Share

Bab 101

Penulis: Clarissa
Sean tertawa sambil bertanya, "Memangnya nggak bagus jadi presdir? Banyak orang yang memimpikannya."

Tiffany melirik sekilas ke arah pengawal yang berbaris di kejauhan dan Liam yang tersenyum padanya. "Nggak!" balas Tiffany.

Sean mulai iseng. Sambil menjawab telepon dan memeriksa dokumen yang dikirimkan Taufik padanya, dia bertanya, "Apanya yang nggak bagus? Kamu bisa melakukan apa pun sesuka hatimu dan beli apa pun yang kamu suka."

Tiffany hampir saja menangis. "Tapi semua itu bukan milikku!"

Dia hanya seorang gadis dari pedesaan. Tiffany beranggapan bahwa dirinya tidak sanggup mengemban status setinggi itu. Dengan suara pelan, gadis itu menambahkan, "Sayang, suasana hatiku sekarang seperti sedang ditimpa uang 10 miliar. Aku nggak berani menyentuhnya, memakainya, dan juga agak ketakutan ...."

Sean tertawa kecil. "Grup Ambarita ini jauh lebih dari sekadar 10 miliar. Saham yang diberikan Taufik padamu bernilai sekitar satu triliun."

Brak!

Ponsel Tiffany sampai terjatuh saking terkejutny
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
jalani dulu lah tif...lambat Laun pasti kamu bisa...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 102

    Tiffany memasang wajah murung. "Aku nggak mau terlalu menarik perhatian." Dia menarik napas dan menceritakan pada Julie tentang Taufik yang memindahkan sahamnya kepadanya."Astaga!" Julie tertawa terpingkal-pingkal, "Ternyata tebakanku benar, ya?""Coba kamu jelaskan, Tiff, seberapa besar sih pengaruh suami tampanmu itu sebenarnya? Waktu itu Leslie cuma memarahimu, lalu ayahnya langsung datang menjemputmu dengan limusin panjang.""Kemarin mereka bertengkar denganmu, Taufik sampai ketakutan lalu menyerahkan perusahaan padamu?"Tiffany berjalan di depan bersama Julie, sementara Liam mengawal mereka dengan sekelompok bodyguard di belakang. Tatapan teman-teman kampus yang melihat mereka membuat Tiffany merasa tidak nyaman.Dia merapatkan bibirnya dan menggenggam tangan Julie. "Dalam sebulan ini, aku nggak bisa mengembalikan uang dan perusahaan ini ke Taufik .... Jadi, selama sebulan ke depan, aku masih harus menjalankan peran sebagai Presdir Grup Maheswari di atas kertas."Julie tertawa te

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 103

    Tiffany menggenggam ponselnya erat-erat. Siapa bilang orang desa selalu berpikiran sempit? Meski Thalia hanyalah seorang petani, dia tahu kapan harus meminta saham kepada Tiffany, bukan hanya sekadar uang.Setelah menarik napas dalam-dalam, Tiffany mengatupkan bibirnya dan menjawab, "Bibi, aku nggak pernah jadi selingkuhan siapa pun. Uang dan saham ini bukan milikku, aku cuma memegangnya sementara untuk orang lain. Kalau butuh uang, silakan cari sendiri!"Setelah itu, Tiffany langsung menutup telepon. Namun, panggilan dari Thalia teru-menerus menerornya. Merasa terganggu, Tiffany akhirnya mematikan ponselnya. Setelah melewati hari yang melelahkan, Tiffany menenangkan diri sebelum membuka pintu vila."Aku pulang, Pak Sofyan!" serunya."Aku pulang, Kak Rika!"Seperti biasa, Tiffany menyapa para pelayan di vila dengan penuh semangat. Saat berpapasan dengan Sofyan, Sofyan memberi isyarat mengedipkan mata sambil tersenyum, "Selamat datang kembali, Presdir Tiffany."Tiffany terdiam sejenak.

