Share

166. Air Mata Bu Hera

Penulis: Diganti Mawaddah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rana dilarikan ke rumah sakit terdekat. Bukan rumah sakit besar tempat suaminya dirawat karena Bu Hera yang sudah terlanjur panik melihat darah ada di lantai dan pakaian tidur menantunya. Wanita itu bahkan menyetir sendiri sekuat tenaga tidak pingsan karena Rana yang berbaring meringkuk di kursi belakang mobil sambil merintih.

"Tolong menantu saya, Pak! Darurat!" Teriak Bu Hera begitu berhenti di depan lobi IGD. Dua orang perawat menggendong Rana dan meletakkan wanita itu di kursi. Bu Hera memarkirkan mobil dengan asal di parkiran depan lobi karena ia sudah panik.

"Dibawa ke mana menantu saya, Pak?" tanya Bu Hera pada petugas customer service yang berada di dekat lift.

"Ke ruangan tindakan atas, Bu. Kebetulan ada dokter yang baru menangani ibu melahirkan normal. Naik lift lantai empat ya, Bu."

"Makasih." Bu Hera memencet lift. Tangan dan lututnya gemetaran. Keringat sebesar biji jagung membasahi kening dan juga leher. AC rumah sakit yang dingin tidak berasa apa-apa di tubuhnya karena
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   167. Adinda Mehra Putri Mananta

    Almarhum bayi cantik Rana difoto oleh Bu Hera. Ia tidak mau melupakan bagaimana cantiknya cucu perempuannya yang belum sempat ia gendong dalam keadaan hidup. Namun, Bu Hera tidak pernah menyesal denga keputusannya yang memilih Rana. Tentu karena Ramat adalah menantunya yang baik. Rana berhak bahagia dengan kehidupan barunya nanti, sedangkan dirinya dan sang Putra memang harus menerima karma dari apa yang telah diperbuat selama ini. Pak Samsul mengadzankan bayi cantik yang diberi nama Adinda Mehra Putri Mananta oleh Bu Hera. Nama yang sudah ia siapkan jauh-jauh hari. Ia sudah memberikan satu kata nama yang ia request pada Rana dan menantunya itu setuju. "Pasien ingin melihat bayinya dan pasien insyaallah dalam keadaan siap, " kata perawat pada Bu Hera dan Pak Samsul. Perawat mengambil Mehra untuk ia gendong erat dan ditutupi oleh kain pelindung. Belum, cucunya belum dikafani karena memang harus diandalkan terlebih dahulu. Nanti saat masuk ke dalam liang jahat, baru kembali diazank

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   168. Jelita Merajuk

    Syabil binngung karena Jelita belum terlihat turun dari kamarnya sejak pagi. Ini sudah jam sembilan. Biasanya Jelita suka berdiri di balkon kamar sambil menghirup udara pagi, tetapi sampai siang, ia tidak melihat Jelita. Ponsel wanita itu pun tidak aktif sejak semalam ia menanyakan kabarnya. Tentu saja Syabil penasaran karena tidak biasanya Jelita bersikap aneh seperti ini."Mbok Nah, Non Jelita belum ada turun ya?" tanya Syabil setengah berbisik. Pria itu pura-pura mengambil air es dari dalam kulkas."Belum, sejak tadi Mbak Rinai saja yang diminta bolak-balik ambil makanan. Kata Non Rinai agak pucat." Syabil mulai cemas. Apa yang terjadi pada Jelita? Apa ini berkaitan dengan kehamilan wanita itu? Syabil bergumam dalam hati."Oh, gitu, suruh Rinai aja Non Jelita ke dokter, Mbok. Kalau memang lagi sakit, jangan dibiarkan lama. Saya kalau bilangin hak gak enak karena saya lelaki.""Iya, Mbok sih maklum karena emang Non Jelita lagi hamil anak cinta satu malam." Syabil tersenyum samar. "

