Share

008. Berkemas...

last update Last Updated: 2025-02-23 11:42:23

Pukul 01.00 wib.

Di dalam sebuah kamar yang sangat sederhana. Aisyah sedang menatap pantulan dirinya di cermin dengan perasaan yang campur aduk.

Ia baru saja selesai di rias. Karena hari ini adalah hari pernikahannya yang memang dipercepat karena keinginan pria dengan tampang preman itu.

Ia mengenakan kebaya putih cerah, sangat pas di tubuh langsingnya yang indah.

Rambut hitam panjangnya yang sehalus sutra di sanggul dengan berhiaskan aksesoris jepit kecil berbahan mutiara, hanya tampilan yang sangat sederhana namun sangat tangguh dan elegan. Mencerminkan kepribadian Aisyah yang sesungguhnya.

“Wah... Kamu sangat cantik, Mbak Aisyah.” Kagum seorang wanita yang telah memakaikan riasan make up pengantin ke wajah Aisyah. Make up yang tidak terlalu menor atau berlebihan seperti keinginan Aisyah sendiri.

Aisyah hanya tersenyum tipis. Entah ia harus bahagia untuk hari istimewa ini ataukah justru sedih.

‘Ya Allah, jika memang ini jalan takdir yang harus hamba tempuh, hamba mohon berikan yang terbaik untuk semuanya.’ Batin Aisyah penuh harap.

Masih seperti mimpi, Aisyah masih tak menyangka bahwa hari ini ia akan menikah dengan seseorang yang baru saja ia kenal singkat.

“Mbak Aisyah, kamu sudah siap? Akad nikahnya akan segera di mulai... Mempelai pria sudah datang...” Seru Asisten perias.

“Mbak Aisyah... Siap-siap ke depan ya.” Ajak sang perias, menuntun Aisyah untuk berdiri, mengantarkannya ke ruangan yang telah disiapkan sebagai tempat berlangsungnya akad nikah.

Jantung Aisyah seketika berdebar kencang. Berharap semuanya berjalan dengan lancar.

‘Tenang Aisyah... Allah pasti menyiapkan kejutan yang baik di depan sana.’ Aisyah menenangkan diri dari segala kegelisahan di hatinya.

Sementara di ruangan akad nikah, sudah ada sang calon mempelai pria yaitu Galih. Pria itu di dampingi oleh dua orang yang tak sama sekali Aisyah kenal, mereka berjalan menuju tempat akad nikah.

Sekejap mata Galih dan Aisyah saling berpandangan. Namun, Aisyah buru-buru mengalihkan pandangannya karena malu.

Galih tersenyum tipis. Meskipun terlihat tenang, dirinya juga sedang menahan debaran kencang di dadanya.

Saat Aisyah sudah sampai di samping calon mempelai pria, ia pun di dudukkan di sebelah calon suaminya itu.

“Cantik!” Bisik Galih saat mereka telah duduk berdampingan.

Wajah Aisyah seketika tersipu, ia menunduk untuk menghindari tatapan Galih.

Seketika itu juga Galih tersadar bahwa dari tadi tatapannya tak lepas memandang calon istrinya itu, ia langsung memperbaiki posisi duduknya agar lebih tenang dan fokus memandang ke depan.

Aisyah sendiri masih menahan debaran tak menentu, segala macam perasaan sedang berkecamuk di hatinya.

Ia merasa seakan masih bermimpi jika sebentar lagi akan menjadi seorang istri. Entahlah, saat ini ia hanya bisa pasrah.

“Bagaimana? Apa pernikahan ini sudah bisa di mulai?” Tanya Ustadz Ikhlas, tokoh agama yang ada di kampung itu.

“Sudah, Pak.” Jawab Galih dengan mantap.

Rina dan Syahnaz duduk agak jauh dari posisi kedua mempelai.

Tak banyak orang berada di acara tersebut. Hanya ada sepasang calon pengantin, Herman, Rina, Syahnaz, beberapa tetangga dekat dan juga saksi.

Herman masih menyayangkan pernikahan ini. Ia masih berharap agar Aisyah menikah dengan juragan Bram saja agar kehidupannya nanti terjamin.