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 104

    "Apa yang mau kamu tanyakan sama dia?"Saat Tiffany masih terus mendesak Sofyan, terdengar suara rendah yang datar dari arah pintu lift di lantai satu. Tiffany berhenti mengganggu Sofyan dan berbalik dengan senyum lebar, "Sayang!"Wajahnya yang berseri-seri menampilkan dua lesung pipi kecil. Di balik lapisan sutra hitam yang menutupi pandangannya, tatapan Sean mulai melunak. Dia melambaikan tangannya pada Tiffany, "Ayo, kemari."Tiffany segera berlari kecil menghampirinya. Dia mulai mendorong kursi rodanya menuju ruang makan, sambil bertanya dengan hati-hati."Sayang, tadi siang aku motret struktur departemen di perusahaan untukmu. Sudah jelas, 'kan? Mereka juga bilang aku harus memimpin rapat besok pagi. Kamu tahu gimana cara menjalankannya?"Melihat Tiffany yang begitu serius, Sean menjawab pertanyaannya satu per satu dengan sabar. "Kalau kamu khawatir sekali sama rapat pagi besok, aku bisa menemanimu.""Wah, terima kasih banyak!" Tiffany yang bersemangat segera memegang wajah Sean d

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 105

    Tiffany adalah murid yang sangat rajin. Begitu selesai makan malam, dia mengikuti Sean ke ruang kerja dengan antusias. Namun, memahami struktur dan fungsi departemen di Grup Maheswari ternyata tidak mudah. Tidak lama kemudian, Tiffany tertidur di atas meja.Di bawah cahaya lampu, Sean duduk di samping Tiffany. Menatap sosoknya yang mungil dan melihat buku catatannya yang penuh dengan tulisan seperti catatan kuliah, sebuah senyuman tipis terlukis di sudut bibirnya.Sean mengulurkan tangan dan menyelipkan sehelai rambut yang jatuh di wajah Tiffany ke belakang telinganya. Wajahnya yang putih bersih tampak semakin cerah di bawah lampu. Melihatnya seperti itu, Sean tak bisa menahan diri untuk mengecup kulitnya yang lembut."Tuan." Terdengar suara dari pintu yang tiba-tiba memecah keheningan. Sofyan melaporkan, "Taufik sudah tiba."Sean berdiri perlahan-lahan, lalu mengambil pena dari tangan Tiffany dan mengangkat tubuhnya dengan lembut. "Suruh dia tunggu di ruang kerja."Setelah berkata dem

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 106

    Di dalam ruang kerja, di bawah cahaya lampu yang redup, Sean masih duduk dengan matanya tertutup kain hitam. Di sampingnya, Sofyan sedang membacakan sesuatu yang tidak bisa dimengerti oleh Tiffany. Ketika melihat Tiffany datang, Sofyan segera berhenti membaca.Sean bertanya dengan nada datar, "Kenapa bangun?"Tiffany menggigit bibirnya, "Mimpi buruk.""Pak Sofyan," panggil Sean.Sofyan segera merespons, "Ya, Tuan.""Lanjutkan besok saja," kata Sean dengan suara tenang. Dia perlahan memutar kursi rodanya mendekati Tiffany. "Aku harus menemani istriku tidur."Sofyan tertegun sejenak. Apakah bosnya baru saja ... pamer kemesraan?Wajah Tiffany langsung merah padam. Dengan malu-malu, dia mengucapkan "selamat malam" pada Sofyan, lalu bergegas mendorong kursi roda Sean menuju kamar tidur.Setelah membantu Sean menyelesaikan rutinitas malamnya, Tiffany berbaring dalam pelukannya. Namun, dia masih tidak bisa tidur dan hanya terus berguling-guling. Mimpi buruk sebelumnya memang membuatnya agak k

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 107

    Kata "tidak membawa keberuntungan" membuat Tiffany mengerutkan alisnya dengan tajam. Di matanya, Sean adalah bintang keberuntungannya. Bintang paling cerah yang tak tergantikan dan selalu membawa kebahagiaan! Namun, Liam berani-beraninya menyebut Sean "tidak membawa keberuntungan"?Tiffany mendongak dan menatap Liam dengan tajam. "Kalau kamu berani menjelek-jelekkan suamiku lagi, aku akan memecatmu! Cepat minta maaf sama suamiku sekarang! Katakan kalau kamu nggak seharusnya bilang dia bawa sial!"Suara Tiffany yang jernih terdengar tegas, meski nada kasarnya itu lebih terdengar seperti upaya untuk menakut-nakuti. Wajahnya juga penuh dengan kemarahan, tapi tetap terlihat menggemaskan.Liam terdiam sejenak, seolah-olah tersambar petir. Apa orang ini ... masih Tiffany yang dia kenal sebelumnya?Sepanjang hari kemarin, dia membawa Tiffany ke sana kemari di kantor dan Tiffany sama sekali tidak mengeluh. Sifatnya yang sangat sabar itu bahkan terasa agak berlebihan. Namun sekarang ... kenapa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 108

