Share

Bab 92

Author: Clarissa
Tiffany makin tidak mengerti. "Kenapa?"

"Nggak kenapa-napa." Jelas sekali, Charles tidak ingin menjelaskannya. Namun, Tiffany memang tipe orang yang keras kepala. Saat masih bersekolah, dia pernah mengajukan pertanyaan hingga membuat guru matematikanya menangis.

Jadi, dengan sifatnya yang gigih ini, dia terus bertanya kepada Charles sepanjang perjalanan, "Kenapa?"

"Kenapa malam ini dia nggak makan?"

"Kenapa aku nggak boleh bicara?"

"Kenapa hari ini spesial?"

"Kenapa hari spesial nggak boleh makan? Dia nggak menstruasi, 'kan?"

Charles benar-benar kehabisan kata-kata. Apa wanita ini salah makan obat? Pada akhirnya, dia merasa tak berdaya dan menarik napas dalam-dalam. "Hari ini Sean ulang tahun."

Tubuh Tiffany menjadi tegang. "Ulang tahunnya?"

Tidak mungkin, 'kan? Saat mereka menikah dan menerima sertifikat pernikahan, Tiffany sengaja mencatat tanggal lahirnya. Dia bahkan sempat memeriksa kalender dan memastikan bahwa ulang tahun Sean baru akan tiba lebih dari sebulan kemudian.

"Ya, ulan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
semoga Sean g marah pada tiffany
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 93

    Tangan Charles yang menggenggam erat setir, langsung terhenti. Matanya melirik Tiffany melalui kaca spion, menatap matanya yang polos dan tulus. Dia menghela napas pelan dan akhirnya membelokkan arah mobil. "Aku tahu ada toko kue di sekitar sini."Setelah melalui beberapa belokan, mobilnya berhenti di samping gang kecil di bagian kota tua. Charles menunjuk papan tua yang bertuliskan "Little Swan Bakery" dan berkata, "Pergilah, dulu kakaknya selalu membelikan kue dari sini untuknya.""Ya!" Tiffany mengangguk, lalu mengenakan tas punggungnya dan berlari ke arah toko kue itu dengan cepat.Charles menurunkan kaca jendela mobil dan menyalakan rokok. Melalui asap yang mengepul, dia melihat Tiffany yang mengenakan jeans dan kaus putih, mendorong pintu toko kue yang sudah tua itu. Seolah-olah dia membuka pintu hati Sean yang sudah lama tertutup rapat.Senyuman penuh kepuasan muncul di wajah Charles. Sofyan tidak salah, Tiffany memang merupakan obat bagi Sean. Gadis ini begitu polos dan baik ha

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 94

    Namun, apakah Tiffany akan merayakan ulang tahunnya sesimpel ini hanya karena Sean tidak bisa melihat? Tiffany terus menatap dirinya dari pantulan cermin cukup lama. Pada akhirnya, dia mengenakan sandal dan turun ke lantai bawah. "Pak Sofyan, Kak Rika, bantu aku!"....Pukul delapan malam.Sesuai permintaan Tiffany, semua pelayan di vila sudah dibubarkan. Hanya tersisa beberapa pengawal yang berjaga di sekitar. Tiffany yang mengenakan gaun putih berbahan renda, menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu ruang kerja Sean.Ruang kerja itu gelap gulita. Sinar bulan menembus jendela, menimbulkan nuansa yang terkesan dingin. Di ruangan itu, Sean duduk di atas kursi rodanya dengan matanya tertutup oleh kain hitam. Tiffany tidak tahu apakah dia sedang tertidur atau hanya beristirahat, jadi dia menyalakan lampu dengan hati-hati sebelum melangkah lebih dekat."Sayang?" panggilnya lembut. Sean mengernyit sedikit.Sepanjang sore, Sean telah mendengarkan laporan dari lima konglomerat di Elup

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 95

    Ruang makan yang hanya diterangi cahaya lilin yang temaram. Tiffany refleks meremas ujung gaunnya. Dia berkata dengan suaranya yang lembut dan ragu, tetapi penuh kegigihan yang menjadi ciri khasnya, "Aku tahu kamu nggak pernah merayakan ulang tahun sebelumnya.""Tapi ...."Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menatap Sean dengan serius dan tersenyum manis, "Sayang, sekarang kamu punya aku."Mata Tiffany berkilauan dalam pantulan cahaya lilin saat menatap Sean dengan penuh ketulusan. "Mulai sekarang, aku akan rayakan ulang tahunmu setiap tahun. Merayakan usiamu yang bertambah satu tahun lagi."Harus diakui, ketika melihat senyuman yang begitu tulus di wajah Tiffany, rasa dingin yang menyelimuti hati Sean seakan mulai sirna. Kata-kata yang diucapkannya membuat hati Sean luluh.Di balik kain hitam yang menutupi matanya, Sean memandang Tiffany dengan intens. "Tapi aku nggak ingin rayakan ulang tahun.""Nggak masalah kalau kamu nggak mau, tapi aku ingin merayakannya untukmu," balas Tiffany d

