Share

002. Bertemu Lagi...

Penulis: Dilla Maharia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-12 17:13:52

Ting! Ting!

Ponsel Aisyah berbunyi, pertanda sebuah pesan masuk.

Ia raih ponsel tersebut, pesan dari Rian muncul di layar ponselnya.

[Aisyah, nanti malam kita ketemu di tempat biasa ya.]

Rian, lelaki yang setahun belakangan ini menjalin hubungan dengannya. Aisyah pikir, pria itu menjadi satu-satunya orang yang ia harapkan untuk membantunya.

“Oke, Mas. Kebetulan aku juga ingin membicarakan sesuatu yang penting.”

Aisyah membalas pesan itu, ia kemudian bangkit dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia tak boleh larut dalam kesedihan. Dalam hati gadis itu, ia berharap agar Rian bisa menemukan solusi yang baik.

“Semoga saja kamu bisa membantuku, Mas.” Gumam Aisyah lirih.

Jelas saja ia berharap bahwa Rian pasti akan membantunya. Ia pikir, Rian pasti tidak akan rela bila Aisyah menikah dengan lelaki lain.

°°°

Pukul 19.30 wib.

Rian dan Aisyah bertemu di sebuah cafe yang berada di dekat rumah gadis itu. Rian memang belum pernah menjemput Aisyah langsung di rumahnya, meski hubungan mereka terbilang cukup lama.

Entah apa yang menyebabkan Rian bersikap seperti itu. Selama ini, pria itu selalu beralasan, jika dirinya belum siap untuk bertemu dengan keluarga Aisyah.

“Mau bicara apa, Mas?” Tanya Aisyah saat mereka sudah duduk bersama sambil menikmati minum di cafe tersebut.

Rian Menghela napas perlahan, pria itu menatap Aisyah dengan pandangan minta maaf, “Hem... Begini, Aisyah. Maaf, aku gak bisa nerusin hubungan kita!” Ucapnya to the point.

Dada Aisyah terasa sesak, kerongkongannya seakan tercekat. Pria itu mengakhiri hubungannya begitu saja?

“Maksud kamu kita putus??” Tanya Aisyah memastikan.

Rian mengangguk, “Minggu depan pertunangan aku dengan Mila di laksanakan. Mama aku sudah menyiapkan semuanya, Aisyah!”

Deg!

“Tunangan, Mas?” Ulang Aisyah, terkejut bukan main. Tubuhnya hampir saja limbung saking kagetnya dengan penuturan sang kekasih.

“Iya, Syah. Maaf, aku nggak bisa menolak perjodohan ini karena aku sangat menyayangi Mama aku!” Jelas Rian, semakin membuat pilu hati gadis itu.

“Tapi, Mas. Kamu sendiri dulu yang bilang ingin memperjuangkan aku?” Aisyah masih tak percaya.

“Maaf... Keputusanku sudah bulat, Aisyah! Lupakan saja, anggap semua hayalan kita selama ini hanya sebuah mimpi indah yang mampir sebentar!” Ucapnya dengan enteng.

Setelah pria itu berbicara, Rian pun bangkit dan pergi begitu saja meninggalkan Aisyah yang sangat terpukul.

Aisyah tak mencegah pria itu, ia masih duduk sambil meremas ujung bajunya. Sedetik kemudian air matanya mengalir tanpa ia sadari.

Dunia rasanya tidak adil, pikirnya. Satu-satunya orang yang ia harapkan bisa menolongnya, tapi malah orang itu menambah luka yang sama perihnya.

‘Ya Allah... Bagaimana ini? Kenapa dia jahat banget sama aku...’ Batin Aisyah dalam hatinya, seiring dengan sesak yang menghimpit dada.

“Ehem!”

Aisyah terlonjak kaget saat mendengar suara deheman seorang pria yang saat ini berada di depannya.

“Nangis lagi... Cengeng banget sih jadi cewek! Laki-laki pecundang kayak gitu ngapain kamu tangisin??!” Ucap pria itu.

“Kamu??” Pekik Aisyah, gadis itu terkejut melihat Galih yang tiba-tiba berada di hadapannya.

“Kamu itu suka banget nangis ya.” Ucap Galih.

Gadis itu dengan cepat mengusap air matanya. Tak mau terlihat cengeng di depan pria sok dekat itu!

