Share

02. Sebuah Penawaran

"Bumi Cakrawala Suherman."

Karina kini duduk di single bed seraya memandangi kartu nama yang dia dapatkan dari pria asing tadi siang.

Awalnya, Karina tidak mengetahui siapa pria asing yang secara tiba-tiba mengajaknya untuk menikah itu.

Namun, setelah diberikan sebuah kartu nama dan ada logo perusahaan yang tertera di sana akhirnya Karina tahu bahwa Bumi adalah cucu satu-satunya pendiri production house dan agensi pertama di Indonesia, Jimmy Suherman dari The One Group.

Karina tentu saja terkejut bisa bertemu secara langsung dengan orang yang baru satu bulan dinobatkan sebagai 'CEO' di The One Group.

Pasalnya orang yang digadang-gadang menduduki kursi tertinggi itu sangat sulit dicari di berbagai media massa, seperti sedang menyembunyikan diri?

Tidak lama dia menurunkan kartu nama itu, lalu menghela napas panjang. Pikirannya melalang buana ke kejadian saat dia di kafe bersama Bumi.

"Kamu mungkin bertanya-tanya dengan ucapan saya di halte bus tadi," ucap Bumi kala itu saat keduanya duduk di salah satu kursi kafe.

Karina mengangguk pelan. "Ya, jujur aja saya kaget waktu Anda tiba-tiba ngajak saya nikah. Padahal kita gak pernah ketemu sebelumnya."

Bumi mengangguk mengerti, lalu menggeser sebuah kartu nama di atas meja pada Karina, dan diterima oleh perempuan itu.

Tanpa sadar Karina melotot. "The One Group?" gumamnya.

"Seperti yang tertera di kartu nama itu, saya wajah baru CEO The One Group," ungkap Bumi tegas.

"Saya ingin melakukan penawaran dengan kamu," tambahnya ketika Karina hanya diam saja tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Mata Karina berkedip beberapa kali, lalu bertanya dengan kening yang berkerut, "Penawaran? Penawaran apa, ya, maksudnya?"

Bumi berdeham sekali lagi, "Begini, mungkin ini akan terdengar konyol di telinga kamu. Tapi, saya benar-benar butuh bantuan kamu."

"Kakek saya, Jimmy Suherman, menginginkan saya untuk menikah sebelum jatah hidup beliau di dunia habis. Maka dari itu, saya ingin mengajak kamu untuk bekerja sama dalam pernikahan kontrak selama satu tahun," paparnya.

Karina tidak langsung menjawab, tetapi ia memilih untuk meneliti wajah Bumi. "Anda mabuk, ya? Kenapa malah ngajak saya? Kenapa gak pacar Anda aja yang Anda ajak nikah?"

"Udah, ah, jangan ngawur. Mending saya pergi aja dari sini. Saya sibuk," imbuhnya seraya berdiri dari kursi.

"Saya tidak memiliki seorang pacar," cegah Bumi sebelum Karina melangkahkan kaki.

"Oh. Ya udah, Anda nyari yang lain aja, saya gak minat."

"Saya akan membantu kamu dalam mencapai impian kamu sebagai aktris terkenal." Bumi kembali mencegah kepergian Karina, dan itu membuahkan hasil karena perempuan itu kini berbalik menatapnya.

"Kamu sudah tahu, 'kan, kalau saya memegang jabatan sebagai CEO di The One Group? Mudah bagi saya untuk mengangkat karir kamu di bidang seni peran dalam waktu sekejap," tawarnya lebih jelas.

Karina kembali meneliti penampilan Bumi dari ujung rambut hingga ujung sepatu pantofel pria itu.

Dia bertanya-tanya bagaimana Bumi bisa tahu kalau dirinya sedang meraih mimpi sebagai aktris terkenal?

"Saya tahu apa yang kamu pikirkan tentang saya, tapi maaf saya tidak bisa menjelaskannya sekarang, karena saya ada pertemuan dengan seorang klien. Jadi, untuk menghemat waktu kamu boleh memikirkan tawaran saya sebelumnya."

"Saya akan menagih jawaban kamu satu minggu dari sekarang. Saya, permisi," ucap Bumi lalu pergi.

Karina mendengkus kala kembali mengingat bagaimana cara pria itu pergi dari hadapannya ketika di kafe.

"Dasar manusia sombong. Dikira cuma dia doang yang sibuk? Gue juga kali," gerutunya.

Dia pun merebahkan tubuhnya di ranjang dan berusaha tidur.

