Share

Bab 107

Author: Clarissa
Kata "tidak membawa keberuntungan" membuat Tiffany mengerutkan alisnya dengan tajam. Di matanya, Sean adalah bintang keberuntungannya. Bintang paling cerah yang tak tergantikan dan selalu membawa kebahagiaan! Namun, Liam berani-beraninya menyebut Sean "tidak membawa keberuntungan"?

Tiffany mendongak dan menatap Liam dengan tajam. "Kalau kamu berani menjelek-jelekkan suamiku lagi, aku akan memecatmu! Cepat minta maaf sama suamiku sekarang! Katakan kalau kamu nggak seharusnya bilang dia bawa sial!"

Suara Tiffany yang jernih terdengar tegas, meski nada kasarnya itu lebih terdengar seperti upaya untuk menakut-nakuti. Wajahnya juga penuh dengan kemarahan, tapi tetap terlihat menggemaskan.

Liam terdiam sejenak, seolah-olah tersambar petir. Apa orang ini ... masih Tiffany yang dia kenal sebelumnya?

Sepanjang hari kemarin, dia membawa Tiffany ke sana kemari di kantor dan Tiffany sama sekali tidak mengeluh. Sifatnya yang sangat sabar itu bahkan terasa agak berlebihan. Namun sekarang ... kenapa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
keren...jangan biarkan siapapun menindasmu dn Sean...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 108

    "Yang ini adalah suamiku, Sean." Begitu kata-kata itu dilontarkan, ruang rapat langsung dipenuhi bisikan.Sean! Bukankah itu si "pembawa sial" dari Keluarga Tanuwijaya? Anak yang kehilangan orang tuanya sejak kecil, kakaknya meninggal saat dia berusia 13 tahun, dan belum lama ini disebut-sebut sebagai penyebab kematian tiga tunangannya?Orang yang dikenal sebagai pembawa malapetaka dari Keluarga Tanuwijaya itu? Kenapa Tiffany menikah dengan orang seperti itu?Melihat kekacauan di depan matanya, Liam hanya bisa menghela napas sambil memijat pelipisnya. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi. Mantan pemilik perusahaan ini, Taufik, sangat percaya takhayul. Hal ini juga menular ke para bawahannya.Identitas Sean memang sangat sensitif. Membawanya ke sini mungkin bukan keputusan yang tepat.Setelah keributan itu mereda, seorang pria yang tampak berusia lanjut, berdiri sambil mengelus-elus janggutnya. "Bu Tiffany, kami tahu Anda baru saja menjadi presdir dan ingin berbagi kebahagiaan dengan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 109

    Begitu Tiffany berkata demikian, wajah Aditya langsung berubah muram. Dia melemparkan proposal yang telah disiapkannya hari ini ke atas meja dengan keras dan matanya menatap tajam ke arah Tiffany. "Apa maksudmu?""Baru saja menjabat sudah mau mecat pegawai lama? Kalau kamu begini, nggak akan bisa bertahan lama!"Tiffany mengatupkan bibirnya. Sorot matanya tetap dingin saat bertemu dengan tatapan Aditya. "Aku nggak tahu apakah aku bisa bertahan lama atau nggak. Tapi yang aku tahu, seberapa hebat pun seseorang, dia tetap harus punya sopan santun."Wajah Aditya memucat, tapi Tiffany seolah-olah tidak melihatnya dan melanjutkan dengan tegas, "Kamu nggak tahu apa-apa, tapi kamu menggunakan tuduhan yang nggak berdasar untuk menghina suamiku. Nggak peduli seberapa hebatnya pun kemampuanmu, kamu tetap saja orang yang nggak punya moral dan nggak tahu cara menghormati orang lain."Aditya tertawa dingin. "Orang sial seperti dia mau berharap dihormati?"Tiffany menggertakkan giginya. "Suamiku lahi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 110

    Liam menarik napas dalam-dalam, merasa bingung bagaimana caranya meyakinkan Tiffany. Namun ketika menoleh, dia melihat Sean di belakang Tiffany.Dia berjalan mendekati Sean. "Pak Sean, aku tahu Anda sudah lama terisolasi dan pasti merasa sangat tertekan dan aku juga tahu hubungan Anda dengan Bu Tiffany sangat baik. Tapi masalah ini berawal dari Anda.""Bu Tiffany baru saja mengambil alih perusahaan kemarin, nggak seharusnya kita kehilangan begitu banyak manajer secepat ini. Apakah Anda nggak merasa bertanggung jawab untuk membujuk Bu Tiffany?"Tiffany mengerutkan alisnya, lalu melemparkan pandangan tajam pada Liam. "Apa maksudmu?""Tiff." Sean tersenyum lembut, lalu memutar kursi rodanya ke hadapan Tiffany. "Suruh mereka keluar dulu."Tiffany mengerucutkan bibirnya, tetapi tetap menuruti ucapan Sean. Dia memberikan perintah agar Liam membawa semua orang yang tersisa keluar dari ruang rapat. Setelah pintu ruang rapat tertutup, ruangan besar itu hanya menyisakan Tiffany dan Sean berdua.

