Jantung Paula sontak berdetak kencang. Dia merasakan firasat buruk. Wanita itu menunjuk Paula dan bertanya, "Itu orang yang kalian cari, 'kan?"Para pengawal menatap ke sudut tempat Paula bersembunyi. Saat berikutnya, terdengar suara perkelahian di belakang.Begitu menoleh, Paula melihat Winelli berkelahi dengan seorang pria yang mengenakan seragam pelayan. Melihat ini, para pengawal Darwin bergegas menghampiri untuk membantu.Tiba-tiba, seorang pelayan muncul dan meraih bahu Paula. Dia menyandera Paula, membawanya ke ruangan tempat Aurel berada. Kemudian, dia mendorong Paula masuk dan sontak berteriak, "Nona Paula, cepat tolong Nona Aurel!"Para pengawal itu kebingungan sesaat. Namun, Paula segera bereaksi dan berlari ke depan untuk menarik pakaian Aurel. Setengah tubuh Aurel awalnya sudah berada di luar, jadi tidak mudah bagi Paula untuk menariknya. Namun, Aurel seperti didorong oleh seseorang dan tubuhnya pun masuk kembali.Paula dan Aurel sama-sama terkejut. Hanya saja, tatapan Aur
Darah yang dimuntahkan Aurel cukup banyak. Dia akhirnya merasa takut sekarang. Dia bersujud kepada Paula sambil memohon, "Tolong aku ... kumohon ...."Paula seketika melemas melihatnya. Tongkat listrik terjatuh dari tangannya. Aurel masih memohon, "Kak, tolong aku ...."Aurel meraih pakaian Paula dengan tangan yang berlumuran darah, meninggalkan beberapa bekas yang mengerikan. Seketika, Paula tersadar kembali. Dia mengempaskan tangan Aurel, lalu menuju ke pintu dengan tubuh gemetaran. Dia harus keluar untuk meminta pertolongan.Bam! Pintu tiba-tiba didobrak dari luar. Darwin menatap Paula dengan cemas. Ketika melihat bekas darah, dia bergegas menghampiri dan meraih bahu Paula sambil bertanya, "Kamu baik-baik saja?"Paula mengangguk, lalu meneteskan air mata saat berkata, "Tolong dia, cepat ...."Darwin baru menunduk menatap Aurel. Aurel seperti bertemu penyelamat. Dia merangkak ke depan Darwin dengan rendah diri, meraih ujung celananya sambil memohon, "Tolong aku!"Darwin ingin menenda
Paula merasa ada yang tidak beres. Dia langsung menekan tombol merekam panggilan, lalu terdengar suara Richie dengan pria lain. Suara Richie terdengar lemas sekaligus kesal. "Dasar gila! Kamu meracuni Aurel! Apa sebenarnya maumu?""Kamu nggak menyukainya, 'kan? Untuk apa merasa kasihan?" balas pria itu."Kata siapa aku nggak menyukainya? Kalaupun aku nggak menyukainya, aku nggak pernah berpikir untuk membunuhnya! Cepat berikan penawar racunnya!" pekik Richie.Jantung Paula pun berdetak kencang. Ternyata, pria ini yang meracuni Aurel. Dia seharusnya pria bermarga Churia yang merupakan dalang di balik semua ini, 'kan?"Bukannya kamu bilang ingin melihat Darwin menderita? Sekarang, aku membantumu mewujudkan keinginanmu. Coba tebak, apa Darwin akan melindungi Paula? Seharusnya nggak akan. Darwin pasti curiga Paula bersekongkol denganku.""Paula akan masuk penjara dan akhirnya mati. Setelah dia dan anaknya mati, aku akan memberi tahu Darwin kalau Paula nggak pernah mengkhianatinya. Ketika s
"Nona, kejadiannya bukan begitu ...."Wilson baru saja mulai bicara, kedua kaki Rhea telah terasa lemas dan jatuh terduduk di samping sofa. Dia menatap Wilson dengan mata berkaca-kaca. Memang benar dugaan Darwin, Rhea bisa mengatasi masalah sebelumnya dengan mudah. Jadi, tidak masalah jika mereka tidak memberitahukannya terlebih dahulu sebelumnya. Namun jika kejadian kali ini tidak mereka komunikasikan terlebih dahulu kepada Rhea, kemungkinan besar Rhea akan memanggil semua senior Keluarga Sasongko ke sini."Nona Aurel nggak meninggal, Tuan diam-diam mengantarkannya ke markas kedua. Tuan dibawa polisi hanya untuk melakukan pemeriksaan secara formalitas."Rhea baru menghela napas lega, lalu beranjak berdiri dan duduk di sofa."Kenapa Paman bisa terlibat kasus pembunuhan? Bukannya aku sudah berpesan untuk jangan biarkan Aurel dan Richie masuk? Kenapa mereka bisa menyusup?""Nona Aurel masuk dengan menggunakan riasan yang mengubah wajahnya. Mengenai kasus pembunuhan, Tuan dijebak oleh ses
