Saat itu dia dan Rhea tinggal di rumah Darwin. Namun, Darwin tiba-tiba pulang dan Paula baru menyadari bahwa Darwin adalah pria yang bersamanya malam itu. Saat itu, Paula benar-benar merasa takut dan gelisah ....Paula ingat bahwa dalam lukisannya, Darwin digambarkan tanpa ekspresi, bahkan agak dingin. Namun dalam lukisan yang satu ini, Darwin terlihat memandangnya dengan lembut, seolah-olah penuh perasaan.Jelas, lukisan itu sudah diubah oleh Darwin. Apakah ini cara Darwin mengatakan bahwa dia sudah menyukai Paula sejak saat itu?"Sayangnya kamar tidur belum sempat didekorasi, Darwin sudah pergi ke Keluarga Fonda. Aku mendekorasinya sesuai dengan seleraku. Kalau ada yang nggak kamu suka, katakan saja. Semuanya bisa diubah." Freda membawa Paula naik ke lantai atas dan membuka pintu kamar utama.Paula dan Winelli terkejut hingga mematung di depan pintu.Ranjang di kamar tidur itu ditutupi dengan selimut berwarna merah cerah dan seluruh ruangan dihiasi dengan hiasan hati dan ucapan selam
'Pasti karena tatapan Darwin padanya terlalu memikat,' batin Paula sambil menggigit bibirnya. Tidak, seharusnya Darwin tidak bisa dikaitkan dengan kata "memikat", bukan?Paula benar-benar meragukan apakah dirinya salah lihat, jadi dia kembali mendongak. Kemudian, dia melihat Darwin membuka kancing kemeja hitamnya dengan satu tangan dan memperlihatkan tulang selangkanya."Ka ... kamu mau ngapain?" Paula menutup matanyaTerdengar suara seksi dari ujung telepon yang berkata dengan perlahan, "AC-nya kurang kencang, jadi agak panas."Paula mengintip melalui celah jarinya dan melihat bahwa Darwin tidak lagi melanjutkan untuk membuka kancingnya. Paula baru menyadari bahwa dirinya sedang digoda lagi oleh Darwin. Akhirnya, dia mendengus dengan kesal dan tidak mau berbicara lagi dengan Darwin."Kenapa wajahmu merah sekali? Panas juga ya?" Darwin tiba-tiba mendekat ke layar dan menunjukkan wajahnya yang sempurna itu di hadapan Paula.Paula menurunkan tangannya yang menutup matanya, lalu bergumam,
Paula memelototinya, lalu berkata dengan nada setengah bercanda, "Ya, sebaiknya kamu benar-benar pulang dan menepati janjimu itu." Setelah berkata demikian, pandangan Paula sengaja mengarah pada bagian bawah tubuh Darwin.Darwin refleks menyilangkan kakinya saat melihat tatapan Paula yang terang-terangan. Setelah melakukan gerakan itu, dia baru sadar bahwa Paula sama sekali tidak bisa melihat bagian bawah tubuhnya. Paula yang akhirnya membuat Darwin salah tingkah, menyunggingkan seulas senyuman.Namun, mereka baru mengobrol tidak lama, Darwin telah tiba di tempat tujuannya dan akhirnya terpaksa mengakhiri panggilan itu dengan tidak rela. Malam ini, Paula memimpikan adegan tidak senonoh dengan Darwin. Saat terbangun paginya, wajahnya langsung memerah saat melihat pesan dari Darwin.Paula pun membalas.[ Pagi, tidurnya nyenyak semalam? ]Darwin langsung membalas dalam hitungan detik.[ Nggak, aku merindukanmu semalaman. ]Darwin bahkan harus mencuci celananya di subuh hari. Sementara itu
Paula menatap Martin dengan ekspresi datar, menunggu kelanjutan perkataannya.Martin menyesap tehnya dengan perlahan sebelum akhirnya berbicara, "Kamu pernah mikir nggak, sejak kenal sama Darwin, kamu mulai mengalami banyak masalah? Mungkin kalau kamu meninggalkannya, hidupmu bisa kembali tenang?"Paula melihat sekeliling dan merasa agak tenang karena orang-orang di sekitarnya adalah pengawal yang diutus Darwin untuk melindunginya. Sambil makan, dia menjawab, "Mungkin saja mereka sebenarnya mengincarku?"Martin mengangkat alisnya sedikit dan tidak membantah kata-kata Paula.Hati Paula terasa berat. Ternyata memang begitu kenyataannya. Sebelumnya dia memang pernah curiga, tetapi selalu merasa ragu-ragu. Pasalnya, Paula tetap tidak bisa mengerti, mengapa seorang gadis biasa sepertinya bisa menarik musuh yang mampu menyewa pembunuh bayaran?"Kalau pada akhirnya kamu ditakdirkan untuk ditinggalkan Darwin, apa kamu masih akan bersamanya?" Martin kini menunjukkan ekspresi yang lebih serius d