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 96

    Sean hendak meniup lilin. Tiffany tidak lupa memperingatkan, "Buat permintaan dulu."Ketika neneknya berulang tahun dulu, Tiffany juga selalu memperingatkan neneknya seperti ini.Sean menyunggingkan senyuman. Lilin akhirnya ditiup. Tiffany mencabut semua lilin, lalu memotong kue untuk Sean sambil bertanya, "Kamu sudah buat permintaan tadi?"Sean menatapnya tanpa mengalihkan pandangan sedetik pun dan membalas, "Bisa dibilang begitu."Lantaran ada sutra hitam yang menutupi, Tiffany tentu tidak bisa melihatnya. Tiffany membelakangi Sean sambil memotong kue."Permintaanku adalah semoga kamu bisa lebih pintar," ucap Sean tiba-tiba.Tiffany pun termangu sesaat. Dia mencebik, lalu mengambil garpu dan hendak menyuapi Sean kue. Dia bergumam, "Permintaanmu nggak bakal terkabul kalau dibocorkan."Sean memakan kue itu, lalu tersenyum tipis sambil menimpali, "Kalau begitu, kamu jadi gadis bodoh saja."Sean menyukai Tiffany yang agak bodoh. Tiffany menatapnya dengan kesal dan membela diri, "Sudah ku

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 97

    Ketika melihat Tiffany sedih, Sean langsung menggendongnya dan menurunkannya di sofa. Sean langsung menyalakan lampu, lalu mengambil kotak P3K.Tiffany menatapnya dengan bingung. Bukannya Sean buta? Kenapa dia bisa menyalakan lampu dan tidak sempoyongan saat berjalan, bahkan bisa menemukan kotak P3K?Ketika Tiffany masih larut dalam pikirannya, Sean telah kembali ke sisinya. Sean berlutut dengan satu kaki, lalu meraih tangan Tiffany yang berdarah. Sambil menyekanya, dia bertanya, "Kok bisa terluka begini?"Bukannya Tiffany sering masak? Dia tidak pernah membuat kesalahan seperti ini. Tiffany menggigit bibir. Dia menyahut dengan malu, "Tadi aku memejamkan mataku ...."Sean yang mendisinfeksi luka Tiffany sontak termangu. Dia bertanya lagi, "Untuk apa?"Wajah Tiffany memerah. Dia menimpali, "A ... aku lihat kamu potong steik dengan mudah tadi. Aku jadi ingin mencoba memotong dengan mata terpejam."Usai berbicara, Tiffany merasa makin malu akan kebodohannya. Pantas saja, Sean mengatakanny

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 98

    Makin dipikirkan, Tiffany merasa makin senang. Jantungnya berdebar-debar. Sean membiarkan Tiffany memeluknya. Hatinya yang sudah lama tertutup rapat, berangsur menghangat.Sesaat kemudian, Sean melepaskan Tiffany dan bertanya, "Steiknya masih mau dimakan?"Malam ini, Tiffany belum makan apa-apa selain kue tadi. Dia menyahut dengan wajah tersipu, "Mau."Sebenarnya Tiffany lapar. Sean pun bangkit, lalu berjalan ke meja dengan perlahan dan mengambil steik yang sudah dipotongnya.Tiffany hendak menerimanya, tetapi Sean tiba-tiba menggerakkan garpunya dan hendak menyuapi. "Buka mulutmu."Tiffany terkejut hingga tidak bisa berkata-kata. Sean ingin menyuapinya? Dia akhirnya berujar, "Biar aku saja."Sean berkata lagi, "Buka mulutmu."Tiffany akhirnya membuka mulut. Sean terus menyuapinya. Wajah Tiffany memerah.Setelah steik habis, Tiffany memberanikan diri melepas sutra hitam yang menutupi mata Sean. Sean sedang lengah, jadi tidak sempat menghindar.Mungkin karena suasana malam ini, Tiffany

