Smith berkata dengan nada bercanda, "Kalau kamu mau aku hidup lebih lama, terima saja. Jadi, aku bisa menikmati hari tuaku."Paula menyeka air matanya. Dia baru menimpali setelah berpikir sejenak, "Tapi, aku nggak bisa mengurus semua ini. Kamu serahkan saja pada orang kepercayaanmu. Kesehatanmu lebih penting."Paula tentu tidak akan menolak jika bisa meringankan beban Smith. Namun, Paula tidak paham mengenai urusan perusahaan. Dia hanya akan menghancurkan perusahaan Smith dalam waktu singkat jika mengambil alih secara paksa.Lebih baik, Smith menyerahkan perusahaan kepada Martin karena dia sangat kompeten. Smith berucap sambil melihat Paula dengan ekspresi lembut, "Kamu boleh belajar dulu."Paula merasa Smith tidak terlihat begitu serius lagi. Smith menambahkan, "Kamu begitu pintar. Kamu pasti bisa menguasainya dalam waktu singkat."Paula pun tidak bisa menolak lagi karena Smith melihatnya dengan penuh harapan. Akan tetapi, Paula tidak mungkin terus belajar di Swiza. Dia sudah berjanji
Smith pasti tahu Martin menyukai wanita lain. Smith menyentil kepala Paula dan berkomentar, "Kamu juga, buat aku khawatir saja."Paula tersenyum malu, lalu menghibur, "Kami punya keberuntungan sendiri, untuk apa kamu khawatir? Kamu fokus jaga kesehatanmu saja.""Huh! Aku nggak menerima Darwin," tegas Smith. Dia tidak menyukai Darwin.Dari hasil penyelidikan, Smith menemukan Paula terancam bahaya beberapa kali saat berada di dekat Darwin. Smith tidak menyukai pria yang tidak bisa melindungi Paula."Darwin sangat baik," bantah Paula.Smith menanggapi seraya memelototi Paula, "Itu karena kamu kurang berpengalaman."Sebelum Paula bicara, Smith melambaikan tangannya sembari berujar, "Kastel ini dibangun untukmu. Kamu jalan-jalan saja. Aku pusing lihat kamu."Walaupun begitu, Smith tetap tidak rela mengalihkan pandangannya dari Paula. Sementara itu, Paula tahu sebenarnya Smith berhati lembut meski ucapannya terdengar ketus.Paula sudah berbincang cukup lama dengan Smith, memang sudah waktuny
Sebelum Darwin menjawab, Paula mengangkat ponselnya lebih tinggi. Dia menunjukkan bianglala berwarna merah muda sembari berseru, "Lihat, di belakang juga ada."Darwin terus mengamati layar ponsel. Dia tidak ingin melihat semua ini, dia hanya ingin melihat Paula. Darwin memuji, "Cantik sekali. Pak Smith sangat menyayangimu."Paula menimpali seraya berjalan ke bagian dalam taman, "Dia orang yang sangat baik dan penuh kasih sayang. Aku rasa seharusnya dia itu memang kakekku.""Ganti ke kamera depan lagi. Aku mau lihat kamu," ujar Darwin. Begitu dia melontarkan perkataannya, terdengar suara teriakan Paula.Kemudian, gambaran di layar ponsel Darwin berguncang dan dia samar-samar melihat ujung pakaian seorang pria.Tadi Paula terlalu gembira sehingga tidak memperhatikan orang di depannya. Jadi, dia menabrak orang itu. Paula yang terkejut berteriak.Sebelum Paula sempat minta maaf, Winelli sudah mendorong orang tersebut hingga terjatuh. Paula melihat pria itu sangat kurus dan wajahnya pucat.
