Share

002. Bertemu Lagi...

last update Last Updated: 2025-02-12 17:13:52

Ting! Ting!

Ponsel Aisyah berbunyi, pertanda sebuah pesan masuk.

Ia raih ponsel tersebut, pesan dari Rian muncul di layar ponselnya.

[Aisyah, nanti malam kita ketemu di tempat biasa ya.]

Rian, lelaki yang setahun belakangan ini menjalin hubungan dengannya. Aisyah pikir, pria itu menjadi satu-satunya orang yang ia harapkan untuk membantunya.

“Oke, Mas. Kebetulan aku juga ingin membicarakan sesuatu yang penting.”

Aisyah membalas pesan itu, ia kemudian bangkit dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia tak boleh larut dalam kesedihan. Dalam hati gadis itu, ia berharap agar Rian bisa menemukan solusi yang baik.

“Semoga saja kamu bisa membantuku, Mas.” Gumam Aisyah lirih.

Jelas saja ia berharap bahwa Rian pasti akan membantunya. Ia pikir, Rian pasti tidak akan rela bila Aisyah menikah dengan lelaki lain.

°°°

Pukul 19.30 wib.

Rian dan Aisyah bertemu di sebuah cafe yang berada di dekat rumah gadis itu. Rian memang belum pernah menjemput Aisyah langsung di rumahnya, meski hubungan mereka terbilang cukup lama.

Entah apa yang menyebabkan Rian bersikap seperti itu. Selama ini, pria itu selalu beralasan, jika dirinya belum siap untuk bertemu dengan keluarga Aisyah.

“Mau bicara apa, Mas?” Tanya Aisyah saat mereka sudah duduk bersama sambil menikmati minum di cafe tersebut.

Rian Menghela napas perlahan, pria itu menatap Aisyah dengan pandangan minta maaf, “Hem... Begini, Aisyah. Maaf, aku gak bisa nerusin hubungan kita!” Ucapnya to the point.

Dada Aisyah terasa sesak, kerongkongannya seakan tercekat. Pria itu mengakhiri hubungannya begitu saja?

“Maksud kamu kita putus??” Tanya Aisyah memastikan.

Rian mengangguk, “Minggu depan pertunangan aku dengan Mila di laksanakan. Mama aku sudah menyiapkan semuanya, Aisyah!”

Deg!

“Tunangan, Mas?” Ulang Aisyah, terkejut bukan main. Tubuhnya hampir saja limbung saking kagetnya dengan penuturan sang kekasih.

“Iya, Syah. Maaf, aku nggak bisa menolak perjodohan ini karena aku sangat menyayangi Mama aku!” Jelas Rian, semakin membuat pilu hati gadis itu.

“Tapi, Mas. Kamu sendiri dulu yang bilang ingin memperjuangkan aku?” Aisyah masih tak percaya.

“Maaf... Keputusanku sudah bulat, Aisyah! Lupakan saja, anggap semua hayalan kita selama ini hanya sebuah mimpi indah yang mampir sebentar!” Ucapnya dengan enteng.

Setelah pria itu berbicara, Rian pun bangkit dan pergi begitu saja meninggalkan Aisyah yang sangat terpukul.

Aisyah tak mencegah pria itu, ia masih duduk sambil meremas ujung bajunya. Sedetik kemudian air matanya mengalir tanpa ia sadari.

Dunia rasanya tidak adil, pikirnya. Satu-satunya orang yang ia harapkan bisa menolongnya, tapi malah orang itu menambah luka yang sama perihnya.

‘Ya Allah... Bagaimana ini? Kenapa dia jahat banget sama aku...’ Batin Aisyah dalam hatinya, seiring dengan sesak yang menghimpit dada.

“Ehem!”

Aisyah terlonjak kaget saat mendengar suara deheman seorang pria yang saat ini berada di depannya.

“Nangis lagi... Cengeng banget sih jadi cewek! Laki-laki pecundang kayak gitu ngapain kamu tangisin??!” Ucap pria itu.