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 99

    Tiffany tergelak hingga memukul meja. "Julie, jangan bercanda. Kalau benar begitu, berarti aku sudah kaya. Tapi, hal seperti itu nggak mungkin terjadi."Industri Keluarga Ambarita sangat besar dan sering muncul di TV. Mana mungkin perusahaan itu diserahkan begitu saja hanya karena Tiffany dan Leslie bertengkar?Julie juga tahu hal seperti itu tidak mungkin terjadi. Dia mencebik sambil berkata, "Manusia harus punya mimpi. Mungkin saja bisa jadi kenyataan."Tiffany terkekeh-kekeh, lalu mengeluarkan buku catatannya yang tebal untuk belajar. "Sekarang aku nggak punya harapan apa pun. Aku cuma ingin dapat nilai tinggi hari ini.""Buset!" Julie buru-buru meletakkan kopinya. Dia lupa hari ini ada ujian tengah semester. "Tiff, pinjamin aku buku catatanmu dulu. Aku mau buat contekan."Tiffany mengerlingkan matanya dan menahan tangan Julie. "Nggak boleh!" Dia mengeluarkan buku teks dan meneruskan, "Kuberi beberapa soal saja. Seharusnya akan muncul di soal ujian nanti."....Pukul 2 siang, ujian

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 100

    Itu memang informasi pribadi Tiffany. Namun, dia bukan presdir perusahaan!Di belakang, dosen yang mengawasi ujian masih mengamati mereka dengan waspada.Tiffany memberanikan diri melirik Liam dan sekelompok orang berpakaian hitam di belakang, lalu bertanya, "Kamu bilang aku atasan kalian, 'kan?""Ya.""Itu berarti, kalian akan mendengar perintahku?""Tentu saja."Tiffany mengelus jidatnya dan berkata, "Kalau begitu, kita cepat keluar dari sini."Sekelompok orang berpakaian hitam itu berbaris dengan rapi, lalu mengikuti Liam dan Tiffany dengan tertib.Tiffany membawa rombongan itu berjalan di halaman universitas. Dia benar-benar terlihat seperti atasan yang hendak melakukan inspeksi.Pada akhirnya, Tiffany membawa mereka ke taman belakang. Setelah memastikan tidak ada siapa-siapa di sekitar, Tiffany mengembuskan napas lega dan mencari batu untuk duduk.Sekelompok pria berpakaian hitam bergegas menghampiri untuk membantu Tiffany menghalangi cahaya matahari dengan tubuh tegap mereka. Tif

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 663

    Sebenarnya, Tiffany sangat ingin menyusul Sean dan Conan. Bagaimanapun, mereka berdua tidak terlalu akrab dengan Zion.Namun, ketika dia mengangkat pandangannya dan melihat Michael yang duduk di samping Sanny, dia langsung mengurungkan niatnya.Meskipun saat ini Michael terlihat begitu lembut terhadap Sanny, bahkan sampai menuruti semua perkataannya, Tiffany tahu seperti apa sifat aslinya.Michael sama seperti ayahnya. Di mata mereka, hanya ada kepentingan keluarganya sendiri, tidak pernah ada yang namanya kasih sayang.Bukti paling nyata adalah bagaimana Ronny dulu rela membutakan mata Michael sendiri tanpa sedikit pun keraguan. Membiarkan pria seperti ini berada di kamar Sanny sama seperti memasang bom waktu!Tubuh Sanny masih sangat lemah. Jika Michael berniat melakukan sesuatu padanya, Sanny bahkan tidak akan sempat meminta bantuan!Tiffany menarik napas dalam, lalu menatap Michael dengan tatapan dingin. "Pak Michael, Bu Sanny perlu beristirahat dengan baik. Kalau nggak ada hal pen

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 662

    "Aku ingin Zion datang ke tempat itu."Morgan tertegun sesaat dan tampak ragu, lalu akhirnya mengangguk."Benar juga. Nggak peduli bagaimana kejadian itu terjadi di masa lalu, Zion tetaplah orang yang terlibat. Dia memang harus ada di sana. Tapi ...."Morgan menggigit bibirnya dan berkata dengan nada khawatir, "Aku takut dia nggak mau datang.""Kamu juga tahu seperti apa sifat Zion. Filda adalah gurunya sejak kuliah, sementara kamu adalah orang yang paling banyak membantunya setelah dia mulai bekerja. Memintanya untuk datang dan menyaksikan kalian berdua berselisih ... sepertinya nggak mudah."Tiffany mengatupkan bibir, sudah memperkirakan hal ini sebelumnya. "Aku akan mencoba membujuknya.""Baiklah." Morgan menghela napas panjang. "Aku akan segera memberi tahu semua pihak, termasuk para pemimpin. Besok, atas nama rumah sakit, aku akan mengadakan konferensi pers. Para pemimpin kota serta media akan hadir untuk menyaksikan langsung."Setelah mengatakan itu, Morgan menatap Tiffany dengan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 661