Martin sangat menyadari hal ini, jadi dia tidak bertele-tele dengan Darwin. "Keluarga Bramasta yang mundur kali ini seharusnya membuat Pak Darwin cukup puas, bukan?"Darwin memicingkan matanya sekilas. Dia baru saja mengetahui bahwa alasan Keluarga Bramasta membuat konsesi besar adalah karena ada seseorang yang lebih berkuasa yang memberikan tekanan kepada mereka. Orang ini memiliki kekuatan yang setara dengan pendukung Keluarga Bramasta, sehingga akhirnya mereka pun menahan diri.Tadinya Darwin masih bertanya-tanya, kenapa seseorang yang tidak pernah berhubungan dengannya ini bisa tiba-tiba membantunya? Ternyata, sekarang misteri itu telah terpecahkan."Koneksi Pak Martin benar-benar kuat." Darwin mendengus dingin. Dia tidak berniat berterima kasih atas bantuan Martin.Lagi pula, meskipun tanpa bantuan Martin, Darwin masih punya cara untuk membuat sekelompok orang itu tunduk. Hanya saja, caranya mungkin memang lebih merepotkan."Pujian Pak Darwin terlalu berlebihan. Aku cuma ingin tah
Smith menatap Paula, lalu bertanya dengan susah payah, "Paula? Kapan mau datang sama Martin?"Baru saja selesai berbicara, Smith mulai batuk hebat dan batuknya tak kunjung berhenti. Perawat yang panik, buru-buru memasangkan kembali alat bantu pernapasan padanya. Panggilan video itu pun terputus.Martin menatap Paula dengan wajah serius dan berkata, "Kalau kamu nggak pergi sekarang, mungkin kamu nggak akan pernah melihatnya lagi seumur hidup."Paula menoleh ke arah kamera secara refleks untuk melihat reaksi Darwin. Alis Darwin berkerut tajam. Dari segi perasaan pribadi, tentu saja dia tidak ingin Paula pergi. Namun dari sudut pandang Paula, jika Smith benar-benar kakeknya dan Paula tidak pergi untuk mengunjunginya terakhir kali, apakah Paula tidak akan menyesal seumur hidup?Melihat Paula terus menatap Darwin, Martin langsung memutuskan panggilan video dan menatap Paula dengan serius, "Ini urusan pribadimu. Kamu seharusnya buat keputusan sendiri.""Dalam keadaan nggak bisa melindungi di
Darwin mengatupkan bibirnya, lalu akhirnya memutuskan, "Aku temani dia ke sana.""Nggak bisa!" tolak Michelle tanpa ragu-ragu."Kenapa?" tanya Darwin dengan kebingungan."Pertama, masalahmu belum selesai di sini. Kalau Keluarga Bramasta tahu kamu pergi, entah apa lagi yang akan mereka lakukan. Kedua, identitas Paula nggak boleh sampai terekspos.""Kamu mungkin sudah tahu, Tuan Besar Tanadi mencari banyak orang di berbagai tempat untuk diakui sebagai cucunya. Tujuannya adalah untuk mengelabui semua mata-mata," jelas Michelle dengan cemas."Jadi, sebenarnya apa yang terjadi waktu itu?" tanya Darwin. Masalah itu sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu dan Darwin tidak bisa menemukan jawaban pasti. Keluarga Tanadi dan Keluarga Fonda juga sangat tertutup tentang kejadian itu, sehingga Darwin kesulitan menemukan petunjuk."Paula sudah melupakan kejadian itu, kita nggak seharusnya mengungkitnya lagi. Semakin sedikit orang yang tahu, semakin aman dirinya. Mengerti?" ucap Michelle dengan tegas.
Setelah beberapa saat kemudian, Paula baru menerima pesan balasan Darwin.[ Nggak marah kok, cuma nggak rela. ]Hati Paula terasa hangat. Dia membalas sambil tersenyum.[ Tiga hari lagi pulang, kok. ][ Nggak ketemu sehari rasanya seperti tiga tahun. ][ Pak Darwin akhirnya sudah jago gombal. ]Melihat Martin telah selesai memindahkan kotak-kotak itu ke mobil, Paula menyuruhnya untuk duduk di sofa. Saat ini jarak waktu sebelum keberangkatan masih lama, berangkat tiga atau empat jam lagi juga masih sempat.Darwin membalas.[ Setiap kata yang kuucapkan itu tulus dari hati. ]Entah mengapa, semakin dekat waktu keberangkatan Paula, rasa gelisah dalam hati Darwin juga semakin kuat. Dia selalu merasa bahwa akan ada sesuatu yang berubah di antara mereka setelah kepergian Paula kali ini."Sudah, kalian bukan berpisah selamanya. Memangnya harus sampai segitunya?" Martin melambaikan tangan di depan Paula untuk memutus obrolannya dengan Darwin. Kebetulan Darwin juga sedang sibuk, jadi Paula pun a