Membicarakan rahasia? Tiffany menggeleng dan berseru, "Kami bukan membicarakan rahasia! Aku hanya menyemangatinya agar dia tetap percaya diri!"Bagaimanapun, Garry adalah orang pintar yang langka dari desa mereka. Seharusnya dia tidak begitu terpuruk.Sean memainkan rambut Tiffany seraya bertanya, "Kamu berharap dia percaya diri dalam hal apa?"Tiffany melirik gerakan tangan Sean yang santai saat memainkan rambutnya. Dia berpikir sejenak, lalu berbaring di kaki Sean. Dengan begitu, Sean lebih mudah menyentuh rambutnya.Sean tidak bisa melihat. Jadi, sudah seharusnya Tiffany memikirkan perasaan Sean. Tindakan Tiffany yang berani membuat sikap Sean melunak. Nada bicara Sean juga tidak terlalu dingin lagi saat bertanya, "Apa yang kamu bilang padanya?"Saat teringat ucapannya kepada Garry tadi, wajah Tiffany memerah. Dia menyahut, "Aku bilang ... meskipun nggak bisa menandingi suamiku, dia tetap hebat."Kekesalan Sean menghilang ketika melihat tatapan Tiffany yang polos. Sean lanjut memain
Tiffany langsung tersipu malu. Dia mengerucutkan bibirnya dan bergumam, "Dia itu suamiku. Kalau nggak memanggilnya begitu, aku harus panggil dia apa ....""Lagi pula, kami suami istri. Nggak salah kalau aku menyukainya ...," tambah Tiffany dengan suara yang makin kecil.Julie tidak mendengar kalimat terakhirnya. Sebab, waktu dia menoleh ke Tiffany, nampan di tangannya tanpa sengaja membentur seseorang.Julie meminta maaf, tetapi gadis di depannya diam saja. Begitu mendongak, dia baru menyadari bahwa orang yang ditabraknya adalah Leslie.Leslie adalah gadis yang pernah menghina Tiffany sebagai wanita simpanan di gerbang kampus dan berakhir ditampar ayahnya sendiri. Bagian depan gaun mahal yang dikenakan Leslie hari ini sudah dinodai sup dari nampan Julie.Julie menaruh nampannya, lalu mengambil tisu untuk mengelap gaun Leslie. Namun, Leslie langsung mencibir dan menampar Julie. Plak! Suara tamparan yang kuat bergema di seluruh kantin.Tiffany yang sedang membuang sisa makanannya refleks
Tiffany memicingkan mata dan mengepalkan kedua tangannya erat-erat.Julie berkata dengan kesal, "Leslie, akulah yang menabrakmu. Kenapa malah Tiffany yang jadi sasaranmu?""Suka-suka aku, dong. Siapa yang butuh alasan?" balas Leslie.Mata Leslie berkilat dingin. Dia melanjutkan, "Lagi pula, aku belum buat perhitungan sama Tiffany untuk kejadian hari itu!"Tiffany mengatupkan bibirnya. Dialah yang jadi korban dari kejadian tempo hari. Leslie mengunggah gosip tentangnya di forum dan sengaja mengajaknya ribut. Sekarang Leslie masih bilang mau buat perhitungan dengannya?"Leslie, aku nggak ingin bertengkar denganmu. Kita selesaikan masalah ini baik-baik," ucap Tiffany sambil menahan kesal.Julie langsung menarik Tiffany pergi dan berkata, "Dia sudah menamparku, apa lagi yang perlu diselesaikan? Kami sudah impas! Kamu malah berniat mengganti gaunnya. Bisa-bisa dia minta jumlah fantastis ....""Mau ke mana kalian?"Leslie dan teman-temannya mengadang jalan Tiffany dan Julie."Tiffany, bukann
"Hanya saja, orang yang dipukulnya menelepon polisi. Jadi, kamu harus pergi menjemputnya di kantor polisi," ucap Sean lagi.Charles memutar bola matanya dan berkata, "Kenapa aku yang harus pergi?""Aku seorang difabel, nggak leluasa ke sana. Lagi pula, sebentar lagi orang dari kantor di Elupa akan mengirimkanku laporan tahunan. Aku nggak sempat pergi," sahut Sean dengan tenang.Laporan tahunan? Tangan Charles yang menggenggam ponsel sedikit membeku. Dia menunduk dan refleks melirik kalender. Benar saja, waktu untuk meninjau laporan tahunan sudah tiba lagi."Oke, aku pergi," ucap Charles sambil menghela napas.Lagi pula, Charles hanya diminta menjemput Tiffany. Selain mewawancarai dokter di lantai bawah, dia juga sudah tidak ada pekerjaan hari ini.Setelah telepon ditutup, Charles kembali ke klinik dan melanjutkan wawancara sebentar dengan Garry. Setelah menetapkan tugas dan gajinya, dia mempersilakan Garry pergi.Pukul 2 siang, Charles mengemudi ke kantor polisi. Saat orang-orang di ka