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   169. Kecurigaa Rinai

    Keduanya sampai di rumah sakit. Jelita tidur sepanjang jalan setelah mereka berdebat. Syabil mengetahui kenapa Jelita tidur dengan pulas, pasti karena semalaman wanita itu tidak tidur. Merajuk padanya karena bicara pada Rinai. Ditambah ada adegan pelukan yang dilakukan Rinai, semakin cemburu dan kesallah Jelita. Wanita memang selalu seperti itu. Seringkali menyimpulkan sendiri tanpa mau mengonfirmasi. Batin Syabil.. Ia menyentuh kenig Jelita, menyingkirkan anak rambut yang menempel di sana. Pemuda itu membukakan pintu mobil, lalu melepas seatbelt, barulah Jelita terbangun. "Ayo, turun! Periksa dulu!" Jelita menggosok kedua matanya. "Aku bilang tadi kan pulang aja.""Nggak, harus periksa dulu. Sejak di sini belum ada ke dokter kandungan kan? Ayo, jangan pake bantah! Makanya jangan aneh-aneh segala ngambek dan gak tidur. Pokoknya kudu nurut saya." Jelita terpaksa turun dari mobil. Syabil menuntun wanita tanpa make up itu menuju bagian pendaftaran. Setelah data diri diisi, Jelita dudu

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   170. Mencari Adis Part2

    Pukul delapan malam, Jelita dan Syabil baru saja sampai rumah. Selain main ke pantai dan Seaworld, Syabil juga mengajak Jelita nonton pertunjukan lumba-lumba di Gelanggang Samudra. Apakah pakai uang Syabil? Tentu saja tidak semuanya. Ada yang menggunakan uang Jelita da nada juga dengan uang Syabil. Jelita paham bahwa Syabil tidak memiliki banyak uang untuk sekedar jalan-jalan have fun.Rinai menyambut keduanya dengan wajah yang sulit diartikan. Antara heran dan juga cemburu, tetapi ia ingat perkataan Yadi tadi sore, bahwa Syabil dan Jelita sudah dekat karena Syabil yang menemani majikannya itu operasi di luar negeri.“Malam, Nyonya, apa Nyonya butuh sesuatu sebelum istirahat?” tanya Rinai sopan, tanpa berani menoleh pada Syabil yang mengantar Jelita sampai ke depan pintu kamar.“Aku capek banget hari ini, Nai,” jawab Jelita dengan senyum. Ia ingat perkataan Syabil, bahwa bersikap biasa saja dengan Rinai, karena Rinai sudah bagian dari masa lalu pemuda itu dan tidak boleh memusu

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   171. Levi yang Bersedih

    Levi menatap gedung-gedung bertingkat di luar sana. Semua sibuk hilir mudik dengan semua kesibukan dan urusan masing-masing, sementara Bu Hera menatap anak semata wayangnya itu dengan perasaan campur aduk. "Ini sudah malam, apa kamu belum ngantuk?" tanya Bu Hera pada Levi. Pria dewasa itu menghela napas. "Saya gak bisa tidur, Mom. Bagaimana Rana?" tanya Levi."Rana sudah diantar pulang oleh Pak Samsul sore ini. Rana pulang ke Jakarta untuk pemulihan. Bapaknya mungkin akan membantu menjaga serta merawat Rana untuk beberapa hari ke depan," jawab Bu Hera masih dengan kesedihan mendalam."Jika kita semua balik ke Jakarta, lalu makam bayi saya?" tanya Levi seakan tidak tega meninggalkan putrinya sendirian di kota orang."Mama akan bicara pada dokter dan aparat lingkungan setempat. Jika boleh, makam Mehra akan kita pindahkan di Jakarta. Di samping makan papa kamu." Levi mengangguk. Hal itu memang yang ia inginkan. Putrinya berada satu kota dengannya meskipun sudah beda alam."Rana apa sud

