Paula bertatapan selama beberapa detik dengan Darwin. Pada akhirnya, Darwin bertanya, "Siapa yang mengirimmu pesan?"Kenapa wanita ini terlihat begitu senang? Paula sampai lupa kekasihnya ada di samping? Apalagi Darwin masih merajuk. Bagaimana bisa Paula hanya membalas pesan tanpa mencoba membujuk Darwin?Paula tidak menjawab karena Darwin menyuruhnya diam tadi. Darwin menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya dengan tidak berdaya, "Rhea?"Paula menggeleng. Selain Rhea, Darwin tidak tahu lagi siapa yang bisa membuat Paula senang saat menerima pesan."Yang di ruang bawah tanah itu?" tanya Darwin lagi sambil mengernyit. Paula lagi-lagi menggeleng."Bicara." Darwin menatapnya dengan tatapan mendesak. Paula pun menunjuk bibirnya yang masih terkunci rapat.Melihat ini, Darwin mematung sesaat. Kemudian, dia tiba-tiba tersenyum dan membungkuk untuk mencium Paula.Begitu merasakan sentuhan dingin di bibir, Paula tanpa sadar ingin mundur, tetapi merasa tidak tega saat melihat mata Darwin yang me
Kesenjangan seperti ini terlalu menggemaskan. Setelah memikirkan ini, Paula tidak sanggup menahan tawanya."Apa yang lucu?" tanya Darwin sambil fokus mengemudikan mobil. Dia mengira Paula kesenangan mengobrol dengan Harry sehingga merasa kesal.Paula tiba-tiba bersandar di bahunya, lalu menyentuh wajah Darwin dengan jarinya dan berucap, "Pacar siapa ini? Lucu sekali.""Jangan ganggu aku menyetir." Darwin tersenyum sesaat, lalu mendorong Paula dengan serius."Siap, Pacar!" Paula memberi hormat dengan ekspresi lucu dan nakal.Kali ini, senyuman Darwin menjadi makin lebar. Namun, dia segera menyingkirkan senyuman dan bertanya dengan serius, "Bukannya kamu seharusnya memberiku penjelasan?"Kalau tidak diberi pelajaran, Paula pasti akan melakukan hal berbahaya di belakangnya lagi. Darwin tidak bisa menjamin dirinya selalu bisa tiba tepat waktu untuk menolong Paula."Bukannya sudah kujelaskan?" tanya Paula balik dengan sedih."Sudah? Kenapa aku nggak mendengarnya?" Darwin merasa Paula sudah
Paula merasa dia tidak seharusnya mencurigai Harry tanpa bukti apa pun. Jadi, dia tetap membalas pesan itu dengan tenang.[ Oke. Aku sudah menyiapkan semua data untuk proyek baru. ][ Kamu memang yang terhebat! Pokoknya kita akan mengguncang seluruh dunia animasi! ]Harry membalas dan tidak lupa memberi emotikon yang mengacungkan jempol.Paula tidak membalas lagi. Dia dan Harry sama-sama memiliki keyakinan atas proyek baru ini. Jadi, tidak ada gunanya berbasa-basi.Saat ini, Paula tanpa sadar menatap Darwin sambil melamun. Dia sedang berpikir bagaimana caranya supaya bisa menemukan orang tuanya. Tidak mudah kalau hanya mengandalkan celemek bayi dan marga."Sudah sampai." Entah berapa lama kemudian, Darwin tiba-tiba menjentikkan jarinya di depan wajah Paula.Paula tersadar kembali. Dia menatap Darwin dengan terbengong-bengong. Seharusnya tidak sulit kalau ada bantuan Darwin, 'kan? Namun, Darwin sangat sibuk. Paula merasa tidak enak hati kalau merepotkannya lagi."Lihat apa?" tanya Darwi
"Kalian bertengkar lagi?" Paula mengembuskan napas. Dua insan ini benar-benar seperti musuh bebuyutan. Bisa juga dikatakan mereka terlalu sial. Setiap kali hubungan mereka membaik, pasti ada masalah yang muncul lagi.Rhea mencebik, terlihat tidak ingin membahasnya. Paula pun tidak memaksanya lagi. Dia tahu Rhea akan memberitahunya cepat atau lambat. Lagi pula, Rhea tidak bisa menahan apa pun di hatinya."Kak, tolong ampuni aku! Aku tahu aku salah. Aku nggak seharusnya meminta bantuanmu ataupun mengganggumu tidur. Tolong jangan siksa aku lagi!" Tiba-tiba, seorang gadis kecil berlutut di depan Paula.Rhea sontak maju untuk mengadangnya. Paula tanpa sadar melindungi perutnya dan mundur sedikit. Setelah melihat dengan saksama, ternyata itu adalah gadis yang mengetuk pintu rumahnya pada tengah malam."Siapa kamu?" tanya Rhea dengan penasaran.Gadis itu bersujud dengan kuat sambil berkata dengan tidak jelas, "Maafkan aku. Aku sudah pindah dari sini. Rumahku juga sudah dijual. Tapi, ayahku la