Pria itu awalnya masih menyembunyikan sesuatu demi keluarganya. Namun setelah dilirik oleh Charlie, dia langsung mengungkapkan semuanya, "Dia juga bilang, kalau kami patuh, dia akan memberikan kami masing-masing satu miliar setelah semuanya selesai. Selain itu, dia bilang ada dua orang bernama Aurel dan Paula. Kami disuruh untuk tidak boleh melukai mereka. Terutama yang namanya Paula, kami harus segera melindunginya agar dia bisa pergi.""Lalu, apa lagi?" Pengawal itu berjalan maju selangkah sehingga membuat pria itu bergidik ketakutan."Selain itu, aku pernah mendengar orang itu bicara dengan bawahannya. Katanya, kalau Pak Darwin mau menanggung kesalahan demi Paula, mereka akan punya cara untuk menetapkan tuduhan itu kepada Pak Darwin. Kalau Pak Darwin nggak mau menanggung kesalahan, mereka akan membunuh Paula agar Pak Darwin semakin bersalah."Charlie dan Wilson saling bertukar pandang sekilas. Semua ucapannya sama seperti pengakuan pelayan lainnya. Saat Wilson datang, Charlie sudah
"Kemungkinan bahan peledak," tebak Paula. Sebab, dia mendengar Richie mengetuk kotak itu empat kali dengan jarinya ketika dia dijatuhkan, lalu bergumam samar-samar, "Peri kecil ...."Suara yang dia ucapkan sangat pelan, kemungkinan orang yang memukulnya tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Jadi, Paula juga tidak yakin apakah dia salah dengar atau terlalu banyak berpikir. Namun, "Peri Kecil" adalah game yang pernah dia mainkan sebelumnya. Paula ingat, ada sebuah level di dalam game itu yang sangat sulit. Paula kesulitan melewati level itu dan tersangkut cukup lama. Kebetulan Richie melihatnya dan mengejek kebodohan Paula sambil merebut ponselnya.Namun, Richie malah lebih bodoh darinya karena setiap kali selalu saja mati terkena bahan peledak. Di game itu ada empat lantai dan setiap sudut lantai menyembunyikan satu bom."Kenapa kamu bisa tahu semua ini?" tanya Winelli sambil membelalakkan matanya.Paula melambaikan tangannya, "Antarkan dulu benda ini, nanti kujelaskan padamu."Sulit se
"Jangan buru-buru, di mana alamat yang kalian temukan?" tanya Paula seraya menyuruh Wilson untuk duduk. Wilson tidak mau menuruti perintahnya. Setelah Winelli memberi isyarat pada Wilson, dia baru menarik napas dalam-dalam dan duduk. Setelah itu, dia baru memberi tahu Paula alamatnya dengan enggan.Dalam hatinya berpikir, 'Tuan benar-benar sudah salah menilai orang kali ini. Wanita ini berniat jahat ingin mencelakaimu! Aku benar-benar nggak ingin menuruti perintah Tuan untuk mematuhinya lagi.'"Orang itu nggak ada di sini, di sini cuma ada bahan peledak. Kalian hanya cari mati kalau ke sana," jawab Paula sambil menunjukkan gambar yang dibuatnya Dia juga baru kepikiran saat mendengar percakapan Winelli dan Wilson di telepon tadi. Di dalam game yang dimainkannya itu, musuh memiliki dua kastel. Salah satunya adalah tempat bosnya berada, sedangkan yang lainnya adalah kastel yang dipenuhi dengan bahan peledak. Namun, pemain biasanya akan langsung menyadari kastel yang lebih mencolok dan mat
"Sialan, jangan sentuh aku! Siapa kalian? Apa hak kalian menangkapku?" teriak pria itu sambil meronta-ronta. Wilson melemparkan pandangan tajam dengan tidak sabar, lalu menyuruh bawahannya untuk membungkam mulut pria itu."Nona Paula benar-benar hebat bisa melukis wajah orang ini sampai semirip itu. Kalau bukan karena lukisan Nona Paula, kita pasti sudah tertipu. Dia masih sempat mencari orang yang mirip dengannya untuk dijadikan kambing hitam, pemikirannya teliti sekali." Bawahannya menarik rambut pria itu dan memasukkannya ke mobil.Wilson melihat Richie digendong oleh bawahannya berjalan keluar dari gedung dan menyuruhnya untuk mengenali apakah pria yang mereka tangkap itu adalah pelakunya atau bukan. Dengan mata bengkak, Richie meludahi pria itu dan memakinya, "Bajingan! Akhirnya kamu jatuh ke tanganku juga! Akan kubunuh kamu!""Sudahlah, bawa pergi." Wilson menyuruh bawahannya untuk memasukkan kedua orang itu di mobil yang berbeda karena takut Richie akan membunuh pria itu.Setela