“Siapa yang nangis? Aku cuma kelilipan!” Balas Aisyah, tak mau mengakui.

“Hem... Laki-laki pecundang seperti dia ngapain di tangisin? Mending kamu aku anter pulang aja! Daripada tinggal disini nangis terus!” Tawarnya, sorot matanya penuh keseriusan.

“Nggak usah! Makasih!” Aisyah buru-buru bangkit, kemudian berjalan keluar dari cafe tersebut.

“Tunggu!” Seru Galih, membuat langkah Aisyah terhenti dan menoleh pada pria itu.

“Karena kamu sudah jomblo... Lebih baik kamu terima tawaran aku! Daripada kamu harus menjadi istri ke empat juragan Bram.”

“Nggak minat keduanya!!” Tegas Aisyah, ia kemudian melanjutkan langkah menuju parkiran untuk mengambil motornya.

Setelah di area parkiran, Aisyah segera mencari sepeda motornya.

“Ya ampun... Kenapa bannya harus kempes segala sih.” Gerutu Aisyah saat melihat ban motornya yang kempes.

Ia menghembuskan napas berat, seberat masalahnya hari ini.

Gadis itu akhirnya lebih memilih menuntun motornya untuk mencari bengkel terdekat. Namun, sudah jauh Aisyah berjalan, tetapi belum juga menemukan tanda-tanda adanya bengkel.

“Ya Allah... Mana jalanan disini sepi banget lagi.’ Gumam Aisyah, merinding.

Bukan hantu yang Aisyah takuti. Melainkan mahkluk bejat yang akhir-akhir ini selalu membuat onar di jalan. Siapa lagi jika bukan club motor yang meresahkan.

Dari kejauhan, suara bising knalpot tiba-tiba terdengar. Jantung gadis itu seketika berdebar kencang.

“Ya Allah, lindungi hambamu ini Ya Allah.” Ucapnya penuh ketakutan.

Aisyah pun mengeluarkan seluruh tenaga untuk mendorong motornya dengan cepat.

Suara bising knalpot itu semakin dekat. Keringat dingin bercucuran membasahi tubuh gadis itu. Sorot lampu terlihat sangat terang dari arah belakang seiring dengan suara knalpot yang juga semakin mendekat ke arahnya.

“Motor kamu kenapa?” Tanya seseorang dari samping.

Aisyah menoleh ke arah sumber suara, “Kamu lagi?!” Pekiknya.

“Ooh, ban motor kamu kempes.” Ujarnya setelah melihat ban motor Aisyah.

“Berhenti dulu!” Pinta Galih.

Tak menghiraukan perkataan Galih, Aisyah terus saja berjalan sambil menuntun motornya.

“Dasar cewek budek.” Umpat Galih, kesal.

“Aku budek karena knalpot kamu yang bocor itu.” Jawab Aisyah judes.

Bibir Galih seketika melengkung, tersenyum samar. Ia pun mematikan mesin motornya, lalu berhenti di pinggir jalan.

Galih berjalan mendekati Aisyah, ingin mengecek ban motor gadis itu.

“Jam segini gak ada bengkel yang buka. Motornya di tinggal aja, biar aku yang antar kamu pulang!” Tawar Galih.

Aisyah mendelik. Apa mau pria ini sebenarnya?

“Iih... Modus! Gak mau ah.” Tolak Aisyah. Sejujurnya, ia takut melihat penampilan Galih yang seperti preman bejat.

“Oh, ya udah! Terserah kamu aja sih. Tapi jangan nangis lagi kalau nanti kamu ketemu geng motor terus kamu di_”

Aisyah bergidik ngeri membayangkan perkataan Galih barusan. “Tunggu! Iya iya! Aku ikut, tapi kamu jangan apa-apain aku.” Potong Aisyah cepat.

“Gak selera!” Sahut Galih, membuat Aisyah berdecak kesal.

Dengan rasa terpaksa, ia ikut dengan Galih. Gadis itu tidak ada pilihan lain, daripada harus mendorong motor sampai rumahnya dengan segala resikonya, lebih baik ia terima tawaran pria itu. Ia berharap, semoga Allah melindunginya dari preman yang satu ini.

“Motorku gimana?” Tanya Aisyah saat Galih menyuruhnya ikut di motor pria itu saja.

“Nanti aku suruh orang buat anterin motor kamu!” Jawab Galih sambil menyalakan mesin motornya.