"Wanita ini yang mengusir kalian dari apartemen? Dasar jalang! Kamu sudah mencelakai kakakku! Aku akan membunuhmu!" Seorang wanita paruh baya tiba-tiba membawa beberapa orang maju. Kemudian, dia hendak memukul Paula tanpa mendengar penjelasan apa pun."Bibi, tenang sedikit ...." Gadis itu bangkit dan mencoba untuk menahan wanita itu. Alhasil, dia langsung terjatuh karena lambaian tangan wanita itu. Tindakannya sama sekali tidak memengaruhi wanita itu untuk memukul Paula.Paula melindungi perutnya sambil mundur sedikit demi sedikit. Dia punya firasat bahwa orang-orang ini menargetkan anak di kandungannya."Cepat!" Paula sontak menarik Rhea yang hendak berdebat dengan mereka. Mereka berbalik untuk masuk.Namun, orang-orang yang dibawa wanita itu bergegas menghalangi jalan Paula dan Rhea. Lantaran tidak sempat menghindar, punggung Paula pun dipukul oleh wanita itu."Berani sekali kamu memukulnya!" Rhea yang murka langsung mendorong wanita itu hingga jatuh. Jelas-jelas tenaga Rhea tidak te
Hanya Tuhan yang tahu betapa cemasnya Darwin saat mendengar ada 2 wanita yang dikepung massa. Jantungnya seperti berhenti berdetak. Dia tidak sempat memedulikan penampilannya lagi.Untungnya, Paula, Rhea, dan anak mereka baik-baik saja. Adapun orang-orang yang membuat onar, mereka tentu harus diberi pelajaran!Rhea ingin keluar untuk melihat. Paula segera menahannya dan berkata, "Kita keluar setelah Paman Darwin membereskan semuanya."Sesudah berbicara, Paula memijat bahunya sendiri. Rhea teringat pada Paula yang dipukul tadi. Dia mengangguk dan menyahut, "Ya, di sini lebih aman."Entah hanya ilusi atau bukan, Paula seperti melihat gadis itu menghela napas lega setelah melihat Darwin datang. Seketika, Paula merasakan firasat buruk. Apa mungkin targetnya bukan anak Paula, melainkan Darwin?Di luar sana, Darwin memberi isyarat tangan. Dia menyuruh Paula dan Rhea untuk tidak keluar, lalu menatap gadis itu dengan tatapan merendahkan.Gadis itu menengadah dengan tatapan kasihan. Dia memohon
Para kerabat gadis itu menolak untuk bekerja sama dengan polisi. Mereka berteriak, "Kami cuma membantu dan nggak melakukan apa pun. Atas dasar apa kami ditangkap?"Polisi menyahut dengan dingin, "Kalian sudah menghina Nona Keluarga Sasongko. Sekarang mereka menuntut kalian, jadi kalian harus bekerja sama dalam penyelidikan."Kemudian, polisi itu beralih menatap si gadis dan berujar dengan ekspresi datar, "Kamu Tessa, 'kan? Bu Paula hamil, tapi kamu mendesaknya seperti ini. Dia menuntutmu karena berniat mencelakainya. Tolong ikut kami ke kantor polisi."Tessa merasa tidak puas. Dia membantah, "Dia baik-baik saja kok. Atas dasar apa menuntutku seperti itu? Lagian, aku nggak menyentuhnya sedikit pun!""Jelaskan saja secara detail di kantor polisi." Polisi itu membuat isyarat tangan mempersilakan.Tessa menunjuk Paula dan Rhea yang berada di dalam sambil bertanya, "Kalau mereka menuntutku, kenapa mereka nggak ikut ke kantor polisi?"Paula dan Rhea melihat gadis itu menunjuk mereka. Mereka
Kerabat Tessa berteriak hebat. Ketika melihat Darwin mengobrol dengan polisi, Tessa memberi isyarat mata kepada bibinya. Kemudian, bibinya berlari ke arah Paula dengan cekatan.Perubahan ini terjadi terlalu mendadak. Polisi ingin menghentikan, tetapi tenaga wanita itu terlalu besar.Paula sontak menoleh dan mendapati wanita itu sudah berada di hadapannya. Dia ketakutan hingga jantungnya berdetak kencang.Winelli bereaksi cepat dan melayangkan tendangan kepada wanita itu. Namun, dari posisi Winelli, Paula pasti akan terkena imbasnya.Dalam situasi genting ini, Darwin bergegas menghampiri Paula dan memeluk Paula untuk mengelak dari serangan wanita itu.Saat berikutnya, wanita itu ditahan oleh para polisi. Dia tidak akan bisa macam-macam lagi untuk sementara waktu ini."Tolong! Ada yang ingin membunuhku!" seru wanita itu lagi. Makin banyak orang yang berkerumun untuk menyaksikan kekacauan ini.Ketika melihat Darwin dilindungi oleh begitu banyak pengawal, sedangkan Tessa dan kerabatnya ter