Paula memelototinya, lalu berkata dengan nada setengah bercanda, "Ya, sebaiknya kamu benar-benar pulang dan menepati janjimu itu." Setelah berkata demikian, pandangan Paula sengaja mengarah pada bagian bawah tubuh Darwin.Darwin refleks menyilangkan kakinya saat melihat tatapan Paula yang terang-terangan. Setelah melakukan gerakan itu, dia baru sadar bahwa Paula sama sekali tidak bisa melihat bagian bawah tubuhnya. Paula yang akhirnya membuat Darwin salah tingkah, menyunggingkan seulas senyuman.Namun, mereka baru mengobrol tidak lama, Darwin telah tiba di tempat tujuannya dan akhirnya terpaksa mengakhiri panggilan itu dengan tidak rela. Malam ini, Paula memimpikan adegan tidak senonoh dengan Darwin. Saat terbangun paginya, wajahnya langsung memerah saat melihat pesan dari Darwin.Paula pun membalas.[ Pagi, tidurnya nyenyak semalam? ]Darwin langsung membalas dalam hitungan detik.[ Nggak, aku merindukanmu semalaman. ]Darwin bahkan harus mencuci celananya di subuh hari. Sementara itu
Paula menatap Martin dengan ekspresi datar, menunggu kelanjutan perkataannya.Martin menyesap tehnya dengan perlahan sebelum akhirnya berbicara, "Kamu pernah mikir nggak, sejak kenal sama Darwin, kamu mulai mengalami banyak masalah? Mungkin kalau kamu meninggalkannya, hidupmu bisa kembali tenang?"Paula melihat sekeliling dan merasa agak tenang karena orang-orang di sekitarnya adalah pengawal yang diutus Darwin untuk melindunginya. Sambil makan, dia menjawab, "Mungkin saja mereka sebenarnya mengincarku?"Martin mengangkat alisnya sedikit dan tidak membantah kata-kata Paula.Hati Paula terasa berat. Ternyata memang begitu kenyataannya. Sebelumnya dia memang pernah curiga, tetapi selalu merasa ragu-ragu. Pasalnya, Paula tetap tidak bisa mengerti, mengapa seorang gadis biasa sepertinya bisa menarik musuh yang mampu menyewa pembunuh bayaran?"Kalau pada akhirnya kamu ditakdirkan untuk ditinggalkan Darwin, apa kamu masih akan bersamanya?" Martin kini menunjukkan ekspresi yang lebih serius d
Martin sangat menyadari hal ini, jadi dia tidak bertele-tele dengan Darwin. "Keluarga Bramasta yang mundur kali ini seharusnya membuat Pak Darwin cukup puas, bukan?"Darwin memicingkan matanya sekilas. Dia baru saja mengetahui bahwa alasan Keluarga Bramasta membuat konsesi besar adalah karena ada seseorang yang lebih berkuasa yang memberikan tekanan kepada mereka. Orang ini memiliki kekuatan yang setara dengan pendukung Keluarga Bramasta, sehingga akhirnya mereka pun menahan diri.Tadinya Darwin masih bertanya-tanya, kenapa seseorang yang tidak pernah berhubungan dengannya ini bisa tiba-tiba membantunya? Ternyata, sekarang misteri itu telah terpecahkan."Koneksi Pak Martin benar-benar kuat." Darwin mendengus dingin. Dia tidak berniat berterima kasih atas bantuan Martin.Lagi pula, meskipun tanpa bantuan Martin, Darwin masih punya cara untuk membuat sekelompok orang itu tunduk. Hanya saja, caranya mungkin memang lebih merepotkan."Pujian Pak Darwin terlalu berlebihan. Aku cuma ingin tah
Smith menatap Paula, lalu bertanya dengan susah payah, "Paula? Kapan mau datang sama Martin?"Baru saja selesai berbicara, Smith mulai batuk hebat dan batuknya tak kunjung berhenti. Perawat yang panik, buru-buru memasangkan kembali alat bantu pernapasan padanya. Panggilan video itu pun terputus.Martin menatap Paula dengan wajah serius dan berkata, "Kalau kamu nggak pergi sekarang, mungkin kamu nggak akan pernah melihatnya lagi seumur hidup."Paula menoleh ke arah kamera secara refleks untuk melihat reaksi Darwin. Alis Darwin berkerut tajam. Dari segi perasaan pribadi, tentu saja dia tidak ingin Paula pergi. Namun dari sudut pandang Paula, jika Smith benar-benar kakeknya dan Paula tidak pergi untuk mengunjunginya terakhir kali, apakah Paula tidak akan menyesal seumur hidup?Melihat Paula terus menatap Darwin, Martin langsung memutuskan panggilan video dan menatap Paula dengan serius, "Ini urusan pribadimu. Kamu seharusnya buat keputusan sendiri.""Dalam keadaan nggak bisa melindungi di
Darwin mengatupkan bibirnya, lalu akhirnya memutuskan, "Aku temani dia ke sana.""Nggak bisa!" tolak Michelle tanpa ragu-ragu."Kenapa?" tanya Darwin dengan kebingungan."Pertama, masalahmu belum selesai di sini. Kalau Keluarga Bramasta tahu kamu pergi, entah apa lagi yang akan mereka lakukan. Kedua, identitas Paula nggak boleh sampai terekspos.""Kamu mungkin sudah tahu, Tuan Besar Tanadi mencari banyak orang di berbagai tempat untuk diakui sebagai cucunya. Tujuannya adalah untuk mengelabui semua mata-mata," jelas Michelle dengan cemas."Jadi, sebenarnya apa yang terjadi waktu itu?" tanya Darwin. Masalah itu sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu dan Darwin tidak bisa menemukan jawaban pasti. Keluarga Tanadi dan Keluarga Fonda juga sangat tertutup tentang kejadian itu, sehingga Darwin kesulitan menemukan petunjuk."Paula sudah melupakan kejadian itu, kita nggak seharusnya mengungkitnya lagi. Semakin sedikit orang yang tahu, semakin aman dirinya. Mengerti?" ucap Michelle dengan tegas.