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 111

    Tiffany awalnya menatap Sean dengan kaget, kemudian tampak takjub dan akhirnya berubah menjadi tatapan kagum. Ternyata dia tidak salah pilih! Suaminya memang yang terbaik!Tanpa memedulikan tatapan dari para kandidat yang ada di ruangan itu, Tiffany langsung mengangkat wajah Sean dan mencium pipinya dengan penuh semangat berkali-kali. Suasana di ruang rapat menjadi sangat hening.Orang-orang yang dibawa oleh Sofyan sebenarnya bukanlah pelamar biasa, melainkan tim inti yang diperintahkan Sean untuk kembali dari luar negeri semalam. Mereka adalah para profesional yang sudah lama bekerja di perusahaan global Sean di luar negeri.Para elite ini memiliki kesan bahwa Sean adalah sosok yang dingin, angkuh, tak berperasaan, dan tak suka didekati oleh orang asing. Jadi, ketika melihat Sean diperlakukan seperti itu oleh Tiffany yang mencium wajahnya berkali-kali, semua orang langsung tercengang."Sudah, cukup."Sean tersenyum lembut sambil mengusap kepala Tiffany dengan penuh kasih sayang. "Oran

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 112

    Sofyan mengerutkan alisnya, kemudian keluar dari ruang rapat dan menelepon Charles."Oke, aku mengerti!" Charles yang sedang berbaring di tempat tidur, memutar matanya sambil melirik Garry yang masih sibuk membersihkan klinik. "Di lantai satu gedung Grup Maheswari ada pasien yang mengalami luka bakar. Pergilah ke sana dan tangani."Sofyan memberi tahu Charles bahwa Tiffany yang mengalami cedera dan meminta Charles datang sendiri. Namun, Charles hanya mendengus. Dia tahu jika Tiffany benar-benar terluka, mengingat betapa Sean memanjakannya, reaksi pertamanya pasti langsung mengutus mobil untuk menjemput Charles langsung!Namun, kali ini Sean hanya meminta Sofyan menyampaikan pesan dan meminta Charles untuk menangani kasus ini? Charles merasa yakin bahwa yang terluka mungkin hanyalah salah satu kenalan Sofyan.Berhubung yang terluka hanya teman Sofyan, Charles merasa tidak perlu repot-repot datang sendiri. Mengirim Garry ke sana adalah pilihan terbaik.....Klinik Charles tidak terlalu j

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 113

    "Tiff." Garry menundukkan kepalanya menatap Tiffany dengan serius. "Apa yang dibilang temanmu itu sungguhan?"Tiffany bersandar di sofa. Wajahnya pucat karena menahan rasa sakit hingga keringat dingin mengalir di dahinya. Saat Garry merawat lukanya tadi, sepertinya dia sempat melamun dan tidak sengaja menekan terlalu keras. Luka Tiffany yang tadinya memang sudah sakit, kini terasa semakin menyiksa.Namun, dia tetap berusaha menahan rasa sakitnya dan mencoba untuk terlihat tenang. Lantaran Tiffany tidak langsung menjawab, Garry kembali bertanya, "Apa benar suamimu bisa melihat?""Ah?" Tiffany tersadar dari lamunannya dan memaksakan senyuman, meski terlihat kaku. "Aku juga nggak tahu .... Seingatku, dia pernah bilang kalau matanya bisa melihat saat dia sangat cemas.""Tapi waktu itu aku agak linglung, jadi nggak bisa membedakan apakah aku sedang bermimpi atau kenyataan." Saat berkata demikian, tanpa sadar Tiffany melirik jarinya yang masih ditempeli plester.Sebenarnya dalam hatinya, dia

