Martin selalu mengatakan bahwa Paula bodoh, tetapi nyatanya ada seseorang yang lebih bodoh darinya. Winelli hanya tersenyum samar. Ini adalah pertama kalinya dia mendengar seseorang mengatakan Darwin bodoh. Siapa yang tidak tahu bahwa Darwin adalah pengusaha paling cerdas di seluruh ibu kota?Setelah naik ke pesawat, Paula duduk di sebelah Martin, sedangkan Harry dan Tristan duduk di baris depan mereka. Harry sudah meminta Martin untuk bertukar tempat berkali-kali, tetapi Martin bahkan tidak meliriknya sama sekali. Hal ini membuat Harry sangat kesal."Tuan Putri, kamu sakit perut, ya? Lama sekali kamu ke toilet tadi," tanya Harry seraya menoleh kepada Paula. Paula langsung teringat interaksinya dengan Darwin barusan dan wajahnya mendadak tersipu.Harry tidak menunggu jawabannya, melainkan langsung bertanya lagi, "Mulut kamu kenapa? Alergi, ya?""Nggak apa-apa," jawab Paula sambil menggeleng dan menggunakan gelas air untuk menutupi bibirnya.Setelah beberapa saat, Paula melihat sekelili
"Gimana kondisinya?" tanya Paula dengan cemas karena mengkhawatirkan kondisi penyakit Smith.Ekspresi Martin tampak serius. Suaranya juga terdengar lebih rendah dari biasanya saat berkata, "Nggak terlalu baik. Sekarang lagi penyelamatan darurat di rumah sakit."Paula menutup rapat bibirnya dan diam-diam berdoa dalam hati. Terlepas dari apakah Smith benar-benar kakeknya atau bukan, Paula tetap berharap semuanya baik-baik saja.Mobil yang mereka tumpangi tiba-tiba berhenti di tengah jalan. Martin memegang pergelangan tangan Paula dan berkata, "Kamu naik mobil di samping. Mereka akan mengantarmu menemui Guru."Paula masih kebingungan saat didorong masuk ke mobil di samping mereka. Hanya dalam sekejap, mobil Martin telah menghilang di antara kerumunan mobil lainnya. Untungnya, Winelli tetap menemani Paula sepanjang waktu."Pak Martin melakukan ini mungkin untuk mengelabui orang lain," jelas Winelli.Paula teringat pada profil Smith yang pernah diperlihatkan Martin kepadanya. Orang seperti
Mendengar kepala pelayan menyambutnya tadi, Paula bisa menyimpulkan bahwa ternyata mereka semua menguasai bahasa negaranya."Nona pasti lelah sudah menempuh perjalanan jauh. Tuan Smith sudah berpesan agar Anda makan terlebih dahulu dan beristirahat sejenak," ujar kepala pelayan sambil memberi isyarat dengan pandangannya. Para pelayan langsung membawakan makanan dan menyusunnya dengan rapi di atas meja makan yang panjang itu.Setelah selesai menyajikan hidangan, para pelayan satu per satu meninggalkan ruangan. Di ruang makan yang luas itu, hanya tersisa Paula, Winelli, dan kepala pelayan. Apakah puluhan hidangan ini semuanya disiapkan hanya untuk mereka berdua?"Nona, silakan duduk," ucap kepala pelayan itu sembari menarik kursi untuk Paula."Pak, aku ingin bertemu Pak Smith dulu," kata Paula. Sebab, tujuan utama kedatangannya adalah untuk menemui Smith.Melihat ekspresi Martin sebelumnya, kondisi kesehatan Smith tampaknya sangat serius. Memangnya mereka tidak terburu-buru untuk mempert
Saat Paula sedang mengamati Smith, Smith juga sedang memperhatikannya. Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, Paula sekarang tumbuh lebih tinggi dan tampak lebih mirip lagi dengan ibunya. Kabarnya, Paula sudah hamil lebih dari tiga bulan, tapi kenapa tubuhnya masih sekurus ini? Bagaimana Darwin merawatnya?"Bantu aku bangun," perintah Smith dengan ekspresi dingin. Winelli segera berjalan mendahului Paula, hendak mengulurkan tangan untuk membantu Smith. Namun, Smith melemparkan tatapan tajam dan menggunakan tongkatnya untuk memukul tangan Winelli tanpa ragu-ragu.Paula melihat ada bekas merah di punggung tangan Winelli akibat pukulan itu. Dia tersenyum meminta maaf pada Winelli dan berniat membantu Smith sendiri. Winelli menahannya, lalu berbisik di telinganya, "Kakek ini temperamental sekali, jangan sampai kamu dan bayimu terluka.""Tenang saja," jawab Paula. Dia jelas melihat bahwa Smith tampak bersemangat dan matanya berkaca-kaca saat bertemu Paula untuk pertama kalinya. Namun, Smith