Tiffany menolak untuk meminta maaf pada Leslie. Charles berusaha membujuk Tiffany. Akhirnya, Tiffany setuju untuk mengunjungi Leslie. Mengenai minta maaf, Charlie yang akan menyampaikannya.Charles menarik lengan baju Tiffany saat baru tiba di depan pintu kantor tempat Leslie dikurung. Terdengar suara teriakan heboh wanita paruh baya dari dalam. Katanya, "Astaga! Leslie, wajahmu!""Biar Ibu lihat. Kamu digigit orang? Siapa orang nggak tahu diri yang berani memukulmu sampai seperti ini?" tanya ibu Leslie.Leslie menangis di dalam pelukan ibunya sembari menyahut, "Ibu ... Ibu harus balas dendam untukku ...."Terakhir kali, Leslie diberi pelajaran oleh Taufik saat mengejek Tiffany. Jadi, kali ini Leslie tidak berani memberi tahu ayahnya bahwa dirinya terluka. Dia hanya bisa meminta ibunya, Revina, untuk kemari.Charles berdiri di depan pintu. Kepalanya berdenyut. Pada situasi ini, meskipun dia membawa Tiffany untuk minta maaf, tidak ada yang akan terselesaikan. Namun, polisi tidak akan m
Charles mengembuskan napas saat melihat wajah Leslie yang babak belur.Tiffany terlihat sangat polos, imut, dan tidak berbahaya. Namun, dia justru sangat kejam saat bertindak. Charles merasa dirinya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Tiffany."Kamu kemari untuk menjamin Tiffany?" tanya Leslie.Ketika Charles mendesah, Leslie bertanya lagi, "Memangnya apa hubunganmu dengan Tiffany sampai kamu mau jadi penjaminnya?"Leslie memandang Charles sambil mendengus dingin, seolah-olah menyadari hal yang mengejutkan. Dia melanjutkan, "Bukannya Tiffany sudah punya suami? Kenapa suami butanya nggak datang menjaminnya? Atau mungkin ...."Leslie mengamati Charles dari atas ke bawah sembari meneruskan, "Kamu suami lain Tiffany?""Kamu!" pekik Tiffany. Dia menggertakkan gigi sambil mengepalkan kedua tangannya dengan erat.Charles menatap Leslie sambil mendengus dingin. Dia menimpali, "Jangan asal bicara.""Memangnya aku salah?" Leslie mendengus dingin, lalu mendekati Charles dan Tiffany. Dia
Meskipun Tiffany dan Charles akhirnya tidak meminta maaf kepada Leslie, bekas tamparan di wajah Charles sudah menjelaskan semuanya. Polisi juga tidak lagi mempersulit mereka. Setelah Charles menandatangani beberapa dokumen, dia membawa Tiffany keluar dari kantor polisi.Begitu mereka keluar, Julie berlari menghampiri dengan cemas, "Tiffany, kamu nggak apa-apa?""Aku nggak apa-apa," jawab Tiffany dengan senyum cerah di wajahnya yang polos. "Aku benar-benar baik-baik saja."Sambil berbicara, dia melirik Charles yang wajahnya masih ada bekas tamparan, "Mungkin dia yang nggak terlalu baik."Barulah Julie memperhatikan pria yang keluar bersama Tiffany. "Ini siapa?""Ini dokter pribadi suamiku, Dokter Charles," Tiffany memperkenalkan mereka sambil tersenyum. "Ini teman baikku, Julie!"Charles mengangkat alisnya, "Jadi ini temanmu yang menyiapkan obat untuk masalah pria bagi Sean?"Senyuman di wajah Julie mendadak membeku, "I ... iya, itu aku."Charles memutar kunci mobilnya, lalu berjalan me
Tiffany makin tidak mengerti. "Kenapa?""Nggak kenapa-napa." Jelas sekali, Charles tidak ingin menjelaskannya. Namun, Tiffany memang tipe orang yang keras kepala. Saat masih bersekolah, dia pernah mengajukan pertanyaan hingga membuat guru matematikanya menangis.Jadi, dengan sifatnya yang gigih ini, dia terus bertanya kepada Charles sepanjang perjalanan, "Kenapa?""Kenapa malam ini dia nggak makan?""Kenapa aku nggak boleh bicara?""Kenapa hari ini spesial?""Kenapa hari spesial nggak boleh makan? Dia nggak menstruasi, 'kan?"Charles benar-benar kehabisan kata-kata. Apa wanita ini salah makan obat? Pada akhirnya, dia merasa tak berdaya dan menarik napas dalam-dalam. "Hari ini Sean ulang tahun."Tubuh Tiffany menjadi tegang. "Ulang tahunnya?"Tidak mungkin, 'kan? Saat mereka menikah dan menerima sertifikat pernikahan, Tiffany sengaja mencatat tanggal lahirnya. Dia bahkan sempat memeriksa kalender dan memastikan bahwa ulang tahun Sean baru akan tiba lebih dari sebulan kemudian."Ya, ulan