“Kamu??” Pekik Aisyah, gadis itu terkejut melihat Galih yang tiba-tiba berada di hadapannya.

“Kamu itu suka banget nangis ya.” Ucap Galih.

Gadis itu dengan cepat mengusap air matanya. Tak mau terlihat cengeng di depan pria sok dekat itu!

“Siapa yang nangis? Aku cuma kelilipan!” Balas Aisyah, tak mau mengakui.

“Hem... Laki-laki pecundang seperti dia ngapain di tangisin? Mending kamu aku anter pulang aja! Daripada tinggal disini nangis terus!” Tawarnya, sorot matanya penuh keseriusan.

“Nggak usah! Makasih!” Aisyah buru-buru bangkit, kemudian berjalan keluar dari cafe tersebut.

“Tunggu!” Seru Galih, membuat langkah Aisyah terhenti dan menoleh pada pria itu.

“Karena kamu sudah jomblo... Lebih baik kamu terima tawaran aku! Daripada kamu harus menjadi istri ke empat juragan Bram.”

“Nggak minat keduanya!!” Tegas Aisyah, ia kemudian melanjutkan langkah menuju parkiran untuk mengambil motornya.

Setelah di area parkiran, Aisyah segera mencari sepeda motornya.

“Ya ampun... Kenapa bannya harus kempes segala sih.” Gerutu Aisyah saat melihat ban motornya yang kempes.

Ia menghembuskan napas berat, seberat masalahnya hari ini.

Gadis itu akhirnya lebih memilih menuntun motornya untuk mencari bengkel terdekat. Namun, sudah jauh Aisyah berjalan, tetapi belum juga menemukan tanda-tanda adanya bengkel.

“Ya Allah... Mana jalanan disini sepi banget lagi.’ Gumam Aisyah, merinding.

Bukan hantu yang Aisyah takuti. Melainkan mahkluk bejat yang akhir-akhir ini selalu membuat onar di jalan. Siapa lagi jika bukan club motor yang meresahkan.

Dari kejauhan, suara bising knalpot tiba-tiba terdengar. Jantung gadis itu seketika berdebar kencang.

“Ya Allah, lindungi hambamu ini Ya Allah.” Ucapnya penuh ketakutan.

Aisyah pun mengeluarkan seluruh tenaga untuk mendorong motornya dengan cepat.

Suara bising knalpot itu semakin dekat. Keringat dingin bercucuran membasahi tubuh gadis itu. Sorot lampu terlihat sangat terang dari arah belakang seiring dengan suara knalpot yang juga semakin mendekat ke arahnya.

“Motor kamu kenapa?” Tanya seseorang dari samping.

Aisyah menoleh ke arah sumber suara, “Kamu lagi?!” Pekiknya.

“Ooh, ban motor kamu kempes.” Ujarnya setelah melihat ban motor Aisyah.

“Berhenti dulu!” Pinta Galih.

Tak menghiraukan perkataan Galih, Aisyah terus saja berjalan sambil menuntun motornya.

“Dasar cewek budek.” Umpat Galih, kesal.

“Aku budek karena knalpot kamu yang bocor itu.” Jawab Aisyah judes.

Bibir Galih seketika melengkung, tersenyum samar. Ia pun mematikan mesin motornya, lalu berhenti di pinggir jalan.

Galih berjalan mendekati Aisyah, ingin mengecek ban motor gadis itu.

“Jam segini gak ada bengkel yang buka. Motornya di tinggal aja, biar aku yang antar kamu pulang!” Tawar Galih.

Aisyah mendelik. Apa mau pria ini sebenarnya?

“Iih... Modus! Gak mau ah.” Tolak Aisyah. Sejujurnya, ia takut melihat penampilan Galih yang seperti preman bejat.

“Oh, ya udah! Terserah kamu aja sih. Tapi jangan nangis lagi kalau nanti kamu ketemu geng motor terus kamu di_”

Aisyah bergidik ngeri membayangkan perkataan Galih barusan. “Tunggu! Iya iya! Aku ikut, tapi kamu jangan apa-apain aku.” Potong Aisyah cepat.

