Sejak kejadian itu, Embun kerap kali datang ke ruangan Gio. Entah apa maksud pria itu, tapi yang Embun tangkap, Gio selalu bersikap manis padanya ketika ada wanita yang datang ke ruangannya.
Sebenarnya Embun ingin sekali bertanya, tapi ketika dia ingin membuka mulut, suaranya tiba-tiba saja tercekat, hal itu karena wajah Gio yang menurutnya begitu sangar.Seperti sekarang contohnya, saat ini wanita itu sudah berada di ruangan bosnya, dia tidak sendiri, di ruangan itu ada seorang wanita cantik yang Embun tidak tahu siapa namanya.'Sebenarnya Pak Gio manggil aku ke sini terus, tujuannya buat apa sih, terus kenapa banyak banget wanita-wanita datang ke sini, apa mereka itu pacar-pacar Pak Gio? Kalau memang iya, wah parah banget tuh dia,' gerutu Embun dalam hati."Kamu siapanya Gio? Kenapa kamu ada di ruangan Gio?"Embun menatap wanita itu sambil tersenyum kikuk. Sepertinya wanita itu kesulitan untuk menjawab."Oh, saya--""Oh, aku tahu kalau kamu itu office girl. Terus kenapa kamu nggak kerja? Malah duduk santai di situ, kamu nggak takut kalau bos kamu ngelihat?" tanya wanita itu galak."I-iya, ini saya juga mau kerja, Mbak," kata Embun, wajahnya mendadak pias ketika mendengar nama Gio disebut-sebut."Ehem-ehem!"Embun dan wanita itu langsung menoleh ke arah sumber suara. Embun langsung cepat-cepat menundukkan kepalanya ketika melihat Gio tengah berdiri di ambang pintu."Akhirnya kamu datang juga, Gio." Suara wanita itu yang tadinya galak berubah menjadi lembut.Wanita itu langsung menghampiri Gio, ketika ingin memegang tangan Gio, Gio segera pergi dari wanita itu. Pria itu menatap Embun cukup lama.Wanita itu tampak kesal karena Gio selalu melihat ke arah Embun, tiba-tiba saja dia tersenyum licik."Gio, kamu tahu nggak, office girl ini tadi bertindak kurang ajar. Bukannya kerja dia malah duduk santai di sofa itu," adu wanita itu dengan suara manjanya.Kali ini Gio menatap wanita itu, membuat wanita itu salah tingkah."Siapa kau?""Oh ya, perkenalkan namaku Siska," kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya ke arah Gio.Bukannya membalas uluran tangan tersebut, Gio malah duduk di kursi kebesarannya."Biar aku tebak, pasti kamu disuruh mamaku untuk datang ke sini."Wanita itu diam saja, membuat dugaan Gio semakin kuat."Asal kamu tahu, bukan hanya kamu saja yang sudah datang ke sini, dalam seminggu ini mungkin sudah ada puluhan wanita, dan lagi-lagi mamaku yang menyuruhnya. Apa kamu pikir kali ini aku akan luluh? Kamu lihat siapa wanita yang sedang berdiri di sampingku?"Wanita yang bernama Siska itu menoleh ke arah Embun, tatapannya begitu sinis.'Pasti dia juga lagi mau ngerayu Gio,' batin wanita itu, tampak kesal."Dia office girl, pasti dia udah goda kamu, kan?" tanya wanita itu sinis.Gio menggeleng. "Kamu salah kalau menganggap dia seperti itu. Oke, baiklah, aku tidak suka berbasa-basi, perkenalkan nama dia Embun. Dia adalah kekasihku."Mata Embun membelalak. Jelas saja dia terkejut dengan penuturan Gio.'Apa? Kekasih katanya? Kenapa dia jadi halu gini sih. Hei, Mbak! Jangan percaya sama dia, kalau cuma berdua aja, dia itu nyeremin banget.'"Oh ya satu lagi, dia sama sekali tidak seperti yang kamu kira. Dia berbeda dari wanita lain. Jika wanita lain berusaha keras menggodaku, dia tidak, itulah yang membuatku tertarik dengannya," jelas pria itu lagi."Oh, Ya Tuhan. Kamu jatuh cinta dengan orang rendahan seperti dia?" tanya Siska tak percaya.Embun mengepalkan tangannya, seandainya saja Gio tidak ada, pastinya dia akan memberikan omelan pada wanita itu."Sayang, kamu tidak marah dengan ucapannya barusan? Dia baru aja menghina kamu loh," tanya Gio.Percayalah, jika wanita lain diperlakukan seperti