“Astaga... Berisik sekali suara motormu ini!” Gerutu Aisyah.

Aisyah dengan menahan rasa kesal, naik ke motor tepat di belakang pria itu.

Galih tak menggubris perkataan Aisyah. Ia kemudian melajukan motor, meninggalkan tempat tersebut.

“Pegangan!” Teriak Galih.

“Udah! Ini aku udah pegangan!” Sahut Aisyah sedikit berteriak, suara knalpot motor Galih sangat berisik.

Bab terkait

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    003. Akan Ada Kejutan...

    Galih menatap ke arah spion motornya yang ia arahkan ke belakang. Rupanya gadis itu berpegangan pada bagian belakang jok motor. Galih tersenyum miring. Seakan merencanakan sesuatu? Tak lama setelah itu, ia melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Aisyah yang duduk di jok belakang, hampir saja terjengkang. Gadis itu terkejut bukan main, ia pun refleks melingkarkan tangannya ke pinggang Galih. Bisa-bisa ia jatuh jika hanya berpegangan di belakang jok motor saja. Kesal, Aisyah merasa Galih sengaja melakukan ini semua, agar gadis itu bisa memeluknya. Modus. Pikirnya. “Dasar preman modus!” Umpat Aisyah. Kesal bukan main. Sepanjang perjalanan. Galih hanya menahan tawa dalam hati karena mendengar Aisyah yang tak henti-hentinya mengoceh di belakang. ‘ Lucu! Gadis ini sangat unik.’ Batinnya. “Pelan-pelan aja jalannya. Kasian tetangga, takutnya mengganggu mereka!” Kali ini Galih menurut, karena sudah masuk area perkampungan. Pria itu pun memelankan laju motornya. Aisyah tak sadar, bahw

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    004. Tawaran Apa??

    Pagi mulai merekah usai semalam di liputi suasana yang menyesakkan. Aisyah sudah bangun pagi-pagi sekali. Gadis itu mencoba menghilangkan segala beban pikirannya sejenak. Ia harus bekerja, ada Fadil yang sudah menjadi tanggung jawabnya. “Kok kamu berangkat kerja, Syah?” Celetuk Rina setelah melihat Aisyah sudah siap dengan seragam kerjanya. “Ya Tante.” Jawab Aisyah sembari menyisir rambutnya. “Kalau kamu nikah sama juragan Bram, kamu gak perlu lagi capek-capek kerja, Syah. Hidup kamu bakalan terjamin. Dari makan, rumah, mobil, bahkan kamu bisa shopping tiap hari. Dari pada jadi penjahit terus, kerja dari pagi hingga sore, tapi tetap aja hidup kamu gini-gini aja!” Ucap Rina. Aisyah menghela napas berat. Lagi-lagi Rina menyuruhnya menikah dengan juragan Bram. Aisya berbalik badan, menatap Rina. “Tante, selama ini Aisyah gak pernah beli ini itu di karenakan uangnya dipakai untuk biaya pendidikan Fadil. Dan juga buat makan kita sehari-hari di rumah ini!” Ucapnya, membela diri. “Hal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    005. Tak Terima!

    “Tenang, juragan. Kita bisa bicara baik-baik.” Ujar Rais. Tak ingin emosi Bram semakin memuncak. “Kamu!” Tunjuk Herman pada Galih, “Pergi kamu dari sini! Saya gak sudi Aisyah menikah dengan kamu! Sampai kapan pun, saya gak akan pernah mau merestui!” Ucap Herman, ikut tersulut emosi. Bagaimana tidak? Selain hutangnya lunas, Bram juga menjanjikannya memberinya modal yang cukup besar untuk di kelola menjadi usaha setelah menikah dengan Aisyah nanti. Herman sudah membuat rencana untuk membuka toko campuran yang besar dengan modal dari Bram. Dengan bantuan Bram yang nantinya akan jadi menantu nya, tentu tak sulit baginya untuk memiliki toko campuran yang besar. “Lagi pula uang dari mana kamu Galih untuk membayar hutang Herman hah?! Gaji kamu sebulan saja, bahkan sangat jauh!” Cetus Bram dengan sinis. Lelaki tua itu yakin, bahwa Galih pasti tak akan bisa membayar utang Herman sebanyak itu. “Tulis rekeningnya di sini!” Jawabnya dengan santai. Galih menyerahkan ponselnya pada Bram. Lela

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    006. Persiapan Akad Nikah!