“Gak selera!” Sahut Galih, membuat Aisyah berdecak kesal.

Dengan rasa terpaksa, ia ikut dengan Galih. Gadis itu tidak ada pilihan lain, daripada harus mendorong motor sampai rumahnya dengan segala resikonya, lebih baik ia terima tawaran pria itu. Ia berharap, semoga Allah melindunginya dari preman yang satu ini.

“Motorku gimana?” Tanya Aisyah saat Galih menyuruhnya ikut di motor pria itu saja.

“Nanti aku suruh orang buat anterin motor kamu!” Jawab Galih sambil menyalakan mesin motornya.

“Astaga... Berisik sekali suara motormu ini!” Gerutu Aisyah.

Aisyah dengan menahan rasa kesal, naik ke motor tepat di belakang pria itu.

Galih tak menggubris perkataan Aisyah. Ia kemudian melajukan motor, meninggalkan tempat tersebut.

“Pegangan!” Teriak Galih.

“Udah! Ini aku udah pegangan!” Sahut Aisyah sedikit berteriak, suara knalpot motor Galih sangat berisik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    003. Akan Ada Kejutan...

    Galih menatap ke arah spion motornya yang ia arahkan ke belakang. Rupanya gadis itu berpegangan pada bagian belakang jok motor. Galih tersenyum miring. Seakan merencanakan sesuatu? Tak lama setelah itu, ia melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Aisyah yang duduk di jok belakang, hampir saja terjengkang. Gadis itu terkejut bukan main, ia pun refleks melingkarkan tangannya ke pinggang Galih. Bisa-bisa ia jatuh jika hanya berpegangan di belakang jok motor saja. Kesal, Aisyah merasa Galih sengaja melakukan ini semua, agar gadis itu bisa memeluknya. Modus. Pikirnya. “Dasar preman modus!” Umpat Aisyah. Kesal bukan main. Sepanjang perjalanan. Galih hanya menahan tawa dalam hati karena mendengar Aisyah yang tak henti-hentinya mengoceh di belakang. ‘ Lucu! Gadis ini sangat unik.’ Batinnya. “Pelan-pelan aja jalannya. Kasian tetangga, takutnya mengganggu mereka!” Kali ini Galih menurut, karena sudah masuk area perkampungan. Pria itu pun memelankan laju motornya. Aisyah tak sadar, bahw

    Last Updated : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    004. Tawaran Apa??

    Pagi mulai merekah usai semalam di liputi suasana yang menyesakkan. Aisyah sudah bangun pagi-pagi sekali. Gadis itu mencoba menghilangkan segala beban pikirannya sejenak. Ia harus bekerja, ada Fadil yang sudah menjadi tanggung jawabnya. “Kok kamu berangkat kerja, Syah?” Celetuk Rina setelah melihat Aisyah sudah siap dengan seragam kerjanya. “Ya Tante.” Jawab Aisyah sembari menyisir rambutnya. “Kalau kamu nikah sama juragan Bram, kamu gak perlu lagi capek-capek kerja, Syah. Hidup kamu bakalan terjamin. Dari makan, rumah, mobil, bahkan kamu bisa shopping tiap hari. Dari pada jadi penjahit terus, kerja dari pagi hingga sore, tapi tetap aja hidup kamu gini-gini aja!” Ucap Rina. Aisyah menghela napas berat. Lagi-lagi Rina menyuruhnya menikah dengan juragan Bram. Aisya berbalik badan, menatap Rina. “Tante, selama ini Aisyah gak pernah beli ini itu di karenakan uangnya dipakai untuk biaya pendidikan Fadil. Dan juga buat makan kita sehari-hari di rumah ini!” Ucapnya, membela diri. “Hal

    Last Updated : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    005. Tak Terima!