    "Yang ini adalah suamiku, Sean." Begitu kata-kata itu dilontarkan, ruang rapat langsung dipenuhi bisikan.Sean! Bukankah itu si "pembawa sial" dari Keluarga Tanuwijaya? Anak yang kehilangan orang tuanya sejak kecil, kakaknya meninggal saat dia berusia 13 tahun, dan belum lama ini disebut-sebut sebagai penyebab kematian tiga tunangannya?Orang yang dikenal sebagai pembawa malapetaka dari Keluarga Tanuwijaya itu? Kenapa Tiffany menikah dengan orang seperti itu?Melihat kekacauan di depan matanya, Liam hanya bisa menghela napas sambil memijat pelipisnya. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi. Mantan pemilik perusahaan ini, Taufik, sangat percaya takhayul. Hal ini juga menular ke para bawahannya.Identitas Sean memang sangat sensitif. Membawanya ke sini mungkin bukan keputusan yang tepat.Setelah keributan itu mereda, seorang pria yang tampak berusia lanjut, berdiri sambil mengelus-elus janggutnya. "Bu Tiffany, kami tahu Anda baru saja menjadi presdir dan ingin berbagi kebahagiaan dengan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 109

    Begitu Tiffany berkata demikian, wajah Aditya langsung berubah muram. Dia melemparkan proposal yang telah disiapkannya hari ini ke atas meja dengan keras dan matanya menatap tajam ke arah Tiffany. "Apa maksudmu?""Baru saja menjabat sudah mau mecat pegawai lama? Kalau kamu begini, nggak akan bisa bertahan lama!"Tiffany mengatupkan bibirnya. Sorot matanya tetap dingin saat bertemu dengan tatapan Aditya. "Aku nggak tahu apakah aku bisa bertahan lama atau nggak. Tapi yang aku tahu, seberapa hebat pun seseorang, dia tetap harus punya sopan santun."Wajah Aditya memucat, tapi Tiffany seolah-olah tidak melihatnya dan melanjutkan dengan tegas, "Kamu nggak tahu apa-apa, tapi kamu menggunakan tuduhan yang nggak berdasar untuk menghina suamiku. Nggak peduli seberapa hebatnya pun kemampuanmu, kamu tetap saja orang yang nggak punya moral dan nggak tahu cara menghormati orang lain."Aditya tertawa dingin. "Orang sial seperti dia mau berharap dihormati?"Tiffany menggertakkan giginya. "Suamiku lahi

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 499

    Setelah menenangkan Tiffany, Sean kembali sibuk dengan pekerjaannya. Tiffany memegang ponselnya, ragu apakah harus mengirim pesan kepada Xavier. Namun, sebelum dia memutuskan, telepon dari Xavier sudah masuk."Kelinci kecil, Bibi Niken minta aku menanyakan apakah kamu punya waktu besok untuk makan bersama. Dia ingin mengetahui lebih banyak tentang makanan yang kamu sukai saat ini."Tiffany menggigit bibirnya, lalu memikirkan makanan yang belakangan ini dia suka dan satu per satu memberitahukan semuanya kepada Xavier."Baiklah, sampai jumpa besok."Xavier hendak menutup telepon ketika Tiffany tiba-tiba memanggilnya. "Tunggu sebentar."Tiffany menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Aku mau bilang sesuatu."Pria di seberang telepon tampak terkejut sesaat, kemudian bertanya dengan nada datar, "Ada apa?"Tiffany menghela napas panjang sebelum akhirnya menceritakan semuanya kepada Xavier tentang permintaan Derek agar dia mengganti namanya."Aku ... sebenarnya nggak terlalu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 498

    "Ini rumah Tiffany dan Sean! Kamu tinggal di sini makan, minum, dan tidur gratis, tapi masih banyak bicara!"Cathy memutar matanya. "Aku cuma ingin membantu Tiffany menyelesaikan masalahnya.""Kamu itu lagi memprovokasi! Makan anggur saja nggak bisa membungkam mulutmu!" Setelah berkata demikian, Derek menoleh ke arah Tiffany. "Tiffany, Kakek nggak akan memaksamu. Kamu pertimbangkan baik-baik.""Kalau kamu nggak mau pakai nama Keluarga Japardi, pakai nama Keluarga RImbawan juga nggak masalah. Kita bisa bilang kamu mengikuti nama keluarga ibumu."Tiffany menggigit bibirnya dan tidak menjawab. Sebenarnya, dia hanya ingin tetap menggunakan nama dan nama keluarga yang sekarang, tetap menjadi Tiffany Maheswari. Namun ... sepertinya itu tidak semudah yang dia harapkan.Dengan senyum getir, dia berkata pelan, "Baik, Kakek, beri aku waktu untuk memikirkannya." Setelah itu, Tiffany bangkit dan berjalan ke lantai atas.Saat mencapai tangga spiral, dia mendengar Cathy yang masih bersandar di sofa,

