencari uang dengan menjual diri."Sebelumnya, mereka berusaha menjebaknya untuk menikah dengan Sheila. Sekarang, mereka secara terang-terangan ingin mengatur pernikahannya dengan Rika.Apakah mereka benar-benar menganggap Darwin bodoh? Mereka pikir dia tidak bisa melihat niat mereka yang sebenarnya?Wajah Rika memucat, tetapi dia menahan amarahnya dan mencoba menjelaskan, "Kenapa kamu harus bilang sekejam itu? Pernikahan bisnis bukanlah hal yang aneh."Rika menambahkan, "Tenang saja, aku nggak bakal mencampuri kehidupan pribadimu meski kita menikah. Siapa yang kamu sukai atau anak siapa yang ingin kamu asuh, aku nggak akan ikut campur."Tatapan Darwin yang sebelumnya santai mendadak berubah tajam. Mereka ternyata sudah diam-diam menyelidikinya dan berencana menggunakan Paula untuk mengancamnya?Selain itu dari kata-kata Rika, jelas bahwa dia tidak pernah menganggap
Lantaran Rhea pergi ke Kota Nastro, kali ini Paula harus pindah ke vila di Bayfront seorang diri. Awalnya dia khawatir akan merasa kesepian dengan tinggal sendirian di vila yang begitu besar.Namun ketika baru sampai di depan vila, Paula langsung terkejut dengan barisan pembantu yang menyambutnya.Belasan pembantu berdiri dengan hormat dalam satu barisan. Begitu pintu mobil terbuka, mereka serempak membungkuk dan berseru, "Selamat datang di rumah, Nona Paula."Kaki Paula yang hendak melangkah keluar, tiba-tiba ditariknya kembali. Namun, Winelli membantunya turun dari mobil dan memberikan isyarat padanya.Barulah setelah itu Paula berdiri dengan anggun, lalu membalas dengan ramah, "Ke depannya, mohon bantuan kalian.""Itu memang tugas kami," ucap Freda yang berdiri paling depan. Dia mendongak dan menatap Paula sambil tersenyum.Melihat seorang kenalan lama, Paula merasa sangat gembira. Dia segera mendekat, lalu menggenggam tangan Freda dan bertanya sambil tersenyum, "Bi Freda, gimana ka
Saat itu dia dan Rhea tinggal di rumah Darwin. Namun, Darwin tiba-tiba pulang dan Paula baru menyadari bahwa Darwin adalah pria yang bersamanya malam itu. Saat itu, Paula benar-benar merasa takut dan gelisah ....Paula ingat bahwa dalam lukisannya, Darwin digambarkan tanpa ekspresi, bahkan agak dingin. Namun dalam lukisan yang satu ini, Darwin terlihat memandangnya dengan lembut, seolah-olah penuh perasaan.Jelas, lukisan itu sudah diubah oleh Darwin. Apakah ini cara Darwin mengatakan bahwa dia sudah menyukai Paula sejak saat itu?"Sayangnya kamar tidur belum sempat didekorasi, Darwin sudah pergi ke Keluarga Fonda. Aku mendekorasinya sesuai dengan seleraku. Kalau ada yang nggak kamu suka, katakan saja. Semuanya bisa diubah." Freda membawa Paula naik ke lantai atas dan membuka pintu kamar utama.Paula dan Winelli terkejut hingga mematung di depan pintu.Ranjang di kamar tidur itu ditutupi dengan selimut berwarna merah cerah dan seluruh ruangan dihiasi dengan hiasan hati dan ucapan selam
'Pasti karena tatapan Darwin padanya terlalu memikat,' batin Paula sambil menggigit bibirnya. Tidak, seharusnya Darwin tidak bisa dikaitkan dengan kata "memikat", bukan?Paula benar-benar meragukan apakah dirinya salah lihat, jadi dia kembali mendongak. Kemudian, dia melihat Darwin membuka kancing kemeja hitamnya dengan satu tangan dan memperlihatkan tulang selangkanya."Ka ... kamu mau ngapain?" Paula menutup matanyaTerdengar suara seksi dari ujung telepon yang berkata dengan perlahan, "AC-nya kurang kencang, jadi agak panas."Paula mengintip melalui celah jarinya dan melihat bahwa Darwin tidak lagi melanjutkan untuk membuka kancingnya. Paula baru menyadari bahwa dirinya sedang digoda lagi oleh Darwin. Akhirnya, dia mendengus dengan kesal dan tidak mau berbicara lagi dengan Darwin."Kenapa wajahmu merah sekali? Panas juga ya?" Darwin tiba-tiba mendekat ke layar dan menunjukkan wajahnya yang sempurna itu di hadapan Paula.Paula menurunkan tangannya yang menutup matanya, lalu bergumam,
Paula memelototinya, lalu berkata dengan nada setengah bercanda, "Ya, sebaiknya kamu benar-benar pulang dan menepati janjimu itu." Setelah berkata demikian, pandangan Paula sengaja mengarah pada bagian bawah tubuh Darwin.Darwin refleks menyilangkan kakinya saat melihat tatapan Paula yang terang-terangan. Setelah melakukan gerakan itu, dia baru sadar bahwa Paula sama sekali tidak bisa melihat bagian bawah tubuhnya. Paula yang akhirnya membuat Darwin salah tingkah, menyunggingkan seulas senyuman.Namun, mereka baru mengobrol tidak lama, Darwin telah tiba di tempat tujuannya dan akhirnya terpaksa mengakhiri panggilan itu dengan tidak rela. Malam ini, Paula memimpikan adegan tidak senonoh dengan Darwin. Saat terbangun paginya, wajahnya langsung memerah saat melihat pesan dari Darwin.Paula pun membalas.[ Pagi, tidurnya nyenyak semalam? ]Darwin langsung membalas dalam hitungan detik.[ Nggak, aku merindukanmu semalaman. ]Darwin bahkan harus mencuci celananya di subuh hari. Sementara itu
Paula menatap Martin dengan ekspresi datar, menunggu kelanjutan perkataannya.Martin menyesap tehnya dengan perlahan sebelum akhirnya berbicara, "Kamu pernah mikir nggak, sejak kenal sama Darwin, kamu mulai mengalami banyak masalah? Mungkin kalau kamu meninggalkannya, hidupmu bisa kembali tenang?"Paula melihat sekeliling dan merasa agak tenang karena orang-orang di sekitarnya adalah pengawal yang diutus Darwin untuk melindunginya. Sambil makan, dia menjawab, "Mungkin saja mereka sebenarnya mengincarku?"Martin mengangkat alisnya sedikit dan tidak membantah kata-kata Paula.Hati Paula terasa berat. Ternyata memang begitu kenyataannya. Sebelumnya dia memang pernah curiga, tetapi selalu merasa ragu-ragu. Pasalnya, Paula tetap tidak bisa mengerti, mengapa seorang gadis biasa sepertinya bisa menarik musuh yang mampu menyewa pembunuh bayaran?"Kalau pada akhirnya kamu ditakdirkan untuk ditinggalkan Darwin, apa kamu masih akan bersamanya?" Martin kini menunjukkan ekspresi yang lebih serius d