Reva Queen Arabella adalah gadis remaja biasa yang baru saja lulus SMA namun disaat remaja seusianya sibuk meraih cita-citanya, ia malah terpaksa menikah muda, menggantikan kakak perempuannya yang kabur di hari pernikahan bersama sang kekasih. Bagai mimpi buruk akhirnya ia terpaksa menikah dengan seorang CEO di sebuah perusahaan manufaktur ternama yang terkenal dengan sifat cuek dan galaknya. Mereka sama-sama tidak mencintai pada awalnya dan di sanalah ide perjanjian pernikahan selama satu tahun dicetuskan oleh Zidan Adnan Fernando, suami Reva dengan persetujuan kedua belah pihak. Bagaimana nasib pernikahan Zidan dan Reva? Apakah pernikahan itu hanya bertahan 1 tahun seperti yang tertulis di perjanjian? atau mereka akan saling jatuh cinta dan membuat perjanjian itu tidak berlaku lagi?
View More10 bulan kemudianWaktu berlalu begitu cepat, tidak terasa sudah hampir di penghujung tahun lagi.“Oaakk oeeekkk.”Zivana Quincy Fernando, bayi yang baru berumur 3 bulan itu menangis saat dimandikan sang Ibu. Zivana adalah putri tunggal Reva dan Zidan yang baru saja lahir 3 bulan yang lalu. Nama Ziva diambil dari gabungan nama Zidan dan Reva.“Cup cup cup, iya iya sabar ya nak. Sebentar lagi selesai mandi, dingin ya?” ucap Reva seraya membasuh badan si buah hati dengan lembut.“Sayang, ini handuknya,” Zidan datang memberikan handuk bayi sesuai permintaan istrinya.“Makasih Mas.”Setelah memandikan Ziva, Reva membawa anaknya yang sudah dibalut dengan handuk ke kamar, Ziva mulai anteng.“Anak siapa ini? lucu bangett sihh.” Reva berbicara dengan nada imut, ia bahkan memasang wajah lucu di depan anaknya sampai membuat anaknya tertawa, menampilkan gusinya yang belum tumbuh gigi. “Eh, malah ketawain mama,” Reva mencuil pelan badan Ziva sambil tersenyum manis.“Sayang kalau kamu mau
Prok prok prok!Zaki menepuk tangannya sambil berjalan ke arah orang yang baru saja tiba, membuat Zidan ikut mengalihkan pandangan.“Aku tidak menyangka kamu akan datang, Kakak ipar,” celetuknya seraya menyunggingkan smirk.Zidan ingin bersuara, namun mulutnya di lakban. Ia hanya bisa menatap mamanya dengan mata berkaca-kaca.“Aku ingin bicara dengan anakku.”“Silakan,” Zaki mempersilakan Eva menemui Zidan. Dia tidak menghalangi. Eva menatap Zaki dengan mata menyipit tajam sebelum melangkahkan kakinya mendekati anaknya. Seorang penjaga membuka lakban yang menutupi mulut Zidan.“Hah, mas Zidan,” gumam Reva di luar. Ia menutup mulutnya kaget. Ia dan Arka sedang mengintip dari luar. Mata Arka membulat, ia sama kagetnya. Reva berbalik menghadap Arka. “Kak, bagaimana ini? Bagaimana cara kita membebaskan Mas Zidan? Apa kita lapor polisi aja?”Arka diam beberapa saat, mencoba untuk berpikir. “Sepertinya begitu. Kita harus panggil polisi, tapi kita enggak boleh gegabah kalau tidak in
“Hilang gimana maksud kamu, Rev?” tanya Risa.“Mas Zidan udah dari semalam enggak pulang. Aku bingung banget mau cari ke mana makanya aku ke sini buat minta bantuan.”Risa pindah posisi ke sebelah adiknya, mengusap pundak adiknya, ia tahu Reva sedang panik. “Kamu tenang dulu ya,” Reva menelan ludahnya, matanya mulai berkaca-kaca.“Hm, tapi Zidan belum menghubungi aku sih. Terakhir dia menghubungiku kemarin pagi.”“Ya Allah,” Reva menutup wajahnya, merasa pusing sedangkan Risa sontak memberikan death glare pada Arka. Risa berpikir omongan Arka barusan malah membuat Reva makin stres.“Kamu tenang dulu ya, jangan stres. Ingat janin dalam kandunganmu. Kalau kamu stres, janin dalam kandunganmu bisa ikut stres.”“Terus aku harus gimana Kak? Aku enggak bisa berdiam diri aja. Kalau Mas Zidan kenapa-napa gimana?”“Bagaimana kalau kita lapor polisi aja?” usul Risa seraya melirik ke Arka.“Kalau belum 24 jam, belum bisa. Jadi harus nunggu 24 jam dulu. Paling enggak besok pagi baru bisa l