Smith menerima sendok dari tangan Paula dan perlahan-lahan memakan semua tahu yang telah disajikan olehnya. Setelah itu, dia melambaikan tangan dan memberi isyarat kepada semua orang untuk keluar.Saat ruangan itu hanya tersisa Paula, Smith, dan Winelli yang keberadaannya hampir tidak terasa, Smith menunjuk kursi di depannya dan berkata, "Kalau kamu nggak keberatan, duduklah di sini dan temani aku makan.""Makanan di sini mewah-mewah, mana mungkin aku keberatan?" Paula mengambil piring dan sendok dengan senang hati, lalu duduk di samping tempat tidur Smith untuk menemaninya makan. Ekspresi Smith yang sebelumnya tegang, kini perlahan-lahan menjadi lebih lembut."Winelli, kamu turun dan makan di bawah saja. Aku baik-baik saja di sini." Mencium aroma makanan itu, Paula sontak kelaparan. Dia yakin Winelli juga pastinya sudah lapar. Berhubung tidak ada bahaya yang mengancamnya di sini, lebih baik dia membiarkan Winelli untuk makan terlebih dahulu.Namun, Winelli menggelengkan kepala untuk m
Smith berkata dengan nada bercanda, "Kalau kamu mau aku hidup lebih lama, terima saja. Jadi, aku bisa menikmati hari tuaku."Paula menyeka air matanya. Dia baru menimpali setelah berpikir sejenak, "Tapi, aku nggak bisa mengurus semua ini. Kamu serahkan saja pada orang kepercayaanmu. Kesehatanmu lebih penting."Paula tentu tidak akan menolak jika bisa meringankan beban Smith. Namun, Paula tidak paham mengenai urusan perusahaan. Dia hanya akan menghancurkan perusahaan Smith dalam waktu singkat jika mengambil alih secara paksa.Lebih baik, Smith menyerahkan perusahaan kepada Martin karena dia sangat kompeten. Smith berucap sambil melihat Paula dengan ekspresi lembut, "Kamu boleh belajar dulu."Paula merasa Smith tidak terlihat begitu serius lagi. Smith menambahkan, "Kamu begitu pintar. Kamu pasti bisa menguasainya dalam waktu singkat."Paula pun tidak bisa menolak lagi karena Smith melihatnya dengan penuh harapan. Akan tetapi, Paula tidak mungkin terus belajar di Swiza. Dia sudah berjanji
Smith pasti tahu Martin menyukai wanita lain. Smith menyentil kepala Paula dan berkomentar, "Kamu juga, buat aku khawatir saja."Paula tersenyum malu, lalu menghibur, "Kami punya keberuntungan sendiri, untuk apa kamu khawatir? Kamu fokus jaga kesehatanmu saja.""Huh! Aku nggak menerima Darwin," tegas Smith. Dia tidak menyukai Darwin.Dari hasil penyelidikan, Smith menemukan Paula terancam bahaya beberapa kali saat berada di dekat Darwin. Smith tidak menyukai pria yang tidak bisa melindungi Paula."Darwin sangat baik," bantah Paula.Smith menanggapi seraya memelototi Paula, "Itu karena kamu kurang berpengalaman."Sebelum Paula bicara, Smith melambaikan tangannya sembari berujar, "Kastel ini dibangun untukmu. Kamu jalan-jalan saja. Aku pusing lihat kamu."Walaupun begitu, Smith tetap tidak rela mengalihkan pandangannya dari Paula. Sementara itu, Paula tahu sebenarnya Smith berhati lembut meski ucapannya terdengar ketus.Paula sudah berbincang cukup lama dengan Smith, memang sudah waktuny
Sebelum Darwin menjawab, Paula mengangkat ponselnya lebih tinggi. Dia menunjukkan bianglala berwarna merah muda sembari berseru, "Lihat, di belakang juga ada."Darwin terus mengamati layar ponsel. Dia tidak ingin melihat semua ini, dia hanya ingin melihat Paula. Darwin memuji, "Cantik sekali. Pak Smith sangat menyayangimu."Paula menimpali seraya berjalan ke bagian dalam taman, "Dia orang yang sangat baik dan penuh kasih sayang. Aku rasa seharusnya dia itu memang kakekku.""Ganti ke kamera depan lagi. Aku mau lihat kamu," ujar Darwin. Begitu dia melontarkan perkataannya, terdengar suara teriakan Paula.Kemudian, gambaran di layar ponsel Darwin berguncang dan dia samar-samar melihat ujung pakaian seorang pria.Tadi Paula terlalu gembira sehingga tidak memperhatikan orang di depannya. Jadi, dia menabrak orang itu. Paula yang terkejut berteriak.Sebelum Paula sempat minta maaf, Winelli sudah mendorong orang tersebut hingga terjatuh. Paula melihat pria itu sangat kurus dan wajahnya pucat.
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang