"Ayah!" Ketika melihat Kamil ditendang, Avan langsung mengambil pisau buah dari samping dan hendak menyerang Paula. Dia berteriak, "Aku akan membunuhmu!"Kamil memberi tahu Avan bahwa tidak ada yang boleh selamat hari ini. Semua ini salah si penjual setanggi yang menipu uang mereka. Jika setanggi itu berguna, mana mungkin hasilnya akan sekacau ini?Sebelum Winelli sempat memberi Avan pelajaran, pintu sontak didobrak dari luar. Dua puluh orang pengawal menyerbu masuk dan mengawal Paula keluar.Sebelum pergi, Paula mengambil celemek bayi bordir itu. Setelah keluar, dia bisa mendengar makian Avan dan suara Richie yang sibuk menjelaskan.Paula berkata dengan senang, "Lihat, semua baik-baik saja, 'kan? Aku sudah merencanakan semua."Ekspresi Winelli tampak gugup. Paula tidak peduli. Dia meneruskan, "Cukup kita berdua yang tahu. Jangan sampai Darwin tahu soal ini. Oke?""Kamu menyusun semuanya dengan begitu sempurna. Masa aku nggak boleh tahu?" Tiba-tiba, terdengar suara familier dari belaka
Ketika perjalanan kemari, suasana benar-benar menegangkan karena wajah Darwin yang begitu suram. Wilson saja tidak berhasil mencairkan suasana. Bisa dilihat, betapa pentingnya Paula di hati Darwin."Bu, kamu bisa geser sedikit nggak?" tanya seorang pengawal yang ingin menangis karena Paula berjalan di sampingnya hanya untuk menjaga jarak dengan Darwin. Mereka baru bertemu, kenapa wanita ini ingin mencelakainya?Di bawah tatapan para pengawal itu, Paula terpaksa berjalan di samping Darwin. Dia hanya merasa malu, jadi ingin menjaga jarak dengan Darwin. Alhasil, wajah Darwin malah menjadi makin suram.Paula pun memarahi diri sendiri dalam hati, 'Kamu cuma mencium Darwin kok, ngapain malu begitu! Lihat, Darwin lagi-lagi marah, 'kan?'Darwin pasti makin susah dibujuk sekarang. Paula diam-diam melirik ekspresi Darwin. Pria itu hanya memandang ke depan dengan ekspresi dingin. Jadi, Paula menyenggol lengan Darwin dan mencoba mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Darwin.Darwin s
Paula bertatapan selama beberapa detik dengan Darwin. Pada akhirnya, Darwin bertanya, "Siapa yang mengirimmu pesan?"Kenapa wanita ini terlihat begitu senang? Paula sampai lupa kekasihnya ada di samping? Apalagi Darwin masih merajuk. Bagaimana bisa Paula hanya membalas pesan tanpa mencoba membujuk Darwin?Paula tidak menjawab karena Darwin menyuruhnya diam tadi. Darwin menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya dengan tidak berdaya, "Rhea?"Paula menggeleng. Selain Rhea, Darwin tidak tahu lagi siapa yang bisa membuat Paula senang saat menerima pesan."Yang di ruang bawah tanah itu?" tanya Darwin lagi sambil mengernyit. Paula lagi-lagi menggeleng."Bicara." Darwin menatapnya dengan tatapan mendesak. Paula pun menunjuk bibirnya yang masih terkunci rapat.Melihat ini, Darwin mematung sesaat. Kemudian, dia tiba-tiba tersenyum dan membungkuk untuk mencium Paula.Begitu merasakan sentuhan dingin di bibir, Paula tanpa sadar ingin mundur, tetapi merasa tidak tega saat melihat mata Darwin yang me
Kesenjangan seperti ini terlalu menggemaskan. Setelah memikirkan ini, Paula tidak sanggup menahan tawanya."Apa yang lucu?" tanya Darwin sambil fokus mengemudikan mobil. Dia mengira Paula kesenangan mengobrol dengan Harry sehingga merasa kesal.Paula tiba-tiba bersandar di bahunya, lalu menyentuh wajah Darwin dengan jarinya dan berucap, "Pacar siapa ini? Lucu sekali.""Jangan ganggu aku menyetir." Darwin tersenyum sesaat, lalu mendorong Paula dengan serius."Siap, Pacar!" Paula memberi hormat dengan ekspresi lucu dan nakal.Kali ini, senyuman Darwin menjadi makin lebar. Namun, dia segera menyingkirkan senyuman dan bertanya dengan serius, "Bukannya kamu seharusnya memberiku penjelasan?"Kalau tidak diberi pelajaran, Paula pasti akan melakukan hal berbahaya di belakangnya lagi. Darwin tidak bisa menjamin dirinya selalu bisa tiba tepat waktu untuk menolong Paula."Bukannya sudah kujelaskan?" tanya Paula balik dengan sedih."Sudah? Kenapa aku nggak mendengarnya?" Darwin merasa Paula sudah
Paula merasa dia tidak seharusnya mencurigai Harry tanpa bukti apa pun. Jadi, dia tetap membalas pesan itu dengan tenang.[ Oke. Aku sudah menyiapkan semua data untuk proyek baru. ][ Kamu memang yang terhebat! Pokoknya kita akan mengguncang seluruh dunia animasi! ]Harry membalas dan tidak lupa memberi emotikon yang mengacungkan jempol.Paula tidak membalas lagi. Dia dan Harry sama-sama memiliki keyakinan atas proyek baru ini. Jadi, tidak ada gunanya berbasa-basi.Saat ini, Paula tanpa sadar menatap Darwin sambil melamun. Dia sedang berpikir bagaimana caranya supaya bisa menemukan orang tuanya. Tidak mudah kalau hanya mengandalkan celemek bayi dan marga."Sudah sampai." Entah berapa lama kemudian, Darwin tiba-tiba menjentikkan jarinya di depan wajah Paula.Paula tersadar kembali. Dia menatap Darwin dengan terbengong-bengong. Seharusnya tidak sulit kalau ada bantuan Darwin, 'kan? Namun, Darwin sangat sibuk. Paula merasa tidak enak hati kalau merepotkannya lagi."Lihat apa?" tanya Darwi
"Kalian bertengkar lagi?" Paula mengembuskan napas. Dua insan ini benar-benar seperti musuh bebuyutan. Bisa juga dikatakan mereka terlalu sial. Setiap kali hubungan mereka membaik, pasti ada masalah yang muncul lagi.Rhea mencebik, terlihat tidak ingin membahasnya. Paula pun tidak memaksanya lagi. Dia tahu Rhea akan memberitahunya cepat atau lambat. Lagi pula, Rhea tidak bisa menahan apa pun di hatinya."Kak, tolong ampuni aku! Aku tahu aku salah. Aku nggak seharusnya meminta bantuanmu ataupun mengganggumu tidur. Tolong jangan siksa aku lagi!" Tiba-tiba, seorang gadis kecil berlutut di depan Paula.Rhea sontak maju untuk mengadangnya. Paula tanpa sadar melindungi perutnya dan mundur sedikit. Setelah melihat dengan saksama, ternyata itu adalah gadis yang mengetuk pintu rumahnya pada tengah malam."Siapa kamu?" tanya Rhea dengan penasaran.Gadis itu bersujud dengan kuat sambil berkata dengan tidak jelas, "Maafkan aku. Aku sudah pindah dari sini. Rumahku juga sudah dijual. Tapi, ayahku la
"Wanita ini yang mengusir kalian dari apartemen? Dasar jalang! Kamu sudah mencelakai kakakku! Aku akan membunuhmu!" Seorang wanita paruh baya tiba-tiba membawa beberapa orang maju. Kemudian, dia hendak memukul Paula tanpa mendengar penjelasan apa pun."Bibi, tenang sedikit ...." Gadis itu bangkit dan mencoba untuk menahan wanita itu. Alhasil, dia langsung terjatuh karena lambaian tangan wanita itu. Tindakannya sama sekali tidak memengaruhi wanita itu untuk memukul Paula.Paula melindungi perutnya sambil mundur sedikit demi sedikit. Dia punya firasat bahwa orang-orang ini menargetkan anak di kandungannya."Cepat!" Paula sontak menarik Rhea yang hendak berdebat dengan mereka. Mereka berbalik untuk masuk.Namun, orang-orang yang dibawa wanita itu bergegas menghalangi jalan Paula dan Rhea. Lantaran tidak sempat menghindar, punggung Paula pun dipukul oleh wanita itu."Berani sekali kamu memukulnya!" Rhea yang murka langsung mendorong wanita itu hingga jatuh. Jelas-jelas tenaga Rhea tidak te
Hanya Tuhan yang tahu betapa cemasnya Darwin saat mendengar ada 2 wanita yang dikepung massa. Jantungnya seperti berhenti berdetak. Dia tidak sempat memedulikan penampilannya lagi.Untungnya, Paula, Rhea, dan anak mereka baik-baik saja. Adapun orang-orang yang membuat onar, mereka tentu harus diberi pelajaran!Rhea ingin keluar untuk melihat. Paula segera menahannya dan berkata, "Kita keluar setelah Paman Darwin membereskan semuanya."Sesudah berbicara, Paula memijat bahunya sendiri. Rhea teringat pada Paula yang dipukul tadi. Dia mengangguk dan menyahut, "Ya, di sini lebih aman."Entah hanya ilusi atau bukan, Paula seperti melihat gadis itu menghela napas lega setelah melihat Darwin datang. Seketika, Paula merasakan firasat buruk. Apa mungkin targetnya bukan anak Paula, melainkan Darwin?Di luar sana, Darwin memberi isyarat tangan. Dia menyuruh Paula dan Rhea untuk tidak keluar, lalu menatap gadis itu dengan tatapan merendahkan.Gadis itu menengadah dengan tatapan kasihan. Dia memohon