    “Tenang, juragan. Kita bisa bicara baik-baik.” Ujar Rais. Tak ingin emosi Bram semakin memuncak. “Kamu!” Tunjuk Herman pada Galih, “Pergi kamu dari sini! Saya gak sudi Aisyah menikah dengan kamu! Sampai kapan pun, saya gak akan pernah mau merestui!” Ucap Herman, ikut tersulut emosi. Bagaimana tidak? Selain hutangnya lunas, Bram juga menjanjikannya memberinya modal yang cukup besar untuk di kelola menjadi usaha setelah menikah dengan Aisyah nanti. Herman sudah membuat rencana untuk membuka toko campuran yang besar dengan modal dari Bram. Dengan bantuan Bram yang nantinya akan jadi menantu nya, tentu tak sulit baginya untuk memiliki toko campuran yang besar. “Lagi pula uang dari mana kamu Galih untuk membayar hutang Herman hah?! Gaji kamu sebulan saja, bahkan sangat jauh!” Cetus Bram dengan sinis. Lelaki tua itu yakin, bahwa Galih pasti tak akan bisa membayar utang Herman sebanyak itu. “Tulis rekeningnya di sini!” Jawabnya dengan santai. Galih menyerahkan ponselnya pada Bram. Lela

    Last Updated : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    006. Persiapan Akad Nikah!

    “Jangan sungkan, Aisyah. Sebentar lagi kita berdua akan menjadi suami istri!” Ucap Galih, menatap Aisyah yang kini menatap ke arah lain.“Aku baru saja bertemu dengan kamu, aku sama sekali tidak kenal dengan kamu, tidak tau asal usulmu. Bagaimana bisa kamu mengatakan kita akan menikah sebentar lagi?” Ujar Aisyah, mengungkapkan keresahannya.“Kita bisa perkenalan setelah menikah.” Sahut Galih.Obrolan mereka terjeda sesaat. Seorang pelayan datang dengan membawa sebuah minuman, meletakkannya di atas meja.“Terima kasih...” Ucap Aisyah, pelayan itu hanya tersenyum sembari mengangguk.Galih memberi kode pada pelayan tersebut, agar segera meninggalkan mereka berdua.“Minumlah dulu agar pikiran kamu tenang, Aisyah.” Ujarnya dengan lembut.Aisyah tercengang. Tak percaya jika seorang preman di hadapannya itu bisa berbicara lembut seperti itu.“Oh ya, kenapa kamu melunasi hutang paman? Apa sebenarnya tujuan kamu, Galih??” satu pertanyaan yang membuat Aisyah penasaran sejak tadi, akhirnya terlo

    Last Updated : 2025-02-21
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    007. Hamil??

    “Eh, tunggu dulu! Syahnaz ini kan putri kami satu-satunya. Jadi, sebelum pernikahan di selenggarakan, kami ingin memberikan persyaratan terlebih dahulu untuk Nak Arman.” Ucap Herman. Arman mengernyit heran, penasaran. Persyaratan apa yang akan di berikan oleh calon mertuanya itu? “Apa syaratnya?” Tanya Arman cepat. “Kami ingin... Nak Arman memberikan mahar pada Syahnaz sebesar seratus juta!” Ujar Herman. Seketika membuat Arman dan kedua orang tuanya terkejut hebat. Mahar seratus juta?? “Apaa?!! Seratus juta???” Pekik mereka bertiga, kompak. Saking terkejutnya. “Iya! Kalian tidak keberatan kan?” Rina menimpali. Syahnaz seketika melotot pada kedua orang tuanya. “Pak, apa-apaan ini!” Protes Syahnaz. “Syahnaz, kamu berhak mendapatkan mahar yang besar! Jangan mau kalah sama Aisyah, calon suaminya juga memberikan Bapak uang sebesar seratus juta!!” Ujar Herman, tentu saja pria paruh baya itu tidak ingin mengatakan jika uang itu sebenarnya untuk membayar semua hutangnya. “Kalian ini

    Last Updated : 2025-02-22
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    008. Berkemas...