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 497

    Tiffany berdiri di tempat, merasakan hawa dingin menyelimuti tubuhnya. Dia menarik napas panjang."Kakek, aku mengerti bahwa keluarga besar seperti Keluarga Japardi memiliki aturan dan tradisi mereka sendiri. Hanya saja ...."Tiffany belum siap sepenuhnya untuk benar-benar menjadi Nona Kedua Keluarga Japardi. Apalagi mengganti nama dan nama keluarganya.Sejak dia bertemu kembali dengan Keluarga Japardi, waktu yang berlalu bahkan belum genap satu minggu. Baginya, tidak mungkin dia melupakan semua kebaikan dan kasih sayang dari Kendra dan Indira hanya karena waktu singkat itu.Di dalam hatinya, Kendra dan Indira adalah sosok yang tak tergantikan dan tidak mungkin dihapuskan."Kakek, kenapa maksa Tiffany untuk mengganti namanya?"Dari tangga spiral di lantai atas, Cathy turun dengan senyum tipis di bibirnya. "Tiffany punya pemikirannya sendiri. Mungkin dia bahkan nggak menganggap posisi Nona Kedua Keluarga Japardi itu istimewa?"Tiffany menggigit bibirnya.Meski dia tahu Cathy selalu puny

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 496

    Zara mengerutkan alis, tampak sedang berpikir.....Dalam perjalanan kembali ke rumah Sean setelah keluar dari butik pengantin, Tiffany memandang ponselnya dengan ragu selama beberapa saat. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengirimkan fotonya mengenakan gaun pengantin kepada Indira.[ Bibi, aku akan adakan pernikahan. Bibi bisa datang nggak? ]Tiffany tahu bahwa Indira sekarang telah menikah lagi. Bahkan jika Kendra telah kembali, Indira mungkin tetap tidak akan datang .... Namun, Tiffany tetap berharap bahwa Indira bisa hadir dan melihat pernikahannya secara langsung.Bagaimanapun, selama 19 tahun masa lalunya, Indira adalah sosok yang benar-benar berperan sebagai ibunya. Meskipun Indira hanya mengizinkannya memanggil "Bibi," bukan "Ibu".Tak lama kemudian, Tiffany menerima balasan dari Indira.[ Nggak ada waktu. ]Tiga kata yang kejam itu membuat hati Tiffany terasa seperti diremas dengan kuat. Dia menggigit bibir, ragu untuk waktu yang lama, lalu akhirnya mengetikkan pesan lain.[ Bib

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 495

    Di bawah arahan Xavier, para penjahit di butik pengantin mulai membongkar dan menggabungkan dua gaun pengantin tersebut.Satu jam kemudian, Tiffany berdiri di depan cermin dengan mengenakan gaun pengantin yang merupakan perpaduan sempurna dari dedikasi Sean dan Niken. Dia memandang bayangannya di cermin, bibirnya melengkung dengan senyuman tipis. Ternyata, hasilnya benar-benar sangat indah.Saat ini, dia seharusnya merasa bahagia, bukan?"Bagus," komentar Niken dengan nada datar sambil melirik gaun pengantin yang dikenakan Tiffany. Dia lalu mengenakan kembali topengnya dan bangkit berdiri. "Xavier, kita pulang."Tiffany tertegun sejenak, lalu menoleh ke arahnya. "Anda mau pergi sekarang?"Niken mengangguk ringan. "Tujuanku ke sini hari ini cuma untuk melihatmu mencoba dan memilih gaun pengantin. Karena semuanya sudah selesai, tentu aku harus pergi."Tiffany menggigit bibirnya. "Aku pikir ...."Tiffany mengira Niken datang hari ini untuk mengakuinya seperti saat dia bertemu dengan Brons