"Saya akan membantu kamu dalam mencapai impian kamu sebagai aktris terkenal."

Sayangnya, ucapan Bumi mendadak terngiang di kepala Karina.

Penawaran tersebut terdengar menggiurkan. Namun, bukankah dirinya sama saja seperti orang-orang di luar sana yang memanfaatkan sebuah koneksi jika dia mengambil penawaran itu?

Karina menggaruk kepala. "Tau ah, pusing. Yang jelas gue gak akan nerima penawaran itu," lirih lalu tertidur.

*****

Sayangnya, Karina merasa ada dedemit yang mengikuti dirinya.

Sudah seminggu sejak gagalnya dia mendapat peran di film, lagi-lagi Karina harus gagal mendapatkan peran untuk sinetron yang akan tayang tiga bulan lagi.

Alasannya sama, ada artis pendatang baru yang memakai kata 'relasi' dari artis senior!

Menahan emosi, Karina menuju kost-an sahabatnya.

"Nyebelin!" omelnya begitu tiba.

"Yeiy kenapa, sih? Dateng-dateng langsung nyelonong ke kamar, terus tiduran di kasur eikeu. Terus sekarang ngomel-ngomel gak jelas lagi," tegur seorang pria bergaya kemayu yang tengah memegang kapas dengan jari kelingking diangkat.

"Gue kesel banget, Titi! Masa tadi gue udah effort banget buat mendalami karakter biar dipilih sama juri, eh tahu-tahu salah satu staf di sana ngomong ke gue gini, "Maaf, Mbak, untuk peran yang ini ternyata sudah di-booking". Ngomong gitu coba, Ti! Kan gue kesel. Buang-buang waktu tahu, gak?!"

Tiko Slamet yang sering dipanggil 'Titi' karena gayanya yang kemayu menghela napas. "Koneksi lagi?"

Karina mengangguk lesu. "Iya. Capek tahu, gak? Setiap ada kesempatan bagus di depan mata gue, eh malah ditikung sama orang yang katanya punya koneksi itu. Pokoknya sebel! Sebel! Sebel! Kapan karir gue naik, Titi?" pungkasnya, menahan isakan.

"Kalau kaya gini terus, gue kasian sama Mama yang udah percaya penuh ke gue. Gue ngerasa jadi anak gagal, karena gak bisa bahagiain Mama."

Melihat itu, Tiko buru-buru menghampiri Karina yang terisak. "Hush! Jangan ngomong gitu, Rina. Bukannya gak bisa, tapi belum. Nanti juga lo bakalan bikin Mama Rahma bahagia," imbuhnya menenangkan sahabatnya itu.

"Lagian gue malah mikir kalau Mama Rahma udah bahagia, karena dengan adanya lo di dunia Mama Rahma udah bahagia," imbuhnya yakin.

"Tapi--"

"Udah ah, jangan banyak tapi-tapian. Gue yakin karir lo bakalan sukses ke depannya, begitu pun dengan karir gue."

Karina menatap Tiko masih dengan sisa-sisa air mata dan mata merah, lalu merentangkan kedua tangan. "Titi! Gue beruntung banget bisa sahabatan sama lo," tukasnya seraya memeluk tubuh pria kemayu itu.

Tiko pun membalas pelukan Karina, "Gue juga beruntung banget bisa ketemu sama lo yang udah terima gue apa adanya, tanpa banyak nyinyir," sahutnya.

Karina kadang aneh dengan Tiko, di saat sedang serius pria kemayu itu akan mengeluarkan sisi pria yang hangat, dan saling mengerti.

Namun, di saat tidak terlalu serius akan kembali menjadi kemayu.

"Oh iya, yeiy udah baca berita hari ini belum?"

Nah kan, Tiko akan merubah vokal dan gayanya menjadi kemayu lagi. Walaupun begitu, Karina tetap merasa bersyukur bisa bertemu dengan seorang Tiko Slamet.

Diperhatikannya Tiko yang menggapai ponsel di atas nakas samping ranjang.

Setelahnya, membuka media sosial, dan menggulir beberapa laman berita online hingga menghentikan pada berita yang dimaksud. "Ini, coba yeiy baca."

Karina lantas menerima ponsel Tiko, lalu membaca judul berita yang tertera di sana.

[DIDUGA SEBAGAI WAJAH BARU THE ONE GROUP PRIA INI TERLIHAT SEDANG BERSAMA DENGAN SEORANG PEREMPUAN DI KAFE LIGHT OUT!]

Deg!

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status