    Pukul 01.00 wib. Di dalam sebuah kamar yang sangat sederhana. Aisyah sedang menatap pantulan dirinya di cermin dengan perasaan yang campur aduk. Ia baru saja selesai di rias. Karena hari ini adalah hari pernikahannya yang memang dipercepat karena keinginan pria dengan tampang preman itu. Ia mengenakan kebaya putih cerah, sangat pas di tubuh langsingnya yang indah. Rambut hitam panjangnya yang sehalus sutra di sanggul dengan berhiaskan aksesoris jepit kecil berbahan mutiara, hanya tampilan yang sangat sederhana namun sangat tangguh dan elegan. Mencerminkan kepribadian Aisyah yang sesungguhnya. “Wah... Kamu sangat cantik, Mbak Aisyah.” Kagum seorang wanita yang telah memakaikan riasan make up pengantin ke wajah Aisyah. Make up yang tidak terlalu menor atau berlebihan seperti keinginan Aisyah sendiri. Aisyah hanya tersenyum tipis. Entah ia harus bahagia untuk hari istimewa ini ataukah justru sedih. ‘Ya Allah, jika memang ini jalan takdir yang harus hamba tempuh, hamba mohon berika

    Last Updated : 2025-02-23
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    009 Di Usir...

    “Kamu tau dari mana?” Tanya Aisyah penuh selidik. Galih menatap dalam-dalam manik Aisyah. “Itu tidak penting, Aisyah! Cepat... Kemas barang-barang yang ingin kamu bawa!” Aisyah mendengus kesal. “Kamu harus menjelaskan semuanya! Kenapa kamu banyak tau hal tentang keluargaku?!” Galih menghela napas panjang. “Nanti aku ceritakan, Syah! Cepat kemasi barangmu, kasihan Fadil sudah menunggu!” Ucapnya lembut. Rasa penasaran Aisyah belum hilang tentang dari mana Galih mendapatkan uang sebanyak seratus juta untuk melunasi hutang Herman, juga mahar sebesar lima puluh juta. Kini Aisyah di buat penasaran lagi tentang jati diri Galih yang sebenarnya. Mengapa pria itu seakan banyak mengetahui tentang keluarganya, bahkan sampai ke masalah yang sifatnya rahasia itu. “Gak usah bawa baju banyak-banyak. Nanti saya belikan yang baru!” Jelas Galih. Aisyah yang sedang mengemasi pakaiannya, sontak menoleh pada pria itu. “Tidak perlu! Baju sudah banyak.” Sahut Aisyah, kembali menyusun pakaiannya. Baj

    Last Updated : 2025-02-24
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    010. Sayang...

    “Mobilnya siapa itu?” Tanya Aisyah, bingung. Seorang supir membukakan pintu setelah mereka tiba di dekat mobil. “Silahkan Tuan, Nyonya.” Ucap sang supir, mempersilahkan. “Ayo masuk Aisyah, Fadil!” Ajak Galih pada sang istri dan adik iparnya. “Waah... Ini mobilnya Bang Galih?? Ih, keren banget... Kayak punya sultan mobilnya.” Ujar Fadil dengan wajah berbinar, kegirangan. Suara Fadil yang cukup besar, membuat Herman dan Rina yang masih di dalam rumah merasa penasaran. Mereka melangkah keluar dengan tergesa-gesa. “Wah, keren banget mobilnya, Pak.” Mata Rina seketika berbinar-binar, takjub. “Iya, Bu. Ini mobil yang harganya miliaran itu kan??” Herman tak kalah takjub. “Pak? Kok si preman itu bisa pakai mobil mewah ya?? Jangan-jangan dia memang beneran kaya lagi, Pak?!” Ujar Rina. “Halah... Gak mungkin, Bu! Palingan itu mobil pinjem punya juragan siapa gitu!!” Sanggah Syahnaz tiba-tiba. Gadis itu rupanya juga penasaran mendengar kehebohan di luar rumahnya. “Hem... Iya juga ya, N

    Last Updated : 2025-02-25

Latest chapter

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    070.