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   172. Ruang Perawatan

    Tubuh Rana bergerak gelisah saat suara ponsel berdering berkali-kali. Wanita itu membuka mata, lalu meraih ponsel di atas nakas dengan malas. Tanpa melihat siapa yang menelepon, Rana langsung saja menggeser layar terima."Halo, siapa?""Halo, Rana, ini Bapak. Mbak Adis kamu sudah ditemukan.""Alhamdulillah." Rana yang tadinya lemas, mendadak membuka mata dengan lebar. "Tapi kondisinya tidak baik dan perlu perawatan intensif dan ekslusif. Dokter menyarankan kakak kamu dirawat ke kamar VIP yang per malam biayanya empat juta dua ratus ribu rupiah. Mungkin akan menghabiskan waktu tujuh hari di rumah sakit, di luar obat. Bapak butuh lima puluh juta untuk kakak kamu. Kirim sekarang ya, karena Bapak sudah ada di kasir.""Pak, lima puluh juta uang dari mana? Saya gak ada. Baru kehilangan bayi. Bapak malah minta uang banyak sekali. Saya baru kirim empat juta kemarin, sekarang sudah minta lagi. Bapak tega sekali pada saya. Saya di sini pembantu, Pak. Saya baru kehilangan bayi, Bapak gak ada uc

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   173. Rinai Tak Bisa Move On

    "Mbok, apa Mbok tahu hubungan Syabil dan Nyonya Jelita?" tanya Rinai saat membantu Mbok Nah mencuci piring. "Tentu saja majikan dan ajudan, tapi mungkin dengan Syabil lebih dekat dibanding yang lain, kenapa? Mbok baru tahu kamu mantan Syabil dari Udin. Maksud Udin kali aja kalian bisa balikan, ternyata kayaknya gak bisa ya." Mbok Nah memberikan komentar. Rinai hanya bisa tersenyum pedih menanggapi ucapan Mbok Nah."Saya pun berharap bisa balikan sama Syabil, Mbok. Makanya mau aja pas Udin nawarin kerja di sini jadi asisten Nyonya Jelita, tapi kayaknya saya doang yang berharap, Syabilnya biasa aja. Mungkin bosan juga kali ya, Mbok.""Mungkin Syabil juga udah ada yang lain. Tapi bisa juga lagi dalam mode bosan. Kenapa gak biarkan Syabil tenang dulu? Kalian sama-sama introspeksi. Biarkan Syabil mungkin lagi fokus sama urusan pekerjaannya dengan juragan dan Non Jelita. Apalagi juragan lagi sakit. Lusa katanya mau dibawa balik ke Indonesia, tapi ke Jakarta. Bisa jadi, Non Jelita pun ke sa

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   174. Abdi Sadar

    Nisa segera bangun dari tempat duduknya saat mendapati jari tangan Abdi melakukan pergerakan. Wanita itu segera mendekati kakaknya tersebut untuk memastikan. Matanya berbinar begitu melihat pergerakan untuk yang kedua kalinya."Kang? Kang?" Nisa terus memanggil kakaknya sebab dia belum membuka mata.Matanya kembali memastikan pergerakan tangan Abdi. Untuk ke sekian kalinya, Nisa yakin jika itu pertanda bahwa sang kakak sudah sadarkan diri.Tak mau menyimpan kabar ini sendiri, wanita muda itu segera mencari keberadaan suaminya. Bahkan, dia melupakan untuk memberi tahu dokter lebih dulu. Begitu keluar dari ruangan, baru saja Nisa berjalan beberapa langkah, di ujung lorong suaminya tengah berjalan ke arahnya. Nisa segera berlari untuk mendekat."Kang, Kang Abdi …," ucap Nisa dengan napas tersengal-sengal."Ada apa? Kenapa dengan Abdi?" Pak Darmono bertanya dengan panik."Kang Abdi sudah sadar," jawab Nisa seraya tersenyum lebar.Pak Darmono tertegun untuk beberapa saat. Bersamaan dengan