itu, pastinya akan meleleh, pasti mereka akan berpikir jika sikap Gio benar-benar sungguhan. Sayangnya pemikiran Embun tidak seperti itu, yang ada wanita itu malah bergidik ngeri.Embun terkejut ketika ditarik paksa oleh Gio, kini wanita itu sudah berada dipangkuan Gio. Wanita itu meringis ketika Gio mencubit pinggangnya."Kamu tidak marah?" tanya pria itu dengan suara lembut.'Haduh, bos kampret! ucapan sama tindakan kenapa jauh banget bedanya,' keluh wanita itu dalam hati."Jelas aja marah," cicit Embun."Tuh, kamu dengar sendiri, kan? Kekasihku tidak suka kamu berbicara seperti itu. Sebaiknya kamu pergi saja dari sini, aku tidak suka melihat wajah sedihnya," usir Gio."Tapi--""Kamu nggak tuli, kan?"Siska mengepalkan tangannya, tanpa berkata-kata wanita itu langsung pergi dari ruangan Gio.Embun yang melihat pintu sudah tertutup, dia langsung bergegas berdiri sebelum Gio mendorong tubuhnya seperti kemarin."Aku nggak suka dengan wanita yang sedang ditindas tapi diam aja," ujar pria itu dingin."Bapak bicara dengan saya?"Gio mendelik tajam. "Menurut kamu? Udah sana keluar!" usir pria itu.Embun memutar bola matanya malas, selalu saja seperti ini. Dia dibutuhkan ketika ada perlu, kemudian dibuang ketika sudah tidak penting."Maaf sebelumnya ya, Pak. Saya mau bertanya boleh?" tanya wanita itu takut-takut."Nggak boleh!"'Waduh, langsung dikasih ulti dong,' keluh wanita itu dalam hati."Saya mau tanya kenapa Bapak selalu panggil saya ke sini ketika ada seorang wanita masuk ke ruangan Anda?"'Halah, bodo amat. Mau nggak diizinkan bertanya tapi memang aku harus menanyakannya. Dia dapat untung, harusnya aku juga dapat dong.'Gio tak menjawab pertanyaan Embun, pria itu malah sibuk berkutat dengan komputernya.Sudah lama Embun menunggu jawaban dari Gio, tapi tetap saja Gio tidak mau membuka suara.'Yaelah, malah dikacangin. Mana kaki pegal karena kelamaan berdiri.' Lagi-lagi Embun mengeluh."Pak?" panggil Embun."Kamu tidak dengar? Dari tadi aku sudah menyuruhmu untuk pergi, kenapa masih jadi patung di situ?" tanya pria itu sinis."Tapi, Pak. Tadi saya bertanya pada Anda loh, kenapa tidak dijawab?""Loh, bukannya udah kubilang kalau nggak boleh bertanya? Memang pertanyaan kamu itu penting?"Embun mengangguk dengan cepat. "Iya, Pak. Ini sangat penting.""Lebih penting mana, pertanyaanmu atau meeting dengan klien?"Sial! Embun langsung terdiam. Menurutnya pertanyaan Gio begitu menohoknya."Sekarang kamu boleh keluar.""Tapi--""Masih ingin bertanya masalah tidak penting?"Embun menghela napas panjang, dia menggeleng dengan cepat."Nggak, Pak. Kalau begitu saya permisi."Baru saja Embun membuka pintu, tiba-tiba saja dia dikejutkan seorang wanita paruh baya.Wanita paruh baya itu menatap Embun dari atas sampai bawah, hal itu jelas saja membuat Embun merasa tak nyaman. Karena tak ingin berlama-lama lagi di tempat itu, akhirnya Embun memutuskan untuk langsung pergi saja tanpa menyapa wanita itu. Menurut Embun, dari tatapannya saja sudah memperlihatkan kalau wanita itu tidak suka padanya."Untuk apa Mama datang ke sini?" tanya Gio to the poin."Mama benar-benar kecewa sama kamu. Kenapa setiap wanita yang datang ke sini, selalu kamu tolak?"Fokus Gio langsung buyar, kali ini dia menatap wanita paruh baya itu dengan kesal. Rena, itulah nama mamanya yang selalu saja membuat dirinya jengkel. Bagaimana tidak, wanita itu selalu mendesaknya untuk segera menikah."Aku sudah pernah bilang, kalau aku nggak bakalan menikah!" tandas pria itu.Rena menggeleng tak setuju. "Sebenarnya kamu ini kenapa? Kenapa menikah saja tidak mau?" tanyanya dengan kesal. "Mama sudah membawakan wanita untuk kamu, mungkin kalau semuanya dihitung ada ratusan, tapi dari satu di antara mereka kenapa tidak ada yang kamu pilih?"Gio menyugar rambutnya dengan kasar, ingin sekali dia mengumpat ataupun berkata kasar, tapi selalu dia urungkan karena menyadari yang ada di hadapannya itu bukan orang lain, melainkan mamanya sendiri."Karena aku nggak suka sama mereka, mereka semua bukan tipeku.""Lalu kamu mau me