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 114

    "Kamu bilang kalau aku yang pergi, suamimu pasti tahu kamu ada masalah. Tapi memangnya dia nggak tahu kalau kamu pergi ke sana dengan kaki pincang begini?"Tiffany tetap mengangguk tanpa menoleh. "Iya. Dia kan buta."Julie terdiam. Seketika, dia tidak tahu harus bagaimana membantahnya.Akhirnya, Tiffany tetap membawa kopi itu sendiri ke ruang rapat. Meski Sean tidak bisa melihat, ruangan itu penuh dengan orang lainnya. Dia tidak ingin membuat orang bergosip.Oleh karena itu, meskipun kakinya terasa sangat sakit, Tiffany berpura-pura tidak terjadi apa pun. Sambil membawa dua cangkir kopi, dia perlahan-lahan berjalan ke sisi Sean.Setiap langkah yang dia ambil membuat luka bakar di kakinya terasa semakin menusuk. Wajah Tiffany semakin pucat dan keringat dingin mengucur deras di dahinya. Dia bergerak selangkah demi selangkah dengan susah payah menuju ke sisi Sean.Dalam hati, dia bahkan merasa agak lega bahwa suaminya adalah seseorang yang tidak bisa melihat apa pun. Sean yang duduk di ku

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 115

    Ruang rapat itu hening selama beberapa detik. Setelah itu, terdengar suara serempak yang bergemuruh, "Siap! Kami akan mengingatnya!"Tiffany tersentak kaget. Wajahnya langsung memerah karena bercampur antara malu dan terkejut. Dia mencoba melepaskan diri dari pelukan Sean."Jangan banyak bergerak!" seru Sean memperingatkannya.Namun, Tiffany masih berusaha keluar dari pelukannya. Ruangan ini penuh dengan orang! Ini benar-benar memalukan .... Dia berjuang beberapa kali, lalu tiba-tiba merasakan rasa sakit yang tajam di kakinya. Wajahnya pucat dan dia pun berhenti bergerak.Sean menunduk melihat keringat dingin di dahinya karena menahan rasa sakit. Tatapannya menjadi semakin suram. Dia langsung menggendong Tiffany, lalu mendorong kursi rodanya keluar dari ruang rapat."Rapat dibatalkan!" perintahnya.Sofyan buru-buru mengikuti mereka. Dia segera mencari ruangan medis agar Sean bisa membawa Tiffany ke sana.Dengan lembut, Sean meletakkan Tiffany di tempat tidur di ruangan medis tersebut,

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 499

    Setelah menenangkan Tiffany, Sean kembali sibuk dengan pekerjaannya. Tiffany memegang ponselnya, ragu apakah harus mengirim pesan kepada Xavier. Namun, sebelum dia memutuskan, telepon dari Xavier sudah masuk."Kelinci kecil, Bibi Niken minta aku menanyakan apakah kamu punya waktu besok untuk makan bersama. Dia ingin mengetahui lebih banyak tentang makanan yang kamu sukai saat ini."Tiffany menggigit bibirnya, lalu memikirkan makanan yang belakangan ini dia suka dan satu per satu memberitahukan semuanya kepada Xavier."Baiklah, sampai jumpa besok."Xavier hendak menutup telepon ketika Tiffany tiba-tiba memanggilnya. "Tunggu sebentar."Tiffany menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Aku mau bilang sesuatu."Pria di seberang telepon tampak terkejut sesaat, kemudian bertanya dengan nada datar, "Ada apa?"Tiffany menghela napas panjang sebelum akhirnya menceritakan semuanya kepada Xavier tentang permintaan Derek agar dia mengganti namanya."Aku ... sebenarnya nggak terlalu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 498

    "Ini rumah Tiffany dan Sean! Kamu tinggal di sini makan, minum, dan tidur gratis, tapi masih banyak bicara!"Cathy memutar matanya. "Aku cuma ingin membantu Tiffany menyelesaikan masalahnya.""Kamu itu lagi memprovokasi! Makan anggur saja nggak bisa membungkam mulutmu!" Setelah berkata demikian, Derek menoleh ke arah Tiffany. "Tiffany, Kakek nggak akan memaksamu. Kamu pertimbangkan baik-baik.""Kalau kamu nggak mau pakai nama Keluarga Japardi, pakai nama Keluarga RImbawan juga nggak masalah. Kita bisa bilang kamu mengikuti nama keluarga ibumu."Tiffany menggigit bibirnya dan tidak menjawab. Sebenarnya, dia hanya ingin tetap menggunakan nama dan nama keluarga yang sekarang, tetap menjadi Tiffany Maheswari. Namun ... sepertinya itu tidak semudah yang dia harapkan.Dengan senyum getir, dia berkata pelan, "Baik, Kakek, beri aku waktu untuk memikirkannya." Setelah itu, Tiffany bangkit dan berjalan ke lantai atas.Saat mencapai tangga spiral, dia mendengar Cathy yang masih bersandar di sofa,