Setelah beberapa saat kemudian, Paula baru menerima pesan balasan Darwin.[ Nggak marah kok, cuma nggak rela. ]Hati Paula terasa hangat. Dia membalas sambil tersenyum.[ Tiga hari lagi pulang, kok. ][ Nggak ketemu sehari rasanya seperti tiga tahun. ][ Pak Darwin akhirnya sudah jago gombal. ]Melihat Martin telah selesai memindahkan kotak-kotak itu ke mobil, Paula menyuruhnya untuk duduk di sofa. Saat ini jarak waktu sebelum keberangkatan masih lama, berangkat tiga atau empat jam lagi juga masih sempat.Darwin membalas.[ Setiap kata yang kuucapkan itu tulus dari hati. ]Entah mengapa, semakin dekat waktu keberangkatan Paula, rasa gelisah dalam hati Darwin juga semakin kuat. Dia selalu merasa bahwa akan ada sesuatu yang berubah di antara mereka setelah kepergian Paula kali ini."Sudah, kalian bukan berpisah selamanya. Memangnya harus sampai segitunya?" Martin melambaikan tangan di depan Paula untuk memutus obrolannya dengan Darwin. Kebetulan Darwin juga sedang sibuk, jadi Paula pun a
Jadi, hanya Harry yang menjawab pertanyaan Paula, "Pak Darwin bilang kamu pergi ke Swiza untuk urusan bisnis, jadi dia suruh kami ikut untuk bantu-bantu."Begitu Harry selesai bicara, Tristan langsung menyerahkan sebuah dokumen. Paula membukanya dan ternyata isi dokumen itu memang merupakan sebuah proyek di Swiza. Harus diakui, persiapan Darwin cukup matang."Padahal kita nggak sedang mengembangkan pasar di sana. Kenapa Pak Darwin tiba-tiba menyuruhmu pergi ke tempat sejauh itu?" Harry agak kesal. Sekarang adalah masa-masa kritis untuk pengembangan proyek baru mereka, tetapi selalu saja ada kendala seperti ini yang mengganggu.Kapan anime impiannya bisa terwujud?"Apa pun yang diperintahkan atasan, kita ikuti saja. Anggap saja ini sebagai kesempatan untuk refreshing," ujar Paula yang merasa sedikit bersalah. Dia tahu betapa pentingnya proyek baru itu bagi Harry. Namun, akhir-akhir ini dia selalu terjebak dalam berbagai urusan sehingga kemajuan proyek sudah agak tertunda.Sekarang, kepe
"Ini aku." Saat Paula baru saja hendak mengeluarkan semprotan ladanya untuk melindungi diri, dia mendengar sebuah suara yang tidak asing. Selanjutnya, Paula jatuh ke dalam pelukan yang terasa akrab.Darwin memeluknya dengan erat, seakan-akan hendak menyatukan tubuh mereka. Dengan begitu, dia tidak perlu khawatir Paula tidak akan kembali lagi.Paula menengadahkan kepala dari pelukannya, lalu menatap dagu Darwin yang berkumis itu dengan matanya yang berkaca-kaca. Dengan hati yang terenyuh, dia bertanya, "Kamu sibuk sekali di sana, kenapa masih sempat pulang? Ada yang menemaniku di sini. Lagi pula, nggak ada bahaya kok."Meski berkata demikian, sudut bibir Paula tak kuasa menahan senyuman.Darwin menunduk memandangnya dengan penuh kasih sayang dan ketidakrelaan. Meski tidak mengucapkan sepatah kata pun, Paula seolah-olah bisa mendengar ribuan kata yang ingin diucapkan Darwin."Tenang saja, aku nggak akan ada masalah. Pulanglah. Cepat selesaikan urusan di sana dan kembali ke ibu kota untuk