    Tiffany mengerutkan kening, dengan sigap menghindari asbak yang melayang ke arahnya.Brak! Asbak itu langsung menghantam lantai marmer dan pecah berkeping-keping."Pak Morgan." Tiffany mengerutkan kening dan melangkah masuk dengan tenang."Kamu masih tahu jalan ke sini?" Morgan mengacak-acak rambutnya dengan wajah geram, lalu melotot tajam ke arah Tiffany. "Tutup pintunya!"Tiffany menurut dan menutup pintu dengan patuh."Apa sebenarnya yang kamu pikirkan?" Morgan terlihat sangat frustrasi, menggaruk kepalanya dengan ekspresi tak berdaya. "Kalaupun kamu ingin menyelamatkan Zion, kamu nggak perlu mengorbankan dirimu sendiri!""Sekarang rekaman itu sudah menyebar ke media luar negeri. Masalah ini nggak bisa ditutupi lagi!"Tiffany tertegun sesaat, baru menyadari bahwa Morgan telah salah paham. Sampai saat ini, Morgan masih mengira bahwa berita dari luar negeri itu adalah permainan yang dibuat oleh Tiffany sendiri untuk menyelamatkan Zion."Pak Morgan, aku nggak sehebat itu." Tiffany ters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 660

    Tatapan-tatapan itu membuat Tiffany merasa sangat tidak nyaman. Secara samar, dia sudah bisa merasakannya. Hal terburuk yang Sean katakan tadi malam sepertinya benar-benar terjadi."Tiff!" Begitu sampai di kantor, Julie langsung menyambutnya, menariknya masuk ke dalam ruang penyimpanan."Ada masalah ya?""Ya!" Julie mengeluarkan ponselnya dan membuka sebuah artikel dalam bahasa asing. "Seseorang menggunakan koneksinya untuk menyebarkan artikel ini ke media akademik kedokteran global tadi malam.""Pukul 4 pagi tadi, pemimpin dari Kota Kintan langsung mencari Pak Morgan dan memintanya untuk menyelidiki kejadian 2 tahun lalu. Dampaknya terlalu besar!"Tiffany mengerutkan kening, menerima ponsel dari Julie, lalu membaca artikel itu dari awal hingga akhir.Artikel itu membahas tentang insiden medis 2 tahun lalu, bahkan menyebutkan nama dirinya dan Zion. Mereka juga membandingkan suara aslinya dengan rekaman yang dipalsukan.Kolom komentar lebih parah lagi. Hampir semua orang menghujat Tiffa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 659

    "Jadi, itulah kesalahan Filda."Dengan gerakan anggun, Sean mengambil piring yang sudah dicuci oleh Tiffany, lalu satu per satu meletakkannya ke dalam lemari sterilisasi. Suaranya tetap tenang."Meskipun 2 tahun lalu dia melakukan itu bukan untuk menjatuhkanmu, sekarang dia kembali meminta Dina meniru suaramu dan merekayasa kejadian masa lalu. Itu berarti, dia memang menargetkanmu."Selesai berbicara, Sean menoleh dan menatap Tiffany dengan serius. "Jadi, apa rencanamu? Sore tadi, dia sudah mengirim rekaman baru yang dibuat oleh Dina ke email Pak Morgan, juga ke banyak jurnalis dari media berita dan jurnal akademik."Mata Sean menyipit sedikit. "Aku sudah minta Brandon untuk menghalangi sebagian besar berita, tapi bagaimanapun kita ini bukan dewa. Kita nggak bisa tahu dengan pasti ke mana saja dia mengirimkan rekaman itu."Karena ini menyangkut reputasi akademik Tiffany, semakin sedikit orang yang tahu, semakin baik."Terima kasih atas usaha kalian." Tiffany menghela napas. "Besok pagi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 658