“Saya terima nikah dan kawinnya, Aisyah Sofiana binti almarhum Setiawan dengan mas kawin uang tunai sebesar lima puluh juta di bayar tunai!”

“Bagaimana para saksi??”

“SAH!”

Ketika saksi menyatakan 'SAH' maka saat itu pulalah Aisyah dan Galih telah sah menjadi sepasang suami istri di mata agama.

“Hah? Lima puluh juta?” Pekik Syahnaz terkejut.

Syahnaz masih tercengang dengan nominal mahar yang di sebutkan oleh Galih tadi.

“Bu, ini gak salah?” Bisik Syahnaz pada Rina yang duduk di sampingnya.

“Ibu juga bingung, Naz. Dari mana preman itu mendapatkan uang sebanyak itu? Mana kemarin dia bayarin hutang bapak kamu seratus juta.” Jawab Rina, semakin membuat Syahnaz terkejut bukan main.

“Seratus juta? Bapak ada keperluan apa sampai hutang sebanyak itu, Bu??” Tanyanya, tak menyangka.

Rina tergelak sinis. “Buat apa kamu bilang, Naz?? Ya kamu pikir, kehidupan kamu selama ini sejak kuliah di kota sampai dengan sekarang tuh uang dari mana, Naz??” Skak Rina, geram. Putrinya tak peka sama sekali.

Syahnaz terdiam, ia tak berani lagi menyahut, takut jika di sangkut pautkan dengan hutang itu.

Saat penghulu telah selesai membaca doa pernikahan, beliau meminta sepasang suami istri baru itu saling berhadapan.

Aisyah di minta untuk mencium punggung tangan suaminya dan Galih mencium kening istrinya.

Ketika saling berhadapan satu sama lain, keduanya sama-sama tersipu malu.

Pernikahan ini benar-benar sederhana, tetapi bagi Aisyah semuanya tampak sangat bermakna.

°°°

Aisyah duduk di tepi ranjang dengan menatap ke luar jendela kamarnya.

‘Pak, Bu... Aisyah udah menikah sekarang. Doakan ya... Semoga Aisyah bisa menjalani pernikahan ini dengan baik.’ Batin Aisyah, mendadak teringat akan mendiang orang tuanya.

Tok tok tok...

Seseorang mengetuk pintu dari luar. Aisyah segera menetralkan perasaannya.

“Masuk...” Ujarnya di balik pintu kamar.

Pintu kamar dibuka, Galih masuk dan menghampiri Aisyah yang terlihat sangat gugup.

“Tenang aja... Gak usah gugup gitu. Lebih baik sekarang kamu kemas barang-barangmu. Saya akan segera membawamu pergi dari rumah ini!” Titah Galih.

Aisyah terperangah. Seorang pria dengan tampang preman yang sekarang sudah menjadi suaminya, ingin membawanya keluar dari rumah ini? Mau di bawa kemana?

Aisyah diam sejenak. “Pergi?? Kita mau kemana? Lalu bagaimana dengan adikku Fadil??!” Tanya Aisyah penasaran.

“Dia sedang berkemas juga. Saya udah beritahu dia tadi.” Jelas Galih.

Aisyah tertegun sejenak mendengar ucapan Galih.

“Terus Fadil setuju?” Tanya Aisyah, heran.

Galih menatap lekat ke dalam bola mata Aisyah yang indah, membuat istrinya itu sedikit mundur dari posisi duduk mereka yang cukup dekat.

“Kenapa tidak? Sekarang saya sudah jadi suami kamu, maka itu artinya Fadil adalah adik iparku. Jadi tidak ada alasan untuk menolak!” Jelas Galih. Tadi ia sudah memberitahu Fadil lebih dulu.

Aisyah menatap curiga pada suaminya itu. “Apa kamu mengancam Fadil?” Ucap Aisyah menyipitkan matanya.

“Astaga... Apa karena tampangku yang seperti preman, lalu setiap perbuatanku kamu cap buruk?!” Tanya Galih kembali.

Aisyah menunduk, merasa tak enak pada Galih. “Maaf, bukan itu maksudku. Kenapa Fadil langsung setuju, sedang aku masih berpikir ulang untuk ikut bersama kamu.” Ralat Aisyah cepat.

Galih mengeryit heran. “Kenapa, Aisyah??” Tanyanya.