Paula buru-buru menjelaskan, tetapi Darwin tidak berbicara dan ekspresinya sangat dingin. Paula melihat Darwin dengan ekspresi memelas dan memohon, "Darwin yang baik hati, maafkan aku, ya?"Paula menatap Darwin seraya mengerjap, lalu dia melihat Darwin menelan ludah. Meskipun ekspresi Darwin masih terlihat dingin, sikapnya mulai melunak.Ternyata, hati Darwin bisa luluh dengan cara ini. Paula diam-diam merasa senang.Paula mencari tempat yang sunyi dan bermanja-manja dengan Darwin, "Kakak, tadi kamu cemburu, ya? Kakak terlihat tampan sekali saat cemburu. Aku langsung terpesona saat melihatmu. Kakak yang baik hati, jangan marah lagi, ya ...."Suara Paula terdengar sangat manja sehingga dia sendiri juga merinding. Akhirnya, Darwin tidak berpura-pura lagi. Dia berdeham, lalu menghentikan rayuan Paula, "Sudahlah."Paula baru tersenyum lebar dengan wajah memerah. Dia memuji, "Kamu memang yang terbaik."Senyuman Paula lebih berguna daripada rayuannya tadi. Hati Darwin langsung luluh. Kemudia
Malam itu, Paula tidak bisa tidur karena Darwin mengungkit tentang pernikahan di panggilan video. Keesokan paginya, mata Paula membengkak.Selesai mandi, Paula hendak menjenguk Smith. Dia melihat Winelli yang baru keluar dari kamar mandi. Mata Winelli juga membengkak."Winelli, kamu kenapa?" tanya Paula. Dia memapah Winelli untuk duduk di sofa.Winelli menjawab dengan lemas, "Aku menceret semalaman.""Apa kamu keracunan makanan? Aku temani kamu ke rumah sakit," timpal Paula yang merasa gugup. Kemudian, dia menuang segelas air hangat untuk Winelli.Setelah minum air, Winelli hendak mengatakan dirinya baik-baik saja. Tiba-tiba, perutnya sakit lagi. Dia terpaksa masuk ke kamar mandi.Paula yang cemas berdiri di depan kamar mandi sejenak, lalu dia memutuskan untuk mencari pengurus. Dia ingin meminta pengurus menyiapkan mobil untuk membawa Winelli ke rumah sakit.Siapa sangka, Paula melihat Pedro begitu membuka pintu. Pedro menyapa Paula, "Selamat pagi, Paula."Paula hendak membalas Pedro,
Pedro masih belum merespons. Dia hanya menyunggingkan senyuman, seolah-olah sengaja memprovokasi."Kalau nggak, aku tetap di sini untuk menemanimu saja," tutur Paula. Paula tahu karakter Winelli. Jika ditinggalkan sendiri, Winelli pasti akan gelisah dan tidak bisa istirahat dengan baik.Mata Winelli berbinar-binar. Dia segera mengangguk setuju. Namun, pada saat ini Pedro berkata, "Paula, Pak Smith bilang dia mau makan sarapan bersamamu. Makin banyak orang akan makin meriah."Paula menggigit bibirnya dengan dilema. Begitu melihat situasi ini, pengurus rumah berucap, "Nafsu makan Tuan Smith selalu nggak baik. Kemarin dia baru makan lebih banyak saat Nona Paula pulang menemaninya. Sebenarnya sejak sakit, Tuan Smith selalu bergantung pada suntikan nutrisi."Dokter di sana juga mengangguk sambil menyarankan, "Suasana hati pasien sangat berhubungan dengan kesembuhan penyakit. Kalau ada anggota keluarga yang menemaninya makan, efeknya akan jauh lebih baik dibandingkan suntikan nutrisi.""Paul
Darwin teringat saat belum bersama Paula, dia mendengar Rhea bertelepon dengan Paula dan membahas tipe ideal masing-masing. Apa yang disebutkan Paula? Kulit putih, mata besar, bibir tipis, leher panjang, berpenampilan elegan, dan memiliki aura intelektual."Mana ada aura intelektual? Jelas-jelas terlihat seperti pria feminin!" pekik Darwin. Dia membanting meja dengan keras saat melihat foto Pedro.Karena Pedro adalah calon suami yang khusus Smith pilih untuk Paula, itu berarti kemungkinan besar Pedro sudah melihat foto Paula sejak awal. Pantas saja Winelli bisa menyadari bahwa cara Pedro menatap Paula tidak biasa."Beli tiket pesawat ke Swiza," perintah Darwin sambil menggertakkan gigi. Dia tidak bisa tahan lagi. Dia harus segera menemui Paula!"Nggak! Kamu nggak boleh ke Swiza!" seru Michelle yang tiba-tiba masuk.Wilson buru-buru menutup pintu dan berjaga di luar.Darwin mengernyit. Kenapa Michelle selalu menguping pembicaraannya?"Kali ini, aku nggak menguping. Aku cuma kebetulan de
"Koa, kamu punya nomor ponsel Harry, 'kan?" tanya Michelle.Setelah beberapa saat, Koa baru mengingat siapa Harry yang dimaksud. Dia lalu menjawab, "Ada, memangnya kenapa?"Michelle memberitahukan gagasannya pada Koa. Dia berkata pada Koa bahwa Darwin-lah yang meminta bantuannya.Michelle beralasan bahwa Darwin tidak ingin Paula menganggapnya picik, makanya Michelle yang dimintai tolong.Koa percaya begitu saja dengan alasan Michelle. Dia pun segera mengirim pesan ke nomor Harry.Saat ini, Harry sedang diajak bersenang-senang oleh Martin di Swiza. Martin telah menyelidiki informasi tentang Harry dan Tristan sebelumnya.Jadi, Martin mengetahui selera mereka dengan baik dan bisa mengajak mereka bermain hingga puas. Alasannya tidak lain agar mereka melupakan tujuan kedatangan mereka ke sini.Setelah Harry menerima pesan dari Koa, dia baru mengingat tentang Paula. Dia segera bertanya pada Martin dengan raut bingung, "Kami sudah mau pulang besok, mana Tuan Putri? Kapan kakeknya akan mengant