"Baiklah." Walaupun bingung dengan permintaan Karina, Bumi tetap menyetujui ucapan perempuan itu.Diikutinya Karina keluar dari kamar inap ibunya setelah menundukkan kepala, sopan.***"Saya ingin kita menikah saat Mama saya sudah sembuh," tukas Karina setelah berada di luar kamar inap.Bumi mengerutkan keningnya. "Kamu bawa saya keluar cuma mau ngomong kaya gitu? Saya kira ada yang penting.""Tapi itu sangat penting bagi saya. Walaupun nanti yang membiayai, dan mengurus segala kebutuhan pernikahan adalah kamu. Tapi, saya sangat tahu bagaimana watak Mama saya," pungkas Karina."Mama saya akan tetap berusaha untuk ikut membantu dalam segala kebutuhan pernikahan kita nanti. Dan saya gak ingin Mama kecapean karena belum sepenuhnya sembuh, lalu berakibat fatal nantinya."Bumi tahu apa yang menjadi ketakutan bagi Karina. Toh, dia pun tidak setega itu membuat seorang wanita paruh baya kecapean karena membantu pernikahannya nanti."Kamu tenang saja. Saya tidak akan menikahi kamu dalam waktu
Sejak insiden lingerie tadi, Karina tak bisa tenang.Dia bahkan tidak bisa memejamkan matanya. Terlebih, Bumi pun sampai saat ini belum kembali ke kamar setelah acara pesta pernikahan selesai. "Lho? Kenapa gue harus mikirin dia?" ucap Karina tanpa sadar menepuk-nepuk pipinya, "Mendingan gue tidur sekarang."Segera, gadis itu merebahkan tubuhnya dan menarik selimut sampai dada. Hanya saja, baru akan menutup mata, tiba-tiba pintu kamar telah terbuka. Wangi parfum Bumi langsung semerbak memenuhi penciumannya!Dengan cepat, Karina menutup matanya untuk berpura-pura tidur.Di sisi lain, Bumi menoleh ke arah ranjang.Menyadari sang istri sudah tertidur, dia pun membuka jas pengantinnya, lalu berjalan menuju kamar mandi.Karina mengintip sedikit saat mendengar pintu kamar mandi telah tertutup kembali.Hanya saja, baru ia mengembuskan napas lega, tiba-tiba pintu kamar mandi kembali terbuka! "Kok cepet banget sih, mandinya? Dia gak mungkin mandi ular, 'kan?" ucap Karina dalam hati, berusa
"Kakek tahu apa yang sedang kamu rencanain." Deg! Bumi menatap sang kakek dengan sorot penuh kehati-hatian. "Maksud Kakek, apa? Bumi gak ngerti," sanggah Bumi seraya tertawa kecil. Berusaha agar kakeknya tidak mengetahuinya bahwa dia tengah dilanda kepanikan. Namun, sepertinya usaha Bumi yang mengelak menemukan jalan buntu, karena Jimmy menyadarinya. "Jangan tegang begitu, Nak," pungkas Jimmy. Lalu, pria yang sudah tidak muda lagi itu memandangi sesuatu di balik jendela kamar tidur Bumi yang menyajikan pemandangan indah. Sebuah lautan yang dikelilingi oleh tebing gunung yang tinggi. "Kakek punya cerita. Kamu mau denger gak, Mi?" Jimmy menatap Bumi sekilas, lalu kembali menatap ke depan. "Apa itu?" Jimmy menghela napas panjang sebelum memulai cerita. "Kakek punya cucu satu-satunya, namanya Bumi Cakrawala Suherman. Dulu--""Kakek." Bumi melihat sang kakek dengan sorot mata tidak ingin bercanda. Jimmy hanya bisa terkekeh dengan respon Bumi. Lalu mengangguk, "Baik, baik. Kali ini
Karina mencebikkan bibirnya melihat bagaimana Bumi memonopoli ibunya. Awalnya dia ingin menolak kehadiran Bumi saat pria itu menawarkan diri untuk bergabung, tetapi ibunya malah menyambut dengan baik. Sedangkan di sisi kanan Karina ada Tiko, pria kemayu itu masih ber-swafoto dari berbagai sudut. "Udah sih, jangan manyun terus kaya gitu. Nanti bibir yeiy pegel, lho," celetuknya ketika melihat raut Karina yang sangat tidak enak dipandang. Karina menoleh pada Tiko sejenak, lalu menghela napas panjang. Dia kembali menatap ke arah ibunya dan Bumi. "Gue tuh pengen hari ini khusus buat jalan-jalan sama Mama, sama lo juga, tanpa ada orang lain sebelum gue tinggal sama Bumi," imbuhnya. "Laki yeiy bukan orang lain. Dia suaminya yeiy." "Iya, tahu. Tapi ...." "Tapi apa, hmm?" Tiko menatap Karina dengan senyuman jahil dan alis yang digerakkan. "Apa sih, Ti?" Karina membalas tatapan Tiko dengan sinis. Tiko seketika tertawa. "Kenapa lo malah ketawa, Ti? Gak ada yang lucu juga di sini," pu
