Saat ini, pria yang menyuruh Rhea menikah dengan putranya sebagai bentuk kompensasi pun berteriak, "Keluarga Sasongko kaya dan berkuasa. Kalian bisa saja menyelesaikan apa pun dengan uang."Rhea mendengus dan bertepuk tangan. Layar lebar kembali menyala. Terlihat pihak kepolisian meneruskan komik yang dilukis oleh Paula. Pada saat yang sama, orang-orang yang selamat dari kericuhan di bar juga datang. Begitu melihat gambar di layar, mereka teringat pada insiden malam itu."Yang pakai baju biru itu aku. Aku didorong orang dan hampir diinjak sampai mati. Tokoh utama pria itu yang menolongku!""Aku yang pakai gaun bermotif bunga. Ada yang melukai kakiku dengan pisau, lalu tokoh utama pria itu yang menggendongku keluar!""Waktu itu situasi di bar benar-benar kacau. Kalau nggak ada mereka, entah berapa banyak korban yang mati!"Setelah orang-orang ini memperjelas bahwa Darwin yang menolong mereka, orang-orang makin memercayai hasil karya Paula."Terima kasih," ucap Darwin sambil menatap Paul
"Aurel sudah datang. Teko yang dipegangnya sama dengan yang kita pakai," jawab Paula dengan suara bergetar. Dia merasa cemas karena teringat pada ancaman Aurel.Begitu mendengarnya, Darwin mengikuti arah pandang Paula. Tidak terlihat lagi sosok Aurel di sana. Paula sontak meraih lengan baju Darwin sambil mendesaknya, "Cepat pergi ke laboratorium!"Paula tidak tahu obat apa yang akan diberikan Aurel kepada mereka, tetapi obat itu pasti berbahaya. Darwin tidak mengkhawatirkan diri sendiri, melainkan mengkhawatirkan Paula. Dia berujar, "Tenang sedikit, aku akan menghubungi laboratorium."Paula sedang hamil. Jika ada zat berbahaya memasuki tubuhnya, nyawa Paula dan anaknya mungkin akan terancam.Darwin menghubungi Willy. Beberapa saat kemudian, Willy baru menerima panggilan dan berucap dengan kesal, "Darwin, entah siapa yang membocorkan lokasi laboratorium kita. Ada sekelompok bajingan yang membawa jenazah kemari. Katanya, orang itu mati karena eksperimen kita. Sekarang polisi sudah menyeg
"Cepat beri aku obatnya! Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, Darwin juga makan obat itu! Kalau kalian nggak percaya, suruh dia menjalani pemeriksaan!" Meskipun terlihat tidak waras, setiap kata yang dilontarkannya terdengar masuk akal. Selain itu, tujuan wanita ini juga sangat jelas.Paula tanpa sadar mengepalkan tangannya. Dia akhirnya mengerti apa yang ingin dilakukan Aurel. Aurel ingin memfitnah Darwin mengonsumsi narkoba."Maaf," ujar Paula. Jika dia tidak meminta teh, Darwin tidak akan terjebak."Bukan salahmu." Darwin terus menelepon bawahannya untuk mengatur strategi selanjutnya.Paula hanya bisa menatapnya. Karena tidak bisa membantu apa pun, Paula merasa sangat bersalah. Tiba-tiba, ponsel Paula berdering. Aurel mengirim pesan kepadanya.[ Kamu ingin tahu siapa orang tua kandungmu? Kalau mau, datang ke lantai 2. Jangan beri tahu apa pun kepada Darwin atau kamu nggak bakal tahu rahasia ini untuk selamanya. ]Paula tanpa sadar mendongak melirik Darwin. Meskipun situasi begi
Jantung Paula sontak berdetak kencang. Dia merasakan firasat buruk. Wanita itu menunjuk Paula dan bertanya, "Itu orang yang kalian cari, 'kan?"Para pengawal menatap ke sudut tempat Paula bersembunyi. Saat berikutnya, terdengar suara perkelahian di belakang.Begitu menoleh, Paula melihat Winelli berkelahi dengan seorang pria yang mengenakan seragam pelayan. Melihat ini, para pengawal Darwin bergegas menghampiri untuk membantu.Tiba-tiba, seorang pelayan muncul dan meraih bahu Paula. Dia menyandera Paula, membawanya ke ruangan tempat Aurel berada. Kemudian, dia mendorong Paula masuk dan sontak berteriak, "Nona Paula, cepat tolong Nona Aurel!"Para pengawal itu kebingungan sesaat. Namun, Paula segera bereaksi dan berlari ke depan untuk menarik pakaian Aurel. Setengah tubuh Aurel awalnya sudah berada di luar, jadi tidak mudah bagi Paula untuk menariknya. Namun, Aurel seperti didorong oleh seseorang dan tubuhnya pun masuk kembali.Paula dan Aurel sama-sama terkejut. Hanya saja, tatapan Aur