"Tunggu dulu, Buk, ini maksudnya gimana ya? Setahu saya, saya tidak pernah dekat-dekat dengan lelaki manapun," kata Embun dengan raut wajah bingung."Jangan bohong, anakku sendiri yang bilang kalau dia menyukaimu."Embun menggaruk kepalanya, menoleh ke sana-sini, mencari jawaban apa yang tepat untuk wanita itu."Masalahnya saya nggak tahu siapa yang bicara seperti itu. Beneran deh, suer, saya tidak pernah dekat-dekat dengan pria manapun," kata Embun sungguh-sungguh.'Idih, udah kayak nggak laku aja aku ngomong kayak gitu,' cibir wanita itu dalam hati.Rena menatap Embun dari atas sampai bawah, tak lama setelah itu dia geleng-geleng kepala. Bagaimana bisa Gio menyukai gadis berpenampilan sederhana seperti itu, padahal di luar sana banyak yang lebih cantik dari Embun. Tapi herannya malah ditolak mentah-mentah oleh anaknya."Aku benar-benar nggak habis pikir kenapa anakku bisa menyukaimu, aku yakin pasti kamu berusaha untuk menggodanya, kan? Pasti kamu bermimpi untuk menikah dengan dia,
Sudah beberapa hari ini Embun tidak masuk kerja. Alasannya karena dia enggan bertemu dengan bosnya yang bernama Gio itu. Kejadian waktu itu membuat dirinya membenci pria itu.Semua rasa kagum yang pernah ia lontarkan pada pria itu, dia tarik kembali karena ternyata Gio adalah laki-laki yang begitu licik."Aduh, pengin kerja. Capek juga kalau nganggur kayak gini terus di rumah. Tapi kalau kerja, males juga ketemu sama bos yang rese itu. Ngajakin nikah, tapi caranya kayak gitu, malah jebak aku seolah-olah aku yang melamar dia. Gila nggak tuh, ya aku mana mau," gerutu wanita itu.Tok ... tok ... tok ...Embun mendengkus keras ketika ada yang mengetuk pintu rumahnya itu."Itu siapa lagi yang datang, masa iya ibu kos nagih bayar kos-kosan, perasaan bulan ini aku udah bayar deh," gerutu wanita itu seraya bangkit dari ranjangnya dan kehaluan yang sempat tadi dia pikirkan pun langsung musnah.Ketika Embun sudah membukakan pintu, matanya seketika membulat karena melihat kedatangan bosnya, Gio
"Kamu tidak ingin bertanya kita akan pergi ke mana?"Embun berdeham sejenak, sebenarnya dari tadi juga dia sangat ingin menanyakan hal itu, tapi dia sama sekali tidak memiliki keberanian. Jangankan untuk bertanya, menatap wajah pria itu saja mana mungkin Embun berani. Karena menurutnya pria itu begitu seram."Memangnya kita mau pergi ke mana, Pak?" tanya wanita itu pada akhirnya."Perlukah aku menjawab? Kamu tidak usah terlalu kepo dengan urusanku," sahut pria itu sinis.Embun memutar bola matanya malas.'Tau gitu kenapa tadi nawarin pertanyaan. Sakit sekali dengarnya, yang tadi dia bilang aku jelek aja sakitnya masih membekas, lah dia malah bikin lagi yang baru,' batin wanita itu. "Tapi, Pak. Saat ini posisinya Anda sedang membawa saya, jadi saya berhak tahu hal itu," kata wanita itu tak terima. "Yang nyupir itu aku, kamu cuma duduk anteng gitu kok banyak protes," ucap Gio sinis. Diam-diam Embun mengepalkan tangannya, jelas saja dia geregetan dengan tingkah Gio yang menurut wanita