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 497

    Tiffany berdiri di tempat, merasakan hawa dingin menyelimuti tubuhnya. Dia menarik napas panjang."Kakek, aku mengerti bahwa keluarga besar seperti Keluarga Japardi memiliki aturan dan tradisi mereka sendiri. Hanya saja ...."Tiffany belum siap sepenuhnya untuk benar-benar menjadi Nona Kedua Keluarga Japardi. Apalagi mengganti nama dan nama keluarganya.Sejak dia bertemu kembali dengan Keluarga Japardi, waktu yang berlalu bahkan belum genap satu minggu. Baginya, tidak mungkin dia melupakan semua kebaikan dan kasih sayang dari Kendra dan Indira hanya karena waktu singkat itu.Di dalam hatinya, Kendra dan Indira adalah sosok yang tak tergantikan dan tidak mungkin dihapuskan."Kakek, kenapa maksa Tiffany untuk mengganti namanya?"Dari tangga spiral di lantai atas, Cathy turun dengan senyum tipis di bibirnya. "Tiffany punya pemikirannya sendiri. Mungkin dia bahkan nggak menganggap posisi Nona Kedua Keluarga Japardi itu istimewa?"Tiffany menggigit bibirnya.Meski dia tahu Cathy selalu puny

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 496

    Zara mengerutkan alis, tampak sedang berpikir.....Dalam perjalanan kembali ke rumah Sean setelah keluar dari butik pengantin, Tiffany memandang ponselnya dengan ragu selama beberapa saat. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengirimkan fotonya mengenakan gaun pengantin kepada Indira.[ Bibi, aku akan adakan pernikahan. Bibi bisa datang nggak? ]Tiffany tahu bahwa Indira sekarang telah menikah lagi. Bahkan jika Kendra telah kembali, Indira mungkin tetap tidak akan datang .... Namun, Tiffany tetap berharap bahwa Indira bisa hadir dan melihat pernikahannya secara langsung.Bagaimanapun, selama 19 tahun masa lalunya, Indira adalah sosok yang benar-benar berperan sebagai ibunya. Meskipun Indira hanya mengizinkannya memanggil "Bibi," bukan "Ibu".Tak lama kemudian, Tiffany menerima balasan dari Indira.[ Nggak ada waktu. ]Tiga kata yang kejam itu membuat hati Tiffany terasa seperti diremas dengan kuat. Dia menggigit bibir, ragu untuk waktu yang lama, lalu akhirnya mengetikkan pesan lain.[ Bib

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 495

    Di bawah arahan Xavier, para penjahit di butik pengantin mulai membongkar dan menggabungkan dua gaun pengantin tersebut.Satu jam kemudian, Tiffany berdiri di depan cermin dengan mengenakan gaun pengantin yang merupakan perpaduan sempurna dari dedikasi Sean dan Niken. Dia memandang bayangannya di cermin, bibirnya melengkung dengan senyuman tipis. Ternyata, hasilnya benar-benar sangat indah.Saat ini, dia seharusnya merasa bahagia, bukan?"Bagus," komentar Niken dengan nada datar sambil melirik gaun pengantin yang dikenakan Tiffany. Dia lalu mengenakan kembali topengnya dan bangkit berdiri. "Xavier, kita pulang."Tiffany tertegun sejenak, lalu menoleh ke arahnya. "Anda mau pergi sekarang?"Niken mengangguk ringan. "Tujuanku ke sini hari ini cuma untuk melihatmu mencoba dan memilih gaun pengantin. Karena semuanya sudah selesai, tentu aku harus pergi."Tiffany menggigit bibirnya. "Aku pikir ...."Tiffany mengira Niken datang hari ini untuk mengakuinya seperti saat dia bertemu dengan Brons