Sementara itu Reva di rumah belum tidur. Ia bolak-balik ke depan pintu, menunggu suaminya yang tak kunjung pulang. Sesekali ia menatap ke jam dinding yang terus bergerak. “Mas Zidan kok belum pulang ya? enggak ngabarin juga kalau mau lembur.”Ia mengigit kuku jarinya, hatinya gelisah. Baru saja duduk, ia kembali berdiri. Ia tidak bisa santai-santai saja. Beberapa kali sudah ia mencoba menghubungi suaminya itu namun hasilnya nihil, panggilannya tak terjawab.“Aku harus hubungi siapa sekarang? Apa aku harus hubungi Mama Eva? Tapi nanti mama Eva khawatir.” Reva bermonolog.Kembali ke tempat Zidan disekap. Kepala Zidan masih ditutup. Ia masih sadar dan bernapas. Samar-samar ia mendengar suara langkah kaki mendekat sampai kain yang menutupi kepalanya diangkat. Ia melebarkan matanya ketika mengetahui orang yang tengah berdiri di hadapannya.“Om Zaki.”Zaki menyunggingkan senyum yang terlihat misterius. “Apa kamu kaget, Zidan? Tapi, tenang aku akan menjelaskan semuanya nanti. Untuk seme
2 hari kemudian, Zidan dan Reva sudah kembali dari liburannya. Zidan kembali bekerja dan Reva kembali ke rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga.Zidan baru saja tiba di perusahaan, ia kebetulan bertemu dengan Zaki di lobi perusahaan. “Pagi Zidan!”“Pagi Om!”“Bagaimana kabarmu dan istri? Om dengar kamu habis dari liburan?”“Aku dan istri baik. Ya, aku baru pulang dari Labuan Bajo kemarin sore, Om.”“Wah pantas saja mukamu berseri-seri sekali.” Zidan menyunggingkan senyum kecil. “Hm, gimana kalau kita ngobrol sebentar di sana? Enggak enak ngobrol kayak gini.” Zaki menawarkan untuk mengobrol di kursi tunggu yang tersedia di lobi.“Boleh.” Zaki menjulurkan tangannya, mempersilakan Zidan untuk jalan duluan. Zidan mengikuti saja, tidak mau basa-basi.Mereka duduk di sebuah sofa. Zaki sesekali memandang ke sekitar. “Bagaimana liburannya Zidan? Kamu ke mana aja selama di sana? Om kamu ini ‘kan juga pengen dengar cerita liburanmu.” Zaki bersikap seolah-olah mereka dekat.“Biasalah
Mereka tiba di penginapan menjelang malam hari. Mereka sengaja pulang setelah makan malam agar bisa langsung istirahat.Reva langsung mengambil kesempatan untuk mandi duluan ketika melihat Zidan sedang duduk di depan tv.Setelah 20 menit, Reva keluar dengan wajah lebih fresh, rambutnya masih basah. Ia mengenakan kemeja putih oversize dengan bawahan celana pendek selutut warna hitam.“Mas, kamu mau mandi enggak? Aku udah selesai.”Zidan menoleh, seketika matanya terkunci pada penampilan istrinya yang terlihat fresh dan seksi. Bulir-bulir air dari rambutnya yang basah mengalir hingga ke lehernya, wajahnya putih bersih, bibirnya merah. Kaki jenjangnya yang mulus terekspos sempurna. Penampakan yang sangat indah di mata Zidan.“Ih, kenapa lihatin aku gitu banget sih Mas.” Reva reflek menutup dada dan pahanya. Ia takut sama suaminya sendiri pasalnya Zidan menatapnya liar, tanpa berkedip.Zidan berdiri, bergerak mendekati istrinya tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Mau tak mau Reva me