Bab terbaru

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   260. Ekstra part

    "Ma, Kevin gak bersalah, Ma. Wanita itu memfitnah Kevin. Kevin gak tahu apa-apa soal Dion dan Kevin gak kenal wanita itu!" Kevin terus merengek pada mamanya dari balik jeruji besi. "Mama justru bingung sama kamu. Kalau kamu gak kenal, kenapa wanita bernama Elsa itu punya semua buktinya? Dia sampai punya struk pembayaran hotel, villa, bukti chat ponsel, bukti transfer, dan rekaman suara kamu berencana mencelakai lelaki bernama Dion. Mama gak bisa bantu kamu, Kevin. Mama harap kamu bertaubat! Pantas Tuhan tidak ijinkan Mama berbesan dengan Bu Rana, ternyata emang anak Mama yang gak pantas bersanding dengan putri mereka.""Mama, semua itu fitnah! Mama harus percaya Kevin." Namun yang dilakukan wanita adalah segera beranjak dari penjara. Tujuannya hari ini adalah pergi ke rumah orang tua Elsa. Ya, ia harus mendengar cerita tentang Elsa dan juga Kevin.Bu Dian terheran-heran melihat kedatangan seorang wanita yang tidak ie kenal."Ibu siapa ya?" tanya Bu Dian yang saat ini sedang menimang

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   259. Pengantin dan Keputusan

    Dewasa(21+) Romi dan Mutia sudah tiba di Bali. Tiket honeymoon pemberian Elsa tentu saja saja tidak akan dilewatkan oleh keduanya. Ya, Elsa-lah yang memberikan Romi tiket bulan madu sebagai hadiah pernikahan kedua suaminya. Sampai kapan pun Elsa merasa tidak akan bisa membalas semua kebaikan dan juga ketulusan suaminya. Pemuda yang menjadi tersangka atas skandal yang ia susun bersama kekasihnya Kevin. Sebuah foto dikirimkan Mutia pada Elsa sebagai informasi bahwa mereka sudah sampai di kamar pengantin yang dipesan oleh Elsa. Selamat berbulan madu. Itulah pesan yang dibalas oleh Elsa. Mutia memperlihatkan balasan pesan pada suaminya. “Aa yakin kalau Mbak Elsa baik-baik saja? kenapa diterima hadiah bulan madu seminggu ini. Mahal banget loh,. Padahal papa juga mau kasih tiket bulan madu, tapi udah keduluan Mbak Elsa,” kata Mutia tisak enak hati. Romi tersenyum hangat, lalu menarik Mutia dalam pelukannya. “Ing

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   258. Senangnya Dalam Hati, Punya Dua Istri

    “Kamu ini, Pa, gak dapat ibunya, tetap saja terobsesi dengan keluarganya. Anak sendiri masih muda, cantik kaya, malah dapatnya suami orang. Nambah anaknya pula.” Rana terus menggerutu di kursi orang tua pengantin. Wanita itu masih tidak ikhlas jika putrinya menikah dengan Romi; anak dari wanita yang dahulunya digilai suaminya. Ditambah posisi Romi saat ini masih istri dari Elsa yang baru tiga puluh dua hari yang lalu melahirkan, tentu saja pernikahan yang seperti terburu-buru ini mengundang banyak gosip di luaran sana. “Ma, anaknya saling suka, kok. Kenapa kita harus gak setuju? Romi itu anak baik. Solatnya rajin dan juga pintar. Dia belum lulus aja udah dapat kerjaan. Pernikahannya dengan Elsa itu kecelakaan, bukan seperti pernikahan lainnya. Mama gak perlu khawatir, anak perempuan kita pasti senang dan bahagia bisa menikah dengan pujaan hatinya.” Levi tersenyum pada para tamu undangan yang sedang berjalan ke arahnya untuk bersalaman. Di seberang kursi orang tua ada L

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   257. Mendadak Mulas

    "Selamat Pak Romi, bayinya lelaki dan lahir dengan selamat, meskipun baru delapan bulan di dalam perut.""Alhamdulillah, apa saya bisa melihat istri saya, Dok? Istri saya beneran gak papa?""Nggak papa, Pak, semuanya sehat selamat. Lagi disiapkan dulu untuk pindah kamar ya. Bayinya juga dibersihkan dulu, baru nanti bisa diazankan.""Berat badannya berapa, Dok?" tanya Bu Diana menyela."Beratnya tiga kilogram lebih dua ons. Panjangnya empat puluh sembilan. Normal semua dan tampan." Romi tersenyum senang sambil menoleh pada mertuanya. "Alhamdulillah, terima kasih banyak, Dok." Semua orang yang ada di sana ikut senang dengan kabar yang diberikan dokter, termasuk Luisa dan suaminya. Meski mereka tahu yang lahir bukanlah cucu dari benih anak mereka, tetapi mereka tidak keberatan dan tetap menerima Elsa. "Selamat Romi, terima kasih sudah menjaga Elsa dengan baik. Bunda gak sangka anak lelaki Bunda bisa hebat sekali seperti ini," ucap Luisa sembari memeluk putranya. Romi terharu, hingga ad

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   256. Persiapan Pernikahan

    "Mama gak habis pikir sama kamu, Elsa. Apa maksud kamu membiarkan Romi menikahi gadis bernama Mutia? Romi itu suami kamu. Dia peduli sama kamu, Elsa. Kamu hamil dan dia juga sayang sama anak kamu!" Bu Diana hampir menangis saat mengetahui kabar bahwa Romi baru saja melamar gadis bernama Mutia. "Gak adil buat Romi, Ma. Sampai saat ini saya gak tahu bagaimana saya di masa lalu. Saya juga gak ngerti hubungan saya dan Romi seperti apa. Ternyata Romi punya wanita yang ia suka, begitu juga sebaliknya. Romi terlalu baik, Ma. Gak mungkin Elsa tega mengambil Romi. Setelah anak ini lahir, Elsa akan melepas Romi. Ini sudah keputusan Elsa. Romi pun setuju. Mama gak usah khawatir, Elsa gak papa. Elsa udah anggap Romi itu adik Elsa. Benar dia sayang Elsa, tapi sebagai kakak, bukan pasangan karena Romi menyukai dan mencintai Mutia. Bulan depan mereka akan menikah, dua Minggu menjelang saya HPL, semoga saja berjalan lancar." Bu Dian memijat keningnya. Ia tidak bisa begitu saja merubah keputusan putr

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   255. Berdamai dengan Takdir

    "Mbak Elsa mau tinggal di sini?" Romi menatap Elsa tidak percaya."Iya, mau di sini saja nginep lagi. Rumah bunda kamu adem." Romi merapikan baju kemeja yang hari ini ia pakai ke kampus. Pemuda itu tidak keberatan saat istrinya membantu mengancingkan beberapa kancing kemeja bagian bawah. "Saya mau kuliah.""Iya, yang bilang kamu mau konser itu siapa? Kuliah aja. Aku mau di sini. Ini kan rumah suamiku." Elsa memegang kedua pipi Romi sambil tersenyum."Boleh? Kalau gak boleh, aku cium, nih!" pemuda itu tidak punya pilihan selain setuju. Elsa tertawa, lalu mengambil tas ransel Romi untuk dibawa ke depan."Aku tunggu di ruang makan ya." Romi menatap pintu yang tertutup kembali. Tidak ada debat di jantungnya, seperti bila ia berdekatan dengan Mutia. Murni sikapnya pada Elsa adalah bentuk perhatiannya sebagai suami. Ditambah Elsa yang sedang amnesia bersikap begitu baik, maka tidak ada alasan baginya untuk membalas sikap buruk Elsa sebelum kejadian kecelakaan itu. Gegas ia menyemprotkan p