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 494

    Namun, kemiripan Tiffany dengan Niken hanya sebatas penampilan. Tiffany merasa, aura yang dimiliki Niken adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa dia capai seumur hidupnya.Sorot mata Niken dingin, anggun, tenang dan berwibawa. Tatapan yang mencerminkan pengalaman menyaksikan begitu banyak suka dan duka dunia, penuh kebijaksanaan dan sekaligus kehampaan.Bahkan saat menatap putri kandungnya yang sudah 19 tahun tidak dia temui, mata Niken tidak menunjukkan banyak emosi, baik kegembiraan maupun keterkejutan."Terpana?" Niken tersenyum tipis, lalu menunjuk tempat di sebelahnya. "Duduk."Tiffany menggigit bibir, lalu duduk di sisi Niken dengan sedikit canggung.Ketika kakeknya mengatakan bahwa ibunya akan datang, Tiffany telah membayangkan ribuan skenario tentang pertemuan mereka. Dia mengira pertemuan itu akan penuh emosi seperti saat dia bertemu ayahnya. Berpelukan sambil menangis tersedu-sedu.Namun .... Dia melirik ke arah wanita di sebelahnya yang ekspresinya tetap tenang dengan tak

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 493

    Kendra mengangguk pelan dan melangkah mendekat. Dia ingin mengulurkan tangan untuk memeluk Tiffany, tetapi tetap ragu-ragu. Dia hanya berdiri terpaku di tempat dengan tatapan penuh kasih sayang. "Tiffany.""Paman!"Sudah lama mereka tidak bertemu. Dalam sekejap, semua perasaan yang selama ini terpendam. Kekhawatiran, rasa tertekan, ketidakberdayaan, dan kesedihan ... semua membanjiri hati Tiffany.Tanpa peduli apa pun, dia berlari ke arah Kendra dan memeluknya erat. "Paman! Aku khawatir sekali sama Paman!"Kendra mengatupkan bibirnya dengan gugup dan melirik ke arah Niken sejenak. Dia ingin memeluk Tiffany, tapi rasa takut membuatnya ragu.Bagaimanapun ... sejak asal-usul Tiffany terungkap, Kendra, seorang pengawal dari desa kecil, merasa bahwa dia tidak pantas menerima panggilan "paman" dari Tiffany.Perbedaan status mereka terlalu besar. Tiffany yang seharusnya menjadi gadis yang dimanjakan oleh takdir, justru harus menderita selama bertahun-tahun karena sebuah keputusan dari Kendra.

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 492

    Gadis itu menarik napas dalam-dalam. "Biar Ayah, Kakek ... dan juga Ibu ... memberikan pendapat mereka."Setelah berkata demikian, dia mengambil ponselnya dan memotret kedua foto tersebut satu per satu, lalu menyerahkannya kepada Xavier. "Kamu bantu tanyakan sama dia, ya."Fakta bahwa dia adalah putri Niken yang sebenarnya bukan lagi rahasia. Oleh karena itu, Tiffany tidak merasa perlu untuk terlalu sungkan dengan Xavier.Xavier melihat foto-foto di tangannya sambil tersenyum.Pria itu meregangkan tubuh, lalu menoleh ke arah lantai tiga. "Bibi Niken, dari dua pilihan ini, salah satunya adalah desain Anda.""Meski dia masih ragu, itu artinya di dalam proses pilihannya, dia tetap tidak bisa mengabaikan gaun pengantin yang Anda buat untuknya. Apakah Anda masih ingin terus menikmati pertunjukan ini dari atas?"Perkataan Xavier membuat Tiffany terkejut hingga matanya membelalak. Dia menoleh secara refleks ke arah lantai tiga ....Di sana dia melihat sekumpulan penjaga berbaju hitam berdiri

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 491

    "Benarkah?" Tiffany merasa agak canggung, lalu merapikan sedikit bagian bawah gaunnya. "Aku merasa seperti aku bukan diriku lagi." Saat ini, gayanya memang benar-benar bertolak belakang dari dirinya yang biasa.Xavier menarik napas dalam-dalam. "Kelinci kecil, kamu harus lebih percaya diri sama dirimu sendiri. Kamu cantik sekali."Tiffany mengangguk dengan serius, begitu gugup hingga dia bahkan lupa bertanya mengapa Xavier ada di sini. Dia memalingkan wajah, melihat ke arah Julie dan Zara. "Menurut kalian gimana?""Cantik sekali." Julie tersenyum tipis sambil memberikan pendapatnya. "Tapi memang agak berbeda dari gaya yang biasa kamu pakai, jadi kamu merasa agak canggung."Zara juga mengangguk setuju. "Coba saja beberapa gaun lainnya. Mungkin di antara beberapa gaun berikutnya, ada yang membuatmu merasa lebih nyaman."Tiffany mengangguk serius. Baru saja dia hendak berbalik menuju ruang ganti, Xavier memanggilnya. "Kelinci kecil!" Tiffany terkejut dan menoleh ke belakang.Klik.Saat ga

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status