    “Jangan sungkan, Aisyah. Sebentar lagi kita berdua akan menjadi suami istri!” Ucap Galih, menatap Aisyah yang kini menatap ke arah lain.“Aku baru saja bertemu dengan kamu, aku sama sekali tidak kenal dengan kamu, tidak tau asal usulmu. Bagaimana bisa kamu mengatakan kita akan menikah sebentar lagi?” Ujar Aisyah, mengungkapkan keresahannya.“Kita bisa perkenalan setelah menikah.” Sahut Galih.Obrolan mereka terjeda sesaat. Seorang pelayan datang dengan membawa sebuah minuman, meletakkannya di atas meja.“Terima kasih...” Ucap Aisyah, pelayan itu hanya tersenyum sembari mengangguk.Galih memberi kode pada pelayan tersebut, agar segera meninggalkan mereka berdua.“Minumlah dulu agar pikiran kamu tenang, Aisyah.” Ujarnya dengan lembut.Aisyah tercengang. Tak percaya jika seorang preman di hadapannya itu bisa berbicara lembut seperti itu.“Oh ya, kenapa kamu melunasi hutang paman? Apa sebenarnya tujuan kamu, Galih??” satu pertanyaan yang membuat Aisyah penasaran sejak tadi, akhirnya terlo

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    007. Hamil??

    “Eh, tunggu dulu! Syahnaz ini kan putri kami satu-satunya. Jadi, sebelum pernikahan di selenggarakan, kami ingin memberikan persyaratan terlebih dahulu untuk Nak Arman.” Ucap Herman. Arman mengernyit heran, penasaran. Persyaratan apa yang akan di berikan oleh calon mertuanya itu? “Apa syaratnya?” Tanya Arman cepat. “Kami ingin... Nak Arman memberikan mahar pada Syahnaz sebesar seratus juta!” Ujar Herman. Seketika membuat Arman dan kedua orang tuanya terkejut hebat. Mahar seratus juta?? “Apaa?!! Seratus juta???” Pekik mereka bertiga, kompak. Saking terkejutnya. “Iya! Kalian tidak keberatan kan?” Rina menimpali. Syahnaz seketika melotot pada kedua orang tuanya. “Pak, apa-apaan ini!” Protes Syahnaz. “Syahnaz, kamu berhak mendapatkan mahar yang besar! Jangan mau kalah sama Aisyah, calon suaminya juga memberikan Bapak uang sebesar seratus juta!!” Ujar Herman, tentu saja pria paruh baya itu tidak ingin mengatakan jika uang itu sebenarnya untuk membayar semua hutangnya. “Kalian ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    001. Penebus Hutang...

    “Nah... Ini dia keponakan yang saya ceritakan kemarin, Tuan.” Ucap Herman, saat Aisyah baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam ruang tamu tersebut. Dua lelaki dengan penampilan seperti preman, duduk di ruang tamu sembari menatap Aisyah dari atas sampai bawah dengan intens. Merasa risih dengan tatapan dua pria itu, Aisyah bergegas melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar. Namun, suara teriakan Herman membuat gadis itu mengurungkan niatnya. “Jangan kemana-mana, Aisyah! Duduk di sini!” Titah Herman sembari menunjuk kursi di sampingnya. “Maaf, Paman. Badan Aisyah terasa lengket, Aku mau bersih-bersih dulu.” Tolak Aisyah dengan lembut. “Duduk, Aisyah! Atau_” Ucapan Herman tertahan sesaat. Tampak seorang wanita berjalan dari arah dapur dengan membawa nampan berisi tiga cangkir teh hangat. “Duduklah dulu, Aisyah. Ada hal penting yang harus kami bicarakan sama kamu!” Ucap Rina, istri Herman. Aisyah pun pasrah. Ia duduk dengan rasa penasaran menyelimuti jiwanya. Apa y

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12

Bab terbaru

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    007. Hamil??

    “Eh, tunggu dulu! Syahnaz ini kan putri kami satu-satunya. Jadi, sebelum pernikahan di selenggarakan, kami ingin memberikan persyaratan terlebih dahulu untuk Nak Arman.” Ucap Herman. Arman mengernyit heran, penasaran. Persyaratan apa yang akan di berikan oleh calon mertuanya itu? “Apa syaratnya?” Tanya Arman cepat. “Kami ingin... Nak Arman memberikan mahar pada Syahnaz sebesar seratus juta!” Ujar Herman. Seketika membuat Arman dan kedua orang tuanya terkejut hebat. Mahar seratus juta?? “Apaa?!! Seratus juta???” Pekik mereka bertiga, kompak. Saking terkejutnya. “Iya! Kalian tidak keberatan kan?” Rina menimpali. Syahnaz seketika melotot pada kedua orang tuanya. “Pak, apa-apaan ini!” Protes Syahnaz. “Syahnaz, kamu berhak mendapatkan mahar yang besar! Jangan mau kalah sama Aisyah, calon suaminya juga memberikan Bapak uang sebesar seratus juta!!” Ujar Herman, tentu saja pria paruh baya itu tidak ingin mengatakan jika uang itu sebenarnya untuk membayar semua hutangnya. “Kalian ini

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    006. Persiapan Akad Nikah!

    “Jangan sungkan, Aisyah. Sebentar lagi kita berdua akan menjadi suami istri!” Ucap Galih, menatap Aisyah yang kini menatap ke arah lain.“Aku baru saja bertemu dengan kamu, aku sama sekali tidak kenal dengan kamu, tidak tau asal usulmu. Bagaimana bisa kamu mengatakan kita akan menikah sebentar lagi?” Ujar Aisyah, mengungkapkan keresahannya.“Kita bisa perkenalan setelah menikah.” Sahut Galih.Obrolan mereka terjeda sesaat. Seorang pelayan datang dengan membawa sebuah minuman, meletakkannya di atas meja.“Terima kasih...” Ucap Aisyah, pelayan itu hanya tersenyum sembari mengangguk.Galih memberi kode pada pelayan tersebut, agar segera meninggalkan mereka berdua.“Minumlah dulu agar pikiran kamu tenang, Aisyah.” Ujarnya dengan lembut.Aisyah tercengang. Tak percaya jika seorang preman di hadapannya itu bisa berbicara lembut seperti itu.“Oh ya, kenapa kamu melunasi hutang paman? Apa sebenarnya tujuan kamu, Galih??” satu pertanyaan yang membuat Aisyah penasaran sejak tadi, akhirnya terlo

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    005. Tak Terima!

    “Tenang, juragan. Kita bisa bicara baik-baik.” Ujar Rais. Tak ingin emosi Bram semakin memuncak. “Kamu!” Tunjuk Herman pada Galih, “Pergi kamu dari sini! Saya gak sudi Aisyah menikah dengan kamu! Sampai kapan pun, saya gak akan pernah mau merestui!” Ucap Herman, ikut tersulut emosi. Bagaimana tidak? Selain hutangnya lunas, Bram juga menjanjikannya memberinya modal yang cukup besar untuk di kelola menjadi usaha setelah menikah dengan Aisyah nanti. Herman sudah membuat rencana untuk membuka toko campuran yang besar dengan modal dari Bram. Dengan bantuan Bram yang nantinya akan jadi menantu nya, tentu tak sulit baginya untuk memiliki toko campuran yang besar. “Lagi pula uang dari mana kamu Galih untuk membayar hutang Herman hah?! Gaji kamu sebulan saja, bahkan sangat jauh!” Cetus Bram dengan sinis. Lelaki tua itu yakin, bahwa Galih pasti tak akan bisa membayar utang Herman sebanyak itu. “Tulis rekeningnya di sini!” Jawabnya dengan santai. Galih menyerahkan ponselnya pada Bram. Lela

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    004. Tawaran Apa??

    Pagi mulai merekah usai semalam di liputi suasana yang menyesakkan. Aisyah sudah bangun pagi-pagi sekali. Gadis itu mencoba menghilangkan segala beban pikirannya sejenak. Ia harus bekerja, ada Fadil yang sudah menjadi tanggung jawabnya. “Kok kamu berangkat kerja, Syah?” Celetuk Rina setelah melihat Aisyah sudah siap dengan seragam kerjanya. “Ya Tante.” Jawab Aisyah sembari menyisir rambutnya. “Kalau kamu nikah sama juragan Bram, kamu gak perlu lagi capek-capek kerja, Syah. Hidup kamu bakalan terjamin. Dari makan, rumah, mobil, bahkan kamu bisa shopping tiap hari. Dari pada jadi penjahit terus, kerja dari pagi hingga sore, tapi tetap aja hidup kamu gini-gini aja!” Ucap Rina. Aisyah menghela napas berat. Lagi-lagi Rina menyuruhnya menikah dengan juragan Bram. Aisya berbalik badan, menatap Rina. “Tante, selama ini Aisyah gak pernah beli ini itu di karenakan uangnya dipakai untuk biaya pendidikan Fadil. Dan juga buat makan kita sehari-hari di rumah ini!” Ucapnya, membela diri. “Hal

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    003. Akan Ada Kejutan...

    Galih menatap ke arah spion motornya yang ia arahkan ke belakang. Rupanya gadis itu berpegangan pada bagian belakang jok motor. Galih tersenyum miring. Seakan merencanakan sesuatu? Tak lama setelah itu, ia melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Aisyah yang duduk di jok belakang, hampir saja terjengkang. Gadis itu terkejut bukan main, ia pun refleks melingkarkan tangannya ke pinggang Galih. Bisa-bisa ia jatuh jika hanya berpegangan di belakang jok motor saja. Kesal, Aisyah merasa Galih sengaja melakukan ini semua, agar gadis itu bisa memeluknya. Modus. Pikirnya. “Dasar preman modus!” Umpat Aisyah. Kesal bukan main. Sepanjang perjalanan. Galih hanya menahan tawa dalam hati karena mendengar Aisyah yang tak henti-hentinya mengoceh di belakang. ‘ Lucu! Gadis ini sangat unik.’ Batinnya. “Pelan-pelan aja jalannya. Kasian tetangga, takutnya mengganggu mereka!” Kali ini Galih menurut, karena sudah masuk area perkampungan. Pria itu pun memelankan laju motornya. Aisyah tak sadar, bahw

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    002. Bertemu Lagi...

    Ting! Ting! Ponsel Aisyah berbunyi, pertanda sebuah pesan masuk. Ia raih ponsel tersebut, pesan dari Rian muncul di layar ponselnya. [Aisyah, nanti malam kita ketemu di tempat biasa ya.] Rian, lelaki yang setahun belakangan ini menjalin hubungan dengannya. Aisyah pikir, pria itu menjadi satu-satunya orang yang ia harapkan untuk membantunya. “Oke, Mas. Kebetulan aku juga ingin membicarakan sesuatu yang penting.” Aisyah membalas pesan itu, ia kemudian bangkit dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia tak boleh larut dalam kesedihan. Dalam hati gadis itu, ia berharap agar Rian bisa menemukan solusi yang baik. “Semoga saja kamu bisa membantuku, Mas.” Gumam Aisyah lirih. Jelas saja ia berharap bahwa Rian pasti akan membantunya. Ia pikir, Rian pasti tidak akan rela bila Aisyah menikah dengan lelaki lain. °°° Pukul 19.30 wib. Rian dan Aisyah bertemu di sebuah cafe yang berada di dekat rumah gadis itu. Rian memang belum pernah menjemput Aisyah langsung di

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    001. Penebus Hutang...

    “Nah... Ini dia keponakan yang saya ceritakan kemarin, Tuan.” Ucap Herman, saat Aisyah baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam ruang tamu tersebut. Dua lelaki dengan penampilan seperti preman, duduk di ruang tamu sembari menatap Aisyah dari atas sampai bawah dengan intens. Merasa risih dengan tatapan dua pria itu, Aisyah bergegas melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar. Namun, suara teriakan Herman membuat gadis itu mengurungkan niatnya. “Jangan kemana-mana, Aisyah! Duduk di sini!” Titah Herman sembari menunjuk kursi di sampingnya. “Maaf, Paman. Badan Aisyah terasa lengket, Aku mau bersih-bersih dulu.” Tolak Aisyah dengan lembut. “Duduk, Aisyah! Atau_” Ucapan Herman tertahan sesaat. Tampak seorang wanita berjalan dari arah dapur dengan membawa nampan berisi tiga cangkir teh hangat. “Duduklah dulu, Aisyah. Ada hal penting yang harus kami bicarakan sama kamu!” Ucap Rina, istri Herman. Aisyah pun pasrah. Ia duduk dengan rasa penasaran menyelimuti jiwanya. Apa y

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status