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   254. Rumah Mertua

    "Halo, Bun, assalamualaikum." Elsa menyapa sembari mencium punggung tangan ibu mertuanya yang berkurang lebar. Luisa, hari ini ia kedatangan tamu spesial. "Wa'alaykumussalam." Luisa memperhatikan wajah putra dan juga menantunya bergantian."Kalian sudah makan?" "Sudah, Bunda, saya makan makanan di klinik tadi. Boleh duduk ya, Ma." "Oh, iya, duduk aja!" Luisa sedikit canggung. Ia tidak suka dengan Elsa, itu sudah jelas, tetapi Elsa yang malam ini datang ke rumahnya adalah Elsa yang tengah amnesia. "Mau minum apa?" Romi menurunkan ranselnya."Mau air putih saja. Apa saya boleh ambil sendiri ke dalam? Saya mau lihat-lihat rumah mertua." Elsa tersenyum lebar. Sekali lagi Luisa menatap Romi dengan penuh tanda tanya. Putranya itu hanya tersenyum tanpa berkata apapun ."Ada di sebelah kanan." Luisa menunjuk dapurnya. Elsa berjalan melewati mertuanya dengan sedikit membungkuk sopan. "Kenapa dia?" tanya Luisa tanpa suara pada Romi."Lagi bener," jawab Romi juga tanpa suara. Pemuda itu men

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   253. Istri Kedua

    "Gadis yang kemarin pacar Romi?" Elsa menaruh kembali gelas yang hampir saja menyentuh bibirnya. "Bukan, Ma, hanya dekat saja." Elsa meneruskan minum susu ibu hamil."Masih muda. Teman kampus?" Elsa mengangguk."Kayaknya suka Romi." Elsa tersenyum."Iya, kelihatan kok. Kalau tidak suka, mana mungkin berani ke sini hanya ingin tahu kenapa pesannya tidak dibalas." "Lalu kamu?" Bu Dian penasaran dengan raut wajah putrinya."Biasa saja. Tidak cemburu juga. Kehidupan Romi di luar sana bukan sepenuhnya menjadi urusan Elsa. Apalagi masalah hati. Elsa kira, mungkin akan bisa terus menjadi istri Romi, tetapi karena Elsa hamil dan Romi sebenarnya punya kekasih, lebih baik kami berpisah, Ma. Elsa gak papa.""Nak, k-kamu harus tarik ucapan kamu tadi," ujar Bu Dian terkejut. Elsa menggelengkan kepala."Kami masih bisa silaturahmi seperti saudara, Ma. Mama jangan khawatir." Elsa bangun dari duduknya sambil membawa piring kue berisi brownies.Bu Dian hanya bisa menatap kasihan pada putrinya. Nasib

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   252. Siapa Mutia?

    "Jadi kalian pacaran?" tanya Elsa pada Romi dan Mutia. "Kami teman, Mbak," jawab Mutia jujur. "Lalu, ada apa ke sini? Apa kamu belum tahu bahwa Romi sudah menikah?" tanya Elsa tanpa memutus pandangannya terhadap Mutia."Sudah tahu, hanya A Romi udah gak ke kampus dua hari. Saya kira sakit. Wa saya gak dibalas, hanya dibaca saja." Elsa tersenyum pada suaminya. "Karena dia sedang menjaga saya. Jangan sungkan, kalian bicara saja, saya gak mau ganggu. Saya mau istirahat.""Biar saya bantu, Mbak," ujar Romi sudah berdiri untuk memapah Elsa."Aku belum jompo." Elsa mencebik, lalu berjalan masuk ke kamar.Kini, Romi dan Mutia ada di taman belakang. Mutia canggung berduaan saja dengan Romi di rumah mertua lelaki itu."Jadi, apa yang membawa kamu sampai di sini? Kamu nekat sekali," kata Romi sambil menggaruk rambutnya yang tidak terlalu gatal. "Mutia hanya ingin tahu kabar A Romi. Karena pesan Mutia gak dibalas.""Aku gak papa, Mutia. Terima kasih atas perhatian kamu. Sekarang aku masih su

DMCA.com Protection Status