Brak!"Astaga!" pekik Embun, wanita itu terkejut karena Rika membuka pintu ruangan itu cukup keras. "Buka pintunya bisa pelan-pelan nggak sih?" tanya wanita itu ketus.Bukannya menjawab, Rika malah berkacak pinggang, seolah tengah menantang Embun."Hebat ya jadi kamu. Udah lebih dari empat hari nggak kerja, tapi sama sekali nggak punya muka. Kamu sama sekali nggak merasa bersalah gitu? Baru aja kerja di sini, udah berani bolos banyak. Awas aja, aku bakal kasih tahu kamu sama bos, biar kamu dipecat sama dia," ancam wanita itu.Embun mengedikkan bahunya acuh. "Kasih tahu aja, siapa takut," jawabnya cuek."Oh, jadi kamu nantangin aku? Nggak takut kalau aku kasih tahu beneran? Baiklah, aku akan memberitahukan hal ini pada bos ,biar tahu rasa kamu. Suruh siapa belagu banget jadi orang," ujar Rika seraya berkacak pinggang."Ya sana kalau berani. Nih, aku kasih tahu kamu satu rahasia besar ya, tapi jangan bilang sama siapa-siapa. Sebenarnya aku ini ada hubungan khusus sama bos," bisik Embun
Tok ... tok ... tok ...Gio membanting pulpen yang ada ditangannya itu dengan kasar. Sudah dia bilang, kan, kalau dia sedang bekerja, dia sama sekali tidak suka diganggu.Lantas kenapa sedari tadi selalu saja ada yang mengganggunya?"Masuk!" kata pria itu dengan suara nyaring.Tak lama setelah Gio mengatakan hal itu, pintu ruangannya itu langsung terbuka dengan lebar."Ini dia, Pak, orangnya, yang tadi ngaku-ngaku kalau dia mempunyai hubungan khusus dengan Anda," adu Rika seraya menarik tangan Embun agar segera mendekat ke arah pria itu."Rika! Kamu ini apaan sih, bisa nggak sih jangan rese jadi orang," kata Embun tak terima."Loh, kenapa? Bukannya tadi kamu sendiri yang bilang seperti itu? Kamu juga tadi sempat nantangin aku, kan? Giliran udah aku aduin kenapa kamu jadi ketakutan seperti itu?" tanya Rika dengan senyum remeh."Kekanak-kanakan tahu nggak?""Bodo amat, yang penting kamu udah aku aduin, suruh siapa nantangin aku. Tahu sendiri, kan, akibatnya."Gio yang mendengar perdebat
"Kenapa wajahmu nggak enak dipandang seperti itu?" tanya teman Embun yang bernama Mimi. Embun mendengkus keras. "Lagi bete. Bete banget. Siapa yang nggak kesal coba kalau aku dibilang jelek terus. Memang nyebelin tuh orang, pantas aja sampai sekarang belum nikah-nikah, kalau ngomong aja nggak pake perasaan," celetuk wanita itu. "Kamu dibilang jelek? Sama siapa?" tanya Mimi, tampak begitu penasaran. "Adalah pokoknya, terlalu bagus kalau aku sebut namanya." "Cewek atau cowok?" "Cowok, tapi kalau ngomong itu ngelebihin kayak cewek. Suka nyelekit." Mulut Mimi menganga lebar. "Cowok? Jarang-jarang loh ada cowok yang bilang wanita itu jelek, kebanyakan dari mereka itu kan suka lebay, suka goda-goda cewek, apalagi kalau ada maunya, rayuan mautnya pasti langsung keluar." Embun mengedikkan bahu. "Iya, menurutku memang cuma dia yang kayak gitu. Cowok langka, nyebelin juga sih," timpal wanita itu. "Aku jadi penasaran, siapa sih orangnya, atau jangan-jangan gebetan kamu ya? Cowok yang kam
Semenjak Embun memergoki Gio yang saat itu tengah bersama seorang wanita, hidup Embun sudah tidak bisa dikatakan tentram lagi.Gio selalu bilang ke orang-orang kalau Embun dan pria itu akan menikah. Sungguh konyol bukan? Padahal sampai saat ini Embun sendiri belum menyetujui permintaan pria itu.Namun dasarnya Gio itu pria yang begitu licik, ada saja yang membuat Embun tidak bisa berkutik sedikitpun olehnya.Video yang waktu itu Embun disuruh memperagakan permainan Gio bagaimana caranya melamar seseorang akhirnya tersebar juga.Malu? Jangan ditanya lagi, itu sudah sangat jelas. Orang-orang mengira jika Embun lah yang mengejar-ngejar Gio, melamar pria itu dengan tidak tahu malunya. Padahal itu sama sekali tidak benar.Seandainya saja waktu itu Embun tidak pernah menolak ajakan Gio untuk mempersiapkan pernikahan mereka, pasti kejadiannya tidak seperti ini.Embun tidak pernah melakukan kesalahan, tapi kenapa dirinya yang selalu kena imbasnya.Akibat tersebarnya video itu, Embun tak bera