    “Hahaha biar tau rasa si Galih itu! Galih pikir bisa melawanku?” Suara Juragan Bram terdengar berjalan ke arah gudang. Galih dan Rais seketika bersembunyi di tembok pembatas gudang. Meski pengap dan bau dari kotoran sapi mulai tercium, Galih tetap menahannya demi bisa membebaskan adik Istrinya itu. “Jadi gimana Juragan? Hutang saya bisa lunas kan kalau Aisyah berhasil ke sini?” Suara berat seseorang berhasil membuat Galih tercengang. ‘Sialan! Dia lagi!’ batin Galih mengumpat perbuatan Herman yang lagi-lagi ingin menjual Aisyah pada tua bangka itu. Galih masih berdiam diri di tempat persembunyiannya mendengarkan percakapan Herman dan juragan Bram dengan dada yang bergemuruh. “Sekarang kamu telepon Aisyah, Herman! Suruh dia ke sini sendiri untuk membebaskan Fadil. Dengan begitu, aku bisa dengan mudah menjeratnya masuk dalam perangkapku.” Ucap juragan Bram sambil tertawa. “Siap juragan! Si Galih itu juga pasti nggak di rumah karena tadi kita sudah pancing. Pasti sekarang dia sedang

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    069.

    “Ada apa dengan Fadil, sayang??” tanya Galih ikut panit saat melihat raut wajah istrinya itu yang tegang dan panik. “Tadi ada panggilan dari nomor Fadil, tapi yang bicara bukan Fadil, Mas.” Jawab Aisyah. Galih mengerutkan kening, “Kamu kenal itu suara siapa?” Aisyah menggeleng, “Aku juga gak kenal, Mas... Suaranya laki-laki, tapi bukan suara Paman juga,” Jelas Aisyah sesuai dengan apa yang ia dengarkan tadi. Aisyah kenal betul suara Herman, tetapi suara tadi bukanlah suara pamannya itu. Aisyah menatap Galih serius, “Aku khawatir, Mas... Kita cari Fadil sekarang ya?!” Pinta Aisyah dengan dada yang terasa sesak, membuat Galih segera mengangguk. “Biar Mas Iacak dulu handphonenya Fadil, siapa tau kita bisa dapat di mana keberadaannya sekarang,” kata Galih kemudian segera mengotak atik ponselnya cukup lama. ”Gimana, Mas?” tanya Aisyah penuh harap. “Sepertinya ponsel Fadil sudah tidak aktif, tapi lokasi terakhirnya masih bisa di lihat.” Jelas Galih, setelah melacak keberadaan

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    068.

    “Wajib hukumnya bagi Mas Arman buat menafkahi aku dengan layak. Tapi apa faktanya? Mama menahan semua hak yang harusnya di serahkan ke tanganku sejak awal. Jadi, siapa di sini yang gak tau diri? Aku atau Mama?!” Ujar Syahnaz menyentak perasaan Tiara.“Kurang ajar kamu, ya! Berani kamu bicara begitu di depan saya? Saya juga punya alasan kenapa masih memegang uang Arman! Itu semua karena kamu punya mental miskin dan pengeretan! Bisa habis semua uang anak saya kalo di serahkan sama kamu!” Ungkap Tiara sudah kepalang kesal.“Sudah, Ma. Hentikan semuanya,” pinta Dario melihat istrinya makin murka dan tidak bisa di kendalikan.Lelaki paruh baya itu beralih pada putra semata wayangnya. “Hentikan ini, Arman, Mama dan Syahnaz gak akan kelar perdebatannya kalo kamu diam aja seperti ini!”Arman menelan ludah. Kalau boleh jujur, kepalanya seperti ingin meledak, saking besar rasa pusing yang menghampirinya sejak tadi.“Kamu usir perempuan itu dari hadapan Mama sekarang juga! Mama gak sudi melihat

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    067.

    “Susah payah aku kerja siang malam selama satu bulan lamanya, berusaha meniti karir dari bawah, tapi malah kamu hancurkan dalam waktu sekejap mata! Kamu tau gak, kalau sekarang aku gak punya karir yang cemerlang dan itu semua gara-gara kamu!” Tak hanya sekali Arman membentak Syahnaz. ltu semua harus di lakukan agar amarahnya keluar dengan baik. Selain itu, Syahnaz memang harus di beri pelajaran karena tindakannya sudah sangat fatal. Arman merasa sakit hati dan di khianati, juga terpuruk bukan main. Wajar kalau saat ini ia menggila dan tak memedulikan Syahnaz yang lagi hamil dan sudah tampak ketakutan. “Sekarang jabatanku cuma staf biasa, Syahnaz! Aku di pandang rendah sama semua orang-orang di kantor karena di anggap gak becus dalam bekerja!” Ungkap Arman, menatap nasib. Syahnaz tergugup. Wanita itu menangis, tak menyangka jika masalahnya akan merembet ke mana-mana. Dalam hati Syahnaz sangat menyesal, tetapi semua sudah terlanjur. Syahnaz tidak bisa melakukan apa pun lagi, selain

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    066.

    Sementara itu di rumah Arman, kini Tiara sedang menanti putra semata wayangnya yang belum juga pulang dari kantor. “Duh... Arman kok belum pulang juga ya, Pa...?” Ujar Tiara, gelisah. “Memangnya ada apa sih, Ma? Kamu kok kayak cemas gitu kelihatannya??” tanya sang suami, penasaran. Tiara mengembuskan napas berat, wanita itu pun menceritakan perihal proyek besar Arman yang gagal karena hilangnya berkas penting tersebut. Tiara juga menceritakan tentang Syahnaz yang diam-diam bertemu dengan seseorang. “Astaga Ma... Dari dulu Papa juga gak sreg sama di Syahnaz, Ma. Tapi ya Papa ini kan laki-laki jadi gak mungkin mau banyak omong kayak Mama,” ucap Dario. “lya, Pa. Mama juga sebenarnya gak suka sama perempuan itu! Kalau saja bukan karena dia lagi hamil, Mama juga gak bakal kasih izin mereka nikah,” Tiara mengungkapkan kekesalannya. “Mama juga curiga kalau bayi itu bukan anaknya Arman, Pa...” sambungnya lagi. Dario tercengang, mencoba mencerna ucapan sang istri, “Hah? Maksud Mama apa?

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    065.

    Jakarta, Pukul 12,00 wib. Saat ini Galih dan Aisyah sedang bersiap untuk dinner ke kafe. Sebelum pulang ke rumah dan kembali di sibukkan dengan segala pekerjaan, Galih ingin menghabiskan waktu berdua dengan sang istri di Jakarta. Galih memilih sebuah cafe elit di daerah pusat Jakarta. “Cafenya bagus ya, Mas...” Puji Aisyah saat sedang duduk menunggu pesanan yang telah di pesan oleh Galih. “Iya, Sayang... Tempatnya instagramble banget, cocok buat nongkrong anak muda zaman sekarang,” Jawab Galih, juga ikut kagum melihat desain cafe tersebut. “lya, Mas... Tapi cafe Mas juga bagus kok,” ucap Aisyah tiba-tiba merasa tak enak hati. Ia takut Galih salah mengartikan kalimat pujiannya tadi. Galih pun terkekeh mendengar ucapan Aisyah barusan. “Memang siapa yang bilang cafe Mas gak bagus?” Aisyah tersenyum sambil menggeleng. “Nggak ada sih, Mas, hee...” jawabnya nyengir Galih seketika terbahak, gemas dengan tingkah istrinya itu, “Kamu itu menggemaskan sekali, sayang...” “Galih.” se

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    064.