Darah yang dimuntahkan Aurel cukup banyak. Dia akhirnya merasa takut sekarang. Dia bersujud kepada Paula sambil memohon, "Tolong aku ... kumohon ...."Paula seketika melemas melihatnya. Tongkat listrik terjatuh dari tangannya. Aurel masih memohon, "Kak, tolong aku ...."Aurel meraih pakaian Paula dengan tangan yang berlumuran darah, meninggalkan beberapa bekas yang mengerikan. Seketika, Paula tersadar kembali. Dia mengempaskan tangan Aurel, lalu menuju ke pintu dengan tubuh gemetaran. Dia harus keluar untuk meminta pertolongan.Bam! Pintu tiba-tiba didobrak dari luar. Darwin menatap Paula dengan cemas. Ketika melihat bekas darah, dia bergegas menghampiri dan meraih bahu Paula sambil bertanya, "Kamu baik-baik saja?"Paula mengangguk, lalu meneteskan air mata saat berkata, "Tolong dia, cepat ...."Darwin baru menunduk menatap Aurel. Aurel seperti bertemu penyelamat. Dia merangkak ke depan Darwin dengan rendah diri, meraih ujung celananya sambil memohon, "Tolong aku!"Darwin ingin menenda
Paula merasa ada yang tidak beres. Dia langsung menekan tombol merekam panggilan, lalu terdengar suara Richie dengan pria lain. Suara Richie terdengar lemas sekaligus kesal. "Dasar gila! Kamu meracuni Aurel! Apa sebenarnya maumu?""Kamu nggak menyukainya, 'kan? Untuk apa merasa kasihan?" balas pria itu."Kata siapa aku nggak menyukainya? Kalaupun aku nggak menyukainya, aku nggak pernah berpikir untuk membunuhnya! Cepat berikan penawar racunnya!" pekik Richie.Jantung Paula pun berdetak kencang. Ternyata, pria ini yang meracuni Aurel. Dia seharusnya pria bermarga Churia yang merupakan dalang di balik semua ini, 'kan?"Bukannya kamu bilang ingin melihat Darwin menderita? Sekarang, aku membantumu mewujudkan keinginanmu. Coba tebak, apa Darwin akan melindungi Paula? Seharusnya nggak akan. Darwin pasti curiga Paula bersekongkol denganku.""Paula akan masuk penjara dan akhirnya mati. Setelah dia dan anaknya mati, aku akan memberi tahu Darwin kalau Paula nggak pernah mengkhianatinya. Ketika s
"Nona, kejadiannya bukan begitu ...."Wilson baru saja mulai bicara, kedua kaki Rhea telah terasa lemas dan jatuh terduduk di samping sofa. Dia menatap Wilson dengan mata berkaca-kaca. Memang benar dugaan Darwin, Rhea bisa mengatasi masalah sebelumnya dengan mudah. Jadi, tidak masalah jika mereka tidak memberitahukannya terlebih dahulu sebelumnya. Namun jika kejadian kali ini tidak mereka komunikasikan terlebih dahulu kepada Rhea, kemungkinan besar Rhea akan memanggil semua senior Keluarga Sasongko ke sini."Nona Aurel nggak meninggal, Tuan diam-diam mengantarkannya ke markas kedua. Tuan dibawa polisi hanya untuk melakukan pemeriksaan secara formalitas."Rhea baru menghela napas lega, lalu beranjak berdiri dan duduk di sofa."Kenapa Paman bisa terlibat kasus pembunuhan? Bukannya aku sudah berpesan untuk jangan biarkan Aurel dan Richie masuk? Kenapa mereka bisa menyusup?""Nona Aurel masuk dengan menggunakan riasan yang mengubah wajahnya. Mengenai kasus pembunuhan, Tuan dijebak oleh ses
Pria itu awalnya masih menyembunyikan sesuatu demi keluarganya. Namun setelah dilirik oleh Charlie, dia langsung mengungkapkan semuanya, "Dia juga bilang, kalau kami patuh, dia akan memberikan kami masing-masing satu miliar setelah semuanya selesai. Selain itu, dia bilang ada dua orang bernama Aurel dan Paula. Kami disuruh untuk tidak boleh melukai mereka. Terutama yang namanya Paula, kami harus segera melindunginya agar dia bisa pergi.""Lalu, apa lagi?" Pengawal itu berjalan maju selangkah sehingga membuat pria itu bergidik ketakutan."Selain itu, aku pernah mendengar orang itu bicara dengan bawahannya. Katanya, kalau Pak Darwin mau menanggung kesalahan demi Paula, mereka akan punya cara untuk menetapkan tuduhan itu kepada Pak Darwin. Kalau Pak Darwin nggak mau menanggung kesalahan, mereka akan membunuh Paula agar Pak Darwin semakin bersalah."Charlie dan Wilson saling bertukar pandang sekilas. Semua ucapannya sama seperti pengakuan pelayan lainnya. Saat Wilson datang, Charlie sudah