Karina telah resmi menjadi artis di agensi milik Bumi, Happy Entertainment, sejak lima bulan lalu. Ya, pernikahan Bumi dan Karina sudah berjalan selama lima bulan lebih. Selama itu pula mereka masih hidup dalam urusan masing-masing. Selama Karina bergabung dengan Happy Entertainment, banyak projek yang menghampirinya. Seperti, iklan, film, drama series, dan sinetron stripping. Nama Karina Lavina pun semakin naik, dan selalu dicari di laman web internet. Tidak hanya nama Karina Lavina saja yang naik, tetapi nama Tiko Slamet pun ikut naik sebagai MUA pendatang baru yang keahliannya dapat diperhitungkan. Karena sejak Karina mulai menerima beberapa projek di dunia hiburan, dia selalu mengajak Tiko untuk menjadi MUA-nya, sekaligus memamerkan keahlian sang sahabat agar dilirik oleh MUA berpengalaman. Namun, kesuksesan yang baru saja Karina cicipi harus mengalami guncangan karena dia terseret dalam berita terpanas sebagai orang ke-3 dari sebuah hubungan rumah tangga orang lain. Karin
Suasana canggung, dan tegang yang sempat Karina rasakan kini berganti menjadi sedikit lebih santai ketika Bumi bertanya dengan nada santai. "Hp kamu kenapa?" Nada suara Bumi terdengar biasa, tidak seperti tadi saat ada Rasyid dan Tika yang menggunakan suara wibawanya. Walaupun mereka jarang bertemu dan bercakap dalam waktu lama, tetapi Karina sudah hapal dengan kebiasaan pria di depannya ini jika hanya ada mereka berdua saja. "Maksud kamu apa, sih? Hp aku enggak kenapa-kenapa," balas Karina dengan mengerutkan kening. "Nih, lihat. Hp aku gak kenapa-kenapa, 'kan?" Dia memperlihatkan ponsel yang baik-baik saja pada Bumi. Bumi menatap ponsel Karina sekilas, lalu kembali menaruh atensinya pada wanita tersebut. "Terus, kenapa Mama enggak bisa hubungi kamu?" "Mama?" ulang Karina. "Mama siapa?" tanyanya dengan kening berkerut. Bumi mengangkat alis kanannya dengan pertanyaan Karina. Apa wanita di depannya ini sudah lupa dengan ibu kandungnya sendiri? Apa dia terlalu banyak memberik
Untuk mengisi kejenuhan dalam perjalanan menuju rumah ibunya, Karina menggunakannya dengan membaca beberapa komentar pada sebuah berita klarifikasi di laman web resmi The One Entertainment. Yang mana menyatakan bahwa berita tentang Rasyid dan Karina itu hanya berita palsu. Mereka terlihat bersama karena tengah membangun hubungan yang kuat untuk projek film yang keduanya bintangi. Karina cukup terpukau dengan kinerja staf The One Entertainment yang langsung bergerak cepat untuk membantah semua tuduhan tidak benar pada artis-artisnya. Tidak sedikit yang memberikan komentar positif, tetapi tidak sedikit pula yang memberikan komentar negatif. Kesal? Marah? Tentu saja Karina merasakan perasaan tersebut, tetapi karena sudah pernah mengalami hal tersebut Karina menanggapinya dengan biasa saja. Toh, berita tersebut tidak benar dan sudah diklarifikasi. Sedangkan di kursi kemudi, ada Bumi yang sesekali memerhatikan Karina.Dia tidak ingin menegur ataupun mengajak Karina untuk mengobrol se
Bumi berjalan di koridor rumah sakit dengan Pak RT dan dua warga. Mereka akan pulang setelah menunggu beberapa menit hingga keluarga korban sampai di rumah sakit. "Kamu ini menantunya Bu Rahma, ya?" tanya Pak RT setelah semuanya masuk dan duduk di mobil Bumi. Bumi menoleh ke arah Pak RT yang duduk di kursi penumpang bagian depan, seraya memasang sabuk pengaman. "Iya, Pak, saya menantunya Bu Rahma." Pak RT dan dua warga yang duduk di kursi belakang mengangguk. "Kamu cocok sama anaknya Bu Rahma, si Karina itu," celetuk salah satu warga di kursi belakang. "Iya, kamu sama Karina cocok. Soalnya sama-sama ganteng sama cantik," sambar satu warga lainnya. "Bener itu! Soalnya banyak yang bilang, katanya kalau laki-lakinya ganteng terus perempuannya cantik itu bakalan cocok." Pak RT ikut menimpali, dan membuat dua penumpang di belakang tertawa. Bumi terkekeh kecil dengan semua ucapan para penumpang mobilnya. Lalu, menggelengkan kepala, tidak terlalu percaya akan hal-hal tersebut. "Naman
Bumi menghela napas panjang, membuat dirinya lebih rileks. Sedangkan di balik dinding, kembali terdengar suara wajan yang beradu dengan spatula, menandakan Karina dan Rahma kembali memasak. Setelah dirasa lebih tenang, Bumi mengembuskan napas. Lalu, berjalan kembali ke depan pintu. Dia harus bertingkah layaknya orang yang baru sampai. "Assalamualaikum!" seru Bumi di depan pintu. Lalu, terdengar langkah seseorang dari arah dapur. "Wa'alaikumsalam," sahut Rahma yang menyambut kedatangan Bumi. Bumi menghampiri Rahma, lalu mencium punggung tangan wanita paruh baya itu. "Tadi gimana di sana, Nak?" Rahma menanyakan tentang para korban kecelakaan. "Semuanya sudah diperiksa. Kata dokter enggak ada luka serius, cuma lecet-lecet sama shock saja. Keluarga korban juga sudah datang ke rumah sakit," jawab Bumi. Rahma mengangguk. "Syukur alhamdulillah, enggak ada yang serius. Tadi waktu denger suara motor jatuh Mama panik banget, takut kenapa-kenapa sama mereka," ungkapnya. "Sekarang mere
"Nah, ayo Nak Bumi, di makan." Rahma telah selesai menyajikan semua menu makan malam, dan duduk di kursi meja makan bersama anak serta menantunya. "Kamu harus cobain sayur sop buatan Rina. Mama yakin kamu pasti langsung suka," tambahnya. Bumi mengangguk, dan tersenyum. "Iya, Ma, pasti saya cobain. Soalnya ini kali pertama saya makan masakannya Karina." "Loh, kamu emang gak pernah masakin makanan buat suami kamu di rumah, Rin?" tanya Rahma menatap Karina penuh tuntutan. Karina yang tengah mengambil nasi untuk diletakkan di piring harus terhenti sejenak. "Di rumah ada ART yang khusus buat masak, Ma," jawabnya. "Jadi, Rina gak--Rahma mencubit pinggang Karina yang berada di sampingnya, hingga membuat ucapan sang putri tidak selesai dan meringis. "Kamu ini, sesekali masakin makanan buat suami kamu apa susahnya?" "Aduh, Ma! Sakit ih.""Jangan kebiasaan pake jasa ART, Rina." Rahma kembali memberikan wejangan. Karina mengerucutkan bibirnya. "Tapi Rina lagi sibuk-sibuknya, Ma, jadi g
Bumi dan Karina setuju untuk menginap di rumah Rahma karena keadaan di luar tidak memungkinkan mereka pulang. Maka, mau tak mau kedua orang yang selalu bertingkah seperti orang asing itu harus berada dalam satu ruangan. Setelah selesai membantu sang ibu untuk mencuci piring, kini Karina sudah berdiri di depan pintu kamar tidurnya. Dia merasa canggung hanya untuk masuk ke kamarnya sendiri. "Dia udah tidur belum, ya?" gumamnya. Lalu, Karina melihat jam yang digantung di dinding. "Masih jam 8. Pasti dia belum tidur," lanjutnya. Tidak ingin terlibat dalam suasana canggung saat bertemu Bumi di kamar, Karina lebih memilih kembali ke dapur, dan membuat coklat hangat untuk menemaninya nonton televisi di ruang tengah. Karina duduk di sofa yang berhadapan dengan televisi, lalu mencari saluran tayangan yang dia inginkan. Akhirnya Karina menjatuhkan pilihan tayangan pada salah satu saluran televisi yang menayangkan film fantasi, di mana film tersebut menceritakan tentang empat saudara ya
Karina semakin melesakkan kepalanya pada sesuatu yang membuatnya nyaman. Dan dia pun mengeratkan pelukan pada sesuatu yang dianggap sebagai guling. "Mama emang jagoan kalau milih guling. Gulingnya nyaman banget," gumamnya. Karina mengigau dalam tidurnya. Dia tidak tahu saja bahwa sesuatu yang dipeluk dengan nyaman itu adalah tubuh Bumi. Tidak berbeda jauh dengan Karina, Bumi pun mengeratkan pelukan pada tubuh Karina yang dia anggap guling. Dua orang itu masih terlena akan nyamannya tidur dan pelukan, serta belum ada niatan membuka mata untuk menyambut pagi hari yang cerah. Hingga kenyamanan itu harus terusik dengan seruan Rahma di luar kamar tidur Karina. "Rina, bangun! Udah siang. Rina!" "Lima menit lagi, Ma," balas Karina. Namun, tentu saja Rahma tidak mendengar balasan dari Karina karena putrinya itu membalasnya dengan suara lirih. "Rina, bangun!" seru Rahma lagi. Sedangkan di dalam kamar, Karina semakin melesakkan kepala pada dada bidang Bumi. Merasakan ada sesuatu yan