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 494

    Namun, kemiripan Tiffany dengan Niken hanya sebatas penampilan. Tiffany merasa, aura yang dimiliki Niken adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa dia capai seumur hidupnya.Sorot mata Niken dingin, anggun, tenang dan berwibawa. Tatapan yang mencerminkan pengalaman menyaksikan begitu banyak suka dan duka dunia, penuh kebijaksanaan dan sekaligus kehampaan.Bahkan saat menatap putri kandungnya yang sudah 19 tahun tidak dia temui, mata Niken tidak menunjukkan banyak emosi, baik kegembiraan maupun keterkejutan."Terpana?" Niken tersenyum tipis, lalu menunjuk tempat di sebelahnya. "Duduk."Tiffany menggigit bibir, lalu duduk di sisi Niken dengan sedikit canggung.Ketika kakeknya mengatakan bahwa ibunya akan datang, Tiffany telah membayangkan ribuan skenario tentang pertemuan mereka. Dia mengira pertemuan itu akan penuh emosi seperti saat dia bertemu ayahnya. Berpelukan sambil menangis tersedu-sedu.Namun .... Dia melirik ke arah wanita di sebelahnya yang ekspresinya tetap tenang dengan tak

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 493

    Kendra mengangguk pelan dan melangkah mendekat. Dia ingin mengulurkan tangan untuk memeluk Tiffany, tetapi tetap ragu-ragu. Dia hanya berdiri terpaku di tempat dengan tatapan penuh kasih sayang. "Tiffany.""Paman!"Sudah lama mereka tidak bertemu. Dalam sekejap, semua perasaan yang selama ini terpendam. Kekhawatiran, rasa tertekan, ketidakberdayaan, dan kesedihan ... semua membanjiri hati Tiffany.Tanpa peduli apa pun, dia berlari ke arah Kendra dan memeluknya erat. "Paman! Aku khawatir sekali sama Paman!"Kendra mengatupkan bibirnya dengan gugup dan melirik ke arah Niken sejenak. Dia ingin memeluk Tiffany, tapi rasa takut membuatnya ragu.Bagaimanapun ... sejak asal-usul Tiffany terungkap, Kendra, seorang pengawal dari desa kecil, merasa bahwa dia tidak pantas menerima panggilan "paman" dari Tiffany.Perbedaan status mereka terlalu besar. Tiffany yang seharusnya menjadi gadis yang dimanjakan oleh takdir, justru harus menderita selama bertahun-tahun karena sebuah keputusan dari Kendra.

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 492

    Gadis itu menarik napas dalam-dalam. "Biar Ayah, Kakek ... dan juga Ibu ... memberikan pendapat mereka."Setelah berkata demikian, dia mengambil ponselnya dan memotret kedua foto tersebut satu per satu, lalu menyerahkannya kepada Xavier. "Kamu bantu tanyakan sama dia, ya."Fakta bahwa dia adalah putri Niken yang sebenarnya bukan lagi rahasia. Oleh karena itu, Tiffany tidak merasa perlu untuk terlalu sungkan dengan Xavier.Xavier melihat foto-foto di tangannya sambil tersenyum.Pria itu meregangkan tubuh, lalu menoleh ke arah lantai tiga. "Bibi Niken, dari dua pilihan ini, salah satunya adalah desain Anda.""Meski dia masih ragu, itu artinya di dalam proses pilihannya, dia tetap tidak bisa mengabaikan gaun pengantin yang Anda buat untuknya. Apakah Anda masih ingin terus menikmati pertunjukan ini dari atas?"Perkataan Xavier membuat Tiffany terkejut hingga matanya membelalak. Dia menoleh secara refleks ke arah lantai tiga ....Di sana dia melihat sekumpulan penjaga berbaju hitam berdiri

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 491

    "Benarkah?" Tiffany merasa agak canggung, lalu merapikan sedikit bagian bawah gaunnya. "Aku merasa seperti aku bukan diriku lagi." Saat ini, gayanya memang benar-benar bertolak belakang dari dirinya yang biasa.Xavier menarik napas dalam-dalam. "Kelinci kecil, kamu harus lebih percaya diri sama dirimu sendiri. Kamu cantik sekali."Tiffany mengangguk dengan serius, begitu gugup hingga dia bahkan lupa bertanya mengapa Xavier ada di sini. Dia memalingkan wajah, melihat ke arah Julie dan Zara. "Menurut kalian gimana?""Cantik sekali." Julie tersenyum tipis sambil memberikan pendapatnya. "Tapi memang agak berbeda dari gaya yang biasa kamu pakai, jadi kamu merasa agak canggung."Zara juga mengangguk setuju. "Coba saja beberapa gaun lainnya. Mungkin di antara beberapa gaun berikutnya, ada yang membuatmu merasa lebih nyaman."Tiffany mengangguk serius. Baru saja dia hendak berbalik menuju ruang ganti, Xavier memanggilnya. "Kelinci kecil!" Tiffany terkejut dan menoleh ke belakang.Klik.Saat ga

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status