Share

Bab 98

Makin dipikirkan, Tiffany merasa makin senang. Jantungnya berdebar-debar. Sean membiarkan Tiffany memeluknya. Hatinya yang sudah lama tertutup rapat, berangsur menghangat.

Sesaat kemudian, Sean melepaskan Tiffany dan bertanya, "Steiknya masih mau dimakan?"

Malam ini, Tiffany belum makan apa-apa selain kue tadi. Dia menyahut dengan wajah tersipu, "Mau."

Sebenarnya Tiffany lapar. Sean pun bangkit, lalu berjalan ke meja dengan perlahan dan mengambil steik yang sudah dipotongnya.

Tiffany hendak menerimanya, tetapi Sean tiba-tiba menggerakkan garpunya dan hendak menyuapi. "Buka mulutmu."

Tiffany terkejut hingga tidak bisa berkata-kata. Sean ingin menyuapinya? Dia akhirnya berujar, "Biar aku saja."

Sean berkata lagi, "Buka mulutmu."

Tiffany akhirnya membuka mulut. Sean terus menyuapinya. Wajah Tiffany memerah.

Setelah steik habis, Tiffany memberanikan diri melepas sutra hitam yang menutupi mata Sean. Sean sedang lengah, jadi tidak sempat menghindar.

Mungkin karena suasana malam ini, Tiffany
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status