    Wanita itu menghela napas panjang, lalu menatap Sean dengan tatapan menyalahkan. "Kalau nggak bisa cuci piring, jangan dipaksa.""Gimana kalau sampai terluka? Lagian, pecahan seperti ini nggak bisa dipegang pakai tangan. Bukannya ada sapu di samping?"Teguran itu penuh dengan kekhawatiran.Sean tidak berkata apa-apa. Saat Tiffany mengangkat kepala dan refleks melirik, dia melihat mata Sean yang penuh kelembutan. Pria itu berujar, "Jadi, kamu masih peduli padaku."Tiffany terdiam. Tatapan itu membuat wajahnya panas. Dia menggigit bibirnya. "Tentu saja aku peduli!"Setelah mengatakan itu, Tiffany merasa ucapannya terlalu ambigu, jadi buru-buru menambahkan, "Kamu ini tamu di rumahku. Kalau terjadi sesuatu, aku yang harus tanggung jawab!"Sean tersenyum tipis dengan tatapan penuh makna. "Cuma itu?""Ya ... memang cuma itu. Memangnya kamu mau apa?""Kamu pasti tahu jawabannya."Tiffany mendengus, lalu memutar bola matanya dan mulai mencuci piring di wastafel.Sean masih tersenyum tipis. Dia

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 657

    Dapur dipenuhi uap panas, hati Tiffany juga terasa panas.Saat masih sibuk memasak, Tiffany sama sekali tidak menyangka bahwa dalam waktu sesingkat itu, putranya sudah berhasil disuap oleh Sean. Bahkan, Arlo sudah berjanji akan memberi kesempatan kepada Sean untuk makan malam di rumah besok.Setelah pangsit akhirnya matang, dia membawanya ke meja makan. "Ayo makan!"Begitu suara wanita itu terdengar, Arlo buru-buru mematikan televisi dan berlari ke meja makan.Sementara itu, Arlene malah memanyunkan bibirnya dengan angkuh, lalu melirik Sean yang ada di sampingnya. "Paman Ganteng, aku malas jalan sendiri."Sean mengerti maksudnya, jadi merentangkan kedua lengannya dan mengangkat si kecil ke dalam pelukannya. Dengan langkah besar, dia berjalan menuju meja makan."Senangnya!" Arlene bersandar di dada Sean. "Paman Ganteng tinggi banget! Aku bisa lihat bagian atas kepala Mama!"Tiffany hanya bisa menatap putrinya dengan pasrah. "Arlene, jangan manja. Turun."Gadis kecil itu justru semakin m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 656

    Jadi, Tiffany hanya bisa menggigit bibirnya. "Sean! Lepaskan tanganmu!""Lepaskan mamaku!"Usai Tiffany berbicara, suara jernih seorang anak kecil terdengar dari arah pintu dapur.Wajah Tiffany langsung memerah. Dia buru-buru mengulurkan tangan untuk menarik tangan Sean. "Keluar!"Sean pun mengernyit. Dengan wajah yang tampak tidak senang, dia menoleh ke arah bocah kecil yang mengganggu suasana. Setelah itu, dia berjalan melewatinya dan keluar dari dapur.Arlo memanyunkan bibirnya, menutup pintu dapur, lalu berbalik sambil berkacak pinggang. Dia menatap Sean dengan marah. "Tadi kamu mau mengambil keuntungan dari Mama!"Sean mengerutkan alis. "Nggak.""Apanya yang nggak! Jelas-jelas begitu kok!"Sean tersenyum tipis dan berjongkok, menatap bocah kecil di depannya dengan mata hitam yang dalam. "Kalau nggak ada perasaan di antara dua orang, itu disebut mengambil keuntungan.""Tapi, aku dan ibumu ... punya perasaan untuk sesama."Arlo terdiam. Dia baru berusia 5 tahun. Meskipun dia jauh le

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 655

    Setelah satu jam berusaha, akhirnya hasil kerja Sean bisa dianggap layak. Dia menatap setumpuk kecil kulit pangsit berbentuk bulat di atas meja dengan penuh kepuasan. "Sebenarnya, aku cukup berbakat juga."Tiffany meliriknya dengan ekspresi meremehkan. "Kamu bilang ini bakat?"Namun ....Saat dia melihat tangan besar milik Sean, dia bisa memahami betapa sulitnya bagi pria ini untuk menggiling adonan kecil seperti itu.Setelah semua pangsit selesai dibentuk, Tiffany segera menuju dapur untuk merebus air. Sean membawa piring berisi pangsit ke dapur dengan hati-hati.Lalu, dia berdiri di belakang Tiffany dan menemaninya melihat air di dalam panci perlahan mendidih hingga gelembung-gelembung kecil mulai bermunculan di permukaannya.Rumah Tiffany memang kecil, begitu juga dapurnya. Saat dia sendirian, dapur ini terasa cukup luas baginya. Namun, begitu Sean di sini, tubuh pria itu yang tinggi dan tegap menghalangi cahaya di dalam dapur.Ruangan itu jadi terasa kecil dan sempit.Tiffany menge

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status