2 Minggu kemudian Tak terasa tahun telah berganti. Awal tahun adalah awal yang baik untuk memulai kembali apa yang sudah dilakukan di tahun sebelumnya dan berusaha untuk lebih baik lagi dari sebelumnya dalam hal apapun.Terhitung sudah 8 bulan pernikahan Zidan dan Reva berjalan, masih terbilang seumur jagung memang namun berbagai macam rintangan yang datang sudah mereka lewati dan mereka bertekad untuk selalu berpegang tangan bersama melewati segala rintangan yang mungkin akan datang di masa depan. Dari akhir tahun menjelang awal tahun biasanya orang ramai berbondong-bondong menghabiskan waktu untuk liburan sebelum kembali ke rutinitas. Tak terkecuali dengan Zidan dan Reva yang baru mau pergi berlibur ke luar kota pada awal tahun ini, cukup terlambat memang tapi tidak apa-apa. Mereka berencana akan menghabiskan waktu liburan di luar kota selama 3-4 harian saja karena Zidan juga tidak mungkin mengambil libur panjang.“Mas, apa semuanya sudah siap?” Reva datang dari belakang, memp
Zidan akhirnya berhasil membawa istrinya pulang. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia dan syukurnya. Saat tiba di rumah, ia langsung menggendong istrinya bridal style, berputar-putar seperti drama india.“Aduh duh Mas. Kamu bersemangat banget, aku jadi pusing nih," celetuk Reva seraya menyentuh kepalanya, pura-pura merasa pusing.“Ups! maaf enggak sengaja.” Zidan malah nyengir sementara Reva menggelengkan kepalanya seraya mengerucutkan bibir. Zidan membawa istrinya masuk, mendudukkannya pelan ke sofa empuk lalu berlutut, memegang tangan istrinya. “Aku minta maaf ya. Aku enggak tahu apa kata maaf ini cukup tapi aku janji akan selalu percaya sama kamu.”Reva menyunggingkan senyum kecil, sebelah tangannya diletakkannya di atas tangan Zevano. “Aku maafin. Tapi mulai sekarang kamu harus janji kalau kita harus selalu saling percaya satu sama lain. Janji?” Reva mengangkat jari kelingkingnya.“Harus begitu?”“Iya, Mas. Kamu enggak mau janji sama aku?” Reva merengek seperti anak keci
Zidan kembali bersama orangtua Rian ke tempat di mana Rian ditawan. Ia akan lakukan apapun agar Rian buka suara, mengakui semua kesalahannya.“Rian, astaga! ke mana saja kamu selama ini nak? apa kamu enggak kasihan sama Mama, Papa?!” wanita paruh baya yang memakai hijab segi empat itu lari menghampiri anaknya, menangkup wajah anaknya dengan berlinang air mata. Rian hanya diam, menunduk, tidak berani menatap mata mamanya. Ia merasa sangat bersalah pada mamanya.“Jawab Mama, Rian hiks. Ka-kamu udah enggak sayang sama Mama, huh? Kenapa kamu enggak pernah pulang ke rumah?” Riska, mamanya Rian terisak. Ia ngomong terbata-bata, bibirnya bergetar.Walaupun Rian anak yang nakal namun jauh di dalam lubuk hatinya, ia menyayangi orangtuanya terutama Mamanya. Kristal bening lolos dari pelupuk matanya, hati kerasnya tergoyah ketika mendengar isakan pilu mamanya. “Maafkan aku Ma, hiks.” Rian ikut terisak, merutuki diri dalam-dalam.Riska menarik Rian dalam pelukannya, mengusap kepala anaknya lemb
“Reva! Reva, bangun nak!” seru wanita paruh baya di pagi-pagi buta, membangunkan anak bungsunya yang baru saja lulus SMA.“Emmm ... masih ngantuk Ma, aku ‘kan juga masih libur,” ucap Reva, gadis bertubuh pendek mungil itu dengan suara serak bahkan matanya masih terpejam.“Bangun nak! cepat siap-siap sekarang, hari ini kamu nikah!” Mata Reva seketika terbuka, langsung duduk, menatap mamanya dengan mata melotot. “Apa Ma? nikah? Mama jangan bercanda dong. Bukannya hari ini Kak Risa yang nikah?” “Kakakmu enggak ada, dia kabur dari rumah., Mama enggak tahu lagi harus gimana, Mama pusing. Hari ini pernikahannya tapi dia malah kabur enggak tahu ke mana,” ungkap Dina, Mama Reva seraya mengusap dahinya yang terasa berdenyut.“Hah, Kak Risa kabur? kok bisa?” kepala Reva tiba-tiba berdenyut, terlalu banyak kabar mengejutkan pagi ini, bahkan ini baru beberapa jam setelah hari berganti. “Udah, kamu jangan banyak tanya dulu ya. Sekarang, kamu mandi terus siap-siap.” Mama Reva menarik tangan anakn...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments