Begitu mendengarnya, Paula tersadar dari lamunannya. Dia tidak mencoba merebut celemek bayi itu lagi, melainkan berbalik dan pergi."Kak, kamu mau ke mana?" tanya Avan sambil mengejar. Dia memecahkan gelas di meja, lalu hendak menyerang Paula dengan pecahan gelas itu.Paula terkesiap hingga sekujur tubuhnya bercucuran keringat dingin. Namun, tangan dan kakinya malah tidak bisa bergerak, seolah-olah menolak menuruti perintahnya.Jika terjatuh, perut Paula pasti akan terbentur. Dia tidak ingin terjadi sesuatu pada anaknya. Akhirnya, Paula mencubit kakinya sekuat tenaga supaya indranya kembali.Kemudian, Paula bergeser sedikit ke samping untuk menghindar. Sementara itu, Winelli menendang Avan dan memeluk Paula. Keduanya sama-sama menjatuhkan diri ke sofa.Adapun Avan, dia kehilangan keseimbangan sehingga kepalanya membentur sudut meja dan bercucuran darah. Avan berteriak dengan panik, "Ayah, aku ... aku sudah mau mati ya ...."Kamil tidak langsung memedulikan Avan. Paula mengalihkan panda
"Aku sendiri nggak tahu." Avan mengambil semua perhiasan itu, lalu tersenyum jahat pada Paula. Paula tentu gusar melihatnya, tetapi dia tidak bisa apa-apa.Sementara itu, Winelli memanfaatkan kesempatan ini dengan menjulurkan kakinya dan membuat Kamil tersandung. Melihat ini, Richie langsung memukul wajah Kamil hingga babak belur."Beraninya kamu memukul ayahku!" Avan sontak mengangkat kursi dan menghantamkannya ke punggung Richie.Richie yang kesakitan pun melepaskan Kamil, lalu bangkit dan menghajar Avan. Karena Kamil berada di dekatnya, Paula segera menghampiri dan bertanya sambil menangis, "Tolong beri tahu aku siapa orang tuaku. Biarkan aku mati dengan tenang.""Asalkan kamu memberitahuku semuanya, aku bisa memberimu vila luar negeri yang dihadiahkan Rhea kepadaku."Seolah-olah takut Kamil tidak percaya, Paula segera mengeluarkan akta rumah dari tasnya. Sesudah itu, dia meraih tangan Kamil dan memohon sambil terbatuk, "Lihat, vila ini sangat indah. Kalau kamu memberitahuku kebenar
"Ayah!" Ketika melihat Kamil ditendang, Avan langsung mengambil pisau buah dari samping dan hendak menyerang Paula. Dia berteriak, "Aku akan membunuhmu!"Kamil memberi tahu Avan bahwa tidak ada yang boleh selamat hari ini. Semua ini salah si penjual setanggi yang menipu uang mereka. Jika setanggi itu berguna, mana mungkin hasilnya akan sekacau ini?Sebelum Winelli sempat memberi Avan pelajaran, pintu sontak didobrak dari luar. Dua puluh orang pengawal menyerbu masuk dan mengawal Paula keluar.Sebelum pergi, Paula mengambil celemek bayi bordir itu. Setelah keluar, dia bisa mendengar makian Avan dan suara Richie yang sibuk menjelaskan.Paula berkata dengan senang, "Lihat, semua baik-baik saja, 'kan? Aku sudah merencanakan semua."Ekspresi Winelli tampak gugup. Paula tidak peduli. Dia meneruskan, "Cukup kita berdua yang tahu. Jangan sampai Darwin tahu soal ini. Oke?""Kamu menyusun semuanya dengan begitu sempurna. Masa aku nggak boleh tahu?" Tiba-tiba, terdengar suara familier dari belaka
Ketika perjalanan kemari, suasana benar-benar menegangkan karena wajah Darwin yang begitu suram. Wilson saja tidak berhasil mencairkan suasana. Bisa dilihat, betapa pentingnya Paula di hati Darwin."Bu, kamu bisa geser sedikit nggak?" tanya seorang pengawal yang ingin menangis karena Paula berjalan di sampingnya hanya untuk menjaga jarak dengan Darwin. Mereka baru bertemu, kenapa wanita ini ingin mencelakainya?Di bawah tatapan para pengawal itu, Paula terpaksa berjalan di samping Darwin. Dia hanya merasa malu, jadi ingin menjaga jarak dengan Darwin. Alhasil, wajah Darwin malah menjadi makin suram.Paula pun memarahi diri sendiri dalam hati, 'Kamu cuma mencium Darwin kok, ngapain malu begitu! Lihat, Darwin lagi-lagi marah, 'kan?'Darwin pasti makin susah dibujuk sekarang. Paula diam-diam melirik ekspresi Darwin. Pria itu hanya memandang ke depan dengan ekspresi dingin. Jadi, Paula menyenggol lengan Darwin dan mencoba mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Darwin.Darwin s