    “Ayo Pak Arman, kenapa diam saja?” Desak Tuan Bagas, tak suka jika waktu terbuang percuma seperti ini. Arman menelan ludah. Wajahnya seketika pucat pasi. ‘Ke mana berkas yang udah aku siapkan semalam’ Lirihnya dengan nada panik, seraya mengeluarkan semua barang-barang dari dalam tas. ‘Astaga... Kenapa berkasnya bisa gak ada?’ Lanjutnya lagi. “Ada masalah, Pak?” tanya sekretaris Tuan Bagas. Arman menoleh dan segera menggeleng. la berusaha untuk tetap terlihat tenang, seraya terus membuka semua bagian tasnya. Tapi nihil. Berkas yang ia cari tak ada di sana. Arman berdecak pelan dan berkata, “Apa aku salah simpan berkas itu?” “Pak Arman??” tegur Tuan Bagas untuk yang kedua kalinya. Bingung melihat gerak gerik Arman. Apa sebenarnya yang lelaki itu cari? Tuan Bagas mengirim kode pada sekretarisnya untuk mendekati Arman, barangkali ada hal yang harus di bantu. “Saya mencari berkas perencanaan perusahaan kita,” jawab Arman ketika sekretaris Tuan Bagas menghampirinya. Melihat Arman

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    063.

    “Mas? Kok kamu gak masuk-masuk kamar sih?” Syahnaz menyusul Arman ke ruang kerjanya. “Hmm, lagi sibuk, Naz.” “Memangnya Mas gak capek apa?” tanya Syahnaz. “Capek, tapi kan ini tuntutan pekerjaan. Berkas ini harus aku cek semuanya, besok akan kubawa bertemu klien penting,” jawab Arman membuat Syahnaz tersenyum. “Oh, ya sudah... Aku tidur duluan ya, Mas.” ucap Syahnaz kemudian hendak melangkahkan kakinya keluar. “Syahnaz!!” seru Arman membuat Syahnaz menoleh. “Kenapa, Mas?” “Tadi siang kamu ke mana saja?” tanyanya. “Em, aku cuma ke kafe aja, Mas. Bosen terus di rumah,” Jawab Syahnaz. “Jangan sering keluyuran sendiri, kamu lagi hamil, gak baik!!” “Ya makanya ajak aku jalan-jalan dong, Mas. Kamu sibuk mulu sama pekerjaan kamu itu.” Jawab Syahnaz. “Oke, hari minggu nanti kita jalan,” sahut Arman membuat wajah Syahnaz berbinar. “Kamu serius, Mas?” Syahnaz mengangguk. “Yeayy! Makasih ya, Mas. Aku tau kamu tuh sayang banget sama aku, cuma pasti Mama pengaruhi kamu yang engga-engg

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    062.

    “Pacaran apanya, Ma. Orang ada dua buntutnya gitu,” celetuk Ammar yang tiba-tiba sudah berada di ambang pintu. “Ish, kamu ini Mas! Duit elit piknik sulit!” Ujar Kiara kesal. “Bukan pelit, Sayang. Tapi harus banyak pertimbangan kalau mau piknik tuh. Mayra dan Kayra pasti akan sangat heboh kalau di ajak piknik, jadi kita harus bawa baby sitter,” ucap Ammar memberi masukan, tetapi Kiara hanya melirik kesal. “Sudah-sudah, kita ke sini gak mau lihat keributan kalian.” Galih melerai, senang sebenarnya melihat keabsurd-an mereka, tetapi lama-lama kepalanya juga akan pening. “Tante! Ayo main sama Mayra...” Pinta Mayra, mengajak Aisyah untuk bermain bersamanya. Aisyah menoleh ke arah Galih, lelaki itu pun mengangguk seraya tersenyum, pertanda mengiayakan. Akhirnya Aisyah bermain bersama dua gadis kembar itu. Kiara juga ikut berbaur bersama mereka. Benar kata Galih, Aisyah merasa sangat senang berkunjung ke rumah Kiara. Selain Kiara orangnya ramah dan baik hati, dua putrinya juga sangat l

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status