Hari ini adalah kepulangan Rahma, Tiko, Jimmy, dan Diego setelah melaksanakan liburan sekaligus menjadi saksi pernikahan Karina dan Bumi di Swiss. Seperti perkataan Jimmy tempo hari bahwa dia memberi hadiah pada Karina dan Bumi berupa voucher untuk berbulan madu terlebih dulu di Swiss sebelum pulang ke Indonesia. Maka, pengantin baru itu hanya bisa mengantar anggota keluarga mereka sampai ke bandara. "Nanti kalau udah sampe di Indonesia kabarin Rina, ya, Ma." Karina berucap pesan pada sang ibu dengan memeluk wanita paruh baya itu yang sangat dia sayangi. "Iya, nanti Mama kabarin Rina kalau udah sampe," sahut Rahma dengan mengelus rambut panjang anak perempuannya. Karina meregangkan pelukannya, tetapi tangannya masih memegang lengan sang ibu. "Pokoknya jangan lupa kabarin Rina," ingatnya kembali. Rahma mengangguk, "Iya, Rina." Puas akan jawaban sang ibu, kini Karina menatap Tiko. "Lo juga, ya, Ti. Jangan lupa kabarin gue kalau udah sampe Indonesia." "Yeiy tenang aja, nanti yeiy
"Untuk yang kemarin lupain saja," tutur Bumi memecah suasana hening yang terjadi di mobil sejak meninggalkan kawasan bandara. Karina tidak langsung menjawab, dia mengerti apa maksud ucapan Bumi. Apa lagi jika bukan perihal nama panggilan? Apa dia sakit hati? Tentu saja tidak. Memangnya dia mengharapkan apa dari pria asing yang baru beberapa hari menjadi suaminya? Cinta? Karina tidak percaya akan namanya cinta, dan masih dini untuk menyimpulkan hal itu. Perempuan itu melirik sejenak pada Bumi yang tengah menyetir, lalu kembali menatap ke depan. "Iya." Ada jeda beberapa saat sebelum Karina menambahkan, "Lagipula kita enggak sedekat itu buat punya nama panggilan masing-masing."Bumi mengangguk, membenarkan ucapan Karina. "Kamu benar, kita enggak sedekat itu untuk memiliki nama panggilan," ucapnya pelan. Karina tidak membalas lagi, dia lebih memilih untuk menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi mobil. Lalu, menutup mata mencoba untuk tidur. Dan meninggalkan Bumi yang menyet
Setelah insiden satu minggu lalu di dapur, Karina tidak ingin lagi berlama-lama di tempat itu dan berbicara sendirian. Dan yang lebih utama adalah, dia tidak ingin bertatapan langsung dengan Bumi. Sebisa mungkin dia akan segera menghindar saat melihat keberadaan Bumi dalam jarak pandangnya. Sungguh! Kejadian itu membuatnya sangat malu dan ....Aahh! Entahlah, Karina tidak tahu harus berkata apa lagi. "Udah kali, Nek, jangan dipikirin terus. Udah terlanjur juga," celetuk Tiko yang tengah menemani Karina di salah satu kafe dekat rumah Bumi. "Lagian, yeiy, kebiasaan suka ngomong sendiri tanpa sadar situasi, sih. Jadinya malu juga, 'kan?" lanjutnya dengan menahan tawa. Jujur, ketika Karina menceritakan kejadian di dapur pada Tiko, pria kemayu itu tidak berhenti tertawa saat melihat wajah sahabatnya itu. "Siapa juga yang mikirin itu? Enggak kali, ya. Gue mah orangnya masa bodo-an," balas Karina. "Masa?"Karina memutar matanya jengah. "Au ah." Tiko semakin tertawa dengan respon Ka
Karina telah resmi menjadi artis di agensi milik Bumi, Happy Entertainment, sejak lima bulan lalu. Ya, pernikahan Bumi dan Karina sudah berjalan selama lima bulan lebih. Selama itu pula mereka masih hidup dalam urusan masing-masing. Selama Karina bergabung dengan Happy Entertainment, banyak projek yang menghampirinya. Seperti, iklan, film, drama series, dan sinetron stripping. Nama Karina Lavina pun semakin naik, dan selalu dicari di laman web internet. Tidak hanya nama Karina Lavina saja yang naik, tetapi nama Tiko Slamet pun ikut naik sebagai MUA pendatang baru yang keahliannya dapat diperhitungkan. Karena sejak Karina mulai menerima beberapa projek di dunia hiburan, dia selalu mengajak Tiko untuk menjadi MUA-nya, sekaligus memamerkan keahlian sang sahabat agar dilirik oleh MUA berpengalaman. Namun, kesuksesan yang baru saja Karina cicipi harus mengalami guncangan karena dia terseret dalam berita terpanas sebagai orang ke-3 dari sebuah hubungan rumah tangga orang lain. Karin