Paula bertatapan selama beberapa detik dengan Darwin. Pada akhirnya, Darwin bertanya, "Siapa yang mengirimmu pesan?"Kenapa wanita ini terlihat begitu senang? Paula sampai lupa kekasihnya ada di samping? Apalagi Darwin masih merajuk. Bagaimana bisa Paula hanya membalas pesan tanpa mencoba membujuk Darwin?Paula tidak menjawab karena Darwin menyuruhnya diam tadi. Darwin menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya dengan tidak berdaya, "Rhea?"Paula menggeleng. Selain Rhea, Darwin tidak tahu lagi siapa yang bisa membuat Paula senang saat menerima pesan."Yang di ruang bawah tanah itu?" tanya Darwin lagi sambil mengernyit. Paula lagi-lagi menggeleng."Bicara." Darwin menatapnya dengan tatapan mendesak. Paula pun menunjuk bibirnya yang masih terkunci rapat.Melihat ini, Darwin mematung sesaat. Kemudian, dia tiba-tiba tersenyum dan membungkuk untuk mencium Paula.Begitu merasakan sentuhan dingin di bibir, Paula tanpa sadar ingin mundur, tetapi merasa tidak tega saat melihat mata Darwin yang me
Kesenjangan seperti ini terlalu menggemaskan. Setelah memikirkan ini, Paula tidak sanggup menahan tawanya."Apa yang lucu?" tanya Darwin sambil fokus mengemudikan mobil. Dia mengira Paula kesenangan mengobrol dengan Harry sehingga merasa kesal.Paula tiba-tiba bersandar di bahunya, lalu menyentuh wajah Darwin dengan jarinya dan berucap, "Pacar siapa ini? Lucu sekali.""Jangan ganggu aku menyetir." Darwin tersenyum sesaat, lalu mendorong Paula dengan serius."Siap, Pacar!" Paula memberi hormat dengan ekspresi lucu dan nakal.Kali ini, senyuman Darwin menjadi makin lebar. Namun, dia segera menyingkirkan senyuman dan bertanya dengan serius, "Bukannya kamu seharusnya memberiku penjelasan?"Kalau tidak diberi pelajaran, Paula pasti akan melakukan hal berbahaya di belakangnya lagi. Darwin tidak bisa menjamin dirinya selalu bisa tiba tepat waktu untuk menolong Paula."Bukannya sudah kujelaskan?" tanya Paula balik dengan sedih."Sudah? Kenapa aku nggak mendengarnya?" Darwin merasa Paula sudah
Paula merasa dia tidak seharusnya mencurigai Harry tanpa bukti apa pun. Jadi, dia tetap membalas pesan itu dengan tenang.[ Oke. Aku sudah menyiapkan semua data untuk proyek baru. ][ Kamu memang yang terhebat! Pokoknya kita akan mengguncang seluruh dunia animasi! ]Harry membalas dan tidak lupa memberi emotikon yang mengacungkan jempol.Paula tidak membalas lagi. Dia dan Harry sama-sama memiliki keyakinan atas proyek baru ini. Jadi, tidak ada gunanya berbasa-basi.Saat ini, Paula tanpa sadar menatap Darwin sambil melamun. Dia sedang berpikir bagaimana caranya supaya bisa menemukan orang tuanya. Tidak mudah kalau hanya mengandalkan celemek bayi dan marga."Sudah sampai." Entah berapa lama kemudian, Darwin tiba-tiba menjentikkan jarinya di depan wajah Paula.Paula tersadar kembali. Dia menatap Darwin dengan terbengong-bengong. Seharusnya tidak sulit kalau ada bantuan Darwin, 'kan? Namun, Darwin sangat sibuk. Paula merasa tidak enak hati kalau merepotkannya lagi."Lihat apa?" tanya Darwi
"Kalian bertengkar lagi?" Paula mengembuskan napas. Dua insan ini benar-benar seperti musuh bebuyutan. Bisa juga dikatakan mereka terlalu sial. Setiap kali hubungan mereka membaik, pasti ada masalah yang muncul lagi.Rhea mencebik, terlihat tidak ingin membahasnya. Paula pun tidak memaksanya lagi. Dia tahu Rhea akan memberitahunya cepat atau lambat. Lagi pula, Rhea tidak bisa menahan apa pun di hatinya."Kak, tolong ampuni aku! Aku tahu aku salah. Aku nggak seharusnya meminta bantuanmu ataupun mengganggumu tidur. Tolong jangan siksa aku lagi!" Tiba-tiba, seorang gadis kecil berlutut di depan Paula.Rhea sontak maju untuk mengadangnya. Paula tanpa sadar melindungi perutnya dan mundur sedikit. Setelah melihat dengan saksama, ternyata itu adalah gadis yang mengetuk pintu rumahnya pada tengah malam."Siapa kamu?" tanya Rhea dengan penasaran.Gadis itu bersujud dengan kuat sambil berkata dengan tidak jelas, "Maafkan aku. Aku sudah pindah dari sini. Rumahku juga sudah dijual. Tapi, ayahku la