“Rumah ini gak mungkin aku tinggal, karena rumah ini peninggalan bapak.” Jawab Aisyah dengan jujur.

Galih menghela napas panjang. “Ikhlaskan saja, Aisyah. Aku akan menggantikannya dengan yang lebih baik.”

“Hah? Apa maksud kamu, Galih?” Tanya Aisyah memastikan.

“Rumah ini sudah atas nama paman kamu! Entah bagaimana kejadiannya? Yang jelas, bapak kamu sudah menandatangani surat pengalihan pemilik di sertifikatnya!” Jelas Galih.

“A-Apa?? Kamu serius Galih?” Tanya Aisyah, terkejut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kalila
galih kayak malaikat bertopeng preman ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    009 Di Usir...

    “Kamu tau dari mana?” Tanya Aisyah penuh selidik. Galih menatap dalam-dalam manik Aisyah. “Itu tidak penting, Aisyah! Cepat... Kemas barang-barang yang ingin kamu bawa!” Aisyah mendengus kesal. “Kamu harus menjelaskan semuanya! Kenapa kamu banyak tau hal tentang keluargaku?!” Galih menghela napas panjang. “Nanti aku ceritakan, Syah! Cepat kemasi barangmu, kasihan Fadil sudah menunggu!” Ucapnya lembut. Rasa penasaran Aisyah belum hilang tentang dari mana Galih mendapatkan uang sebanyak seratus juta untuk melunasi hutang Herman, juga mahar sebesar lima puluh juta. Kini Aisyah di buat penasaran lagi tentang jati diri Galih yang sebenarnya. Mengapa pria itu seakan banyak mengetahui tentang keluarganya, bahkan sampai ke masalah yang sifatnya rahasia itu. “Gak usah bawa baju banyak-banyak. Nanti saya belikan yang baru!” Jelas Galih. Aisyah yang sedang mengemasi pakaiannya, sontak menoleh pada pria itu. “Tidak perlu! Baju sudah banyak.” Sahut Aisyah, kembali menyusun pakaiannya. Baj

    Last Updated : 2025-02-24
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    010. Sayang...

    “Mobilnya siapa itu?” Tanya Aisyah, bingung. Seorang supir membukakan pintu setelah mereka tiba di dekat mobil. “Silahkan Tuan, Nyonya.” Ucap sang supir, mempersilahkan. “Ayo masuk Aisyah, Fadil!” Ajak Galih pada sang istri dan adik iparnya. “Waah... Ini mobilnya Bang Galih?? Ih, keren banget... Kayak punya sultan mobilnya.” Ujar Fadil dengan wajah berbinar, kegirangan. Suara Fadil yang cukup besar, membuat Herman dan Rina yang masih di dalam rumah merasa penasaran. Mereka melangkah keluar dengan tergesa-gesa. “Wah, keren banget mobilnya, Pak.” Mata Rina seketika berbinar-binar, takjub. “Iya, Bu. Ini mobil yang harganya miliaran itu kan??” Herman tak kalah takjub. “Pak? Kok si preman itu bisa pakai mobil mewah ya?? Jangan-jangan dia memang beneran kaya lagi, Pak?!” Ujar Rina. “Halah... Gak mungkin, Bu! Palingan itu mobil pinjem punya juragan siapa gitu!!” Sanggah Syahnaz tiba-tiba. Gadis itu rupanya juga penasaran mendengar kehebohan di luar rumahnya. “Hem... Iya juga ya, N

    Last Updated : 2025-02-25
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    011. Pusat Perbelanjaan...

    Mobil yang mereka tumpangi kini tiba di pusat perbelanjaan.“Kok kita ke sini, Mas?” Tanya Aisyah, terheran.“Iya, kita belanja dulu! Di rumah masih kosong, gak ada stok bahan makanan, sekalian juga buat beli baju kamu dan Fadil!” Jawab Galih.“Waah... Asyik...” Ujar Fadil, kegirangan.Aisyah menoleh ke arah Fadil, menggeleng pelan. “Di sini pasti mahal-mahal, Dil. Kita gak usah beli apa-apa, beli bahan untuk makan kita saja!” Tolak Aisyah, cepat.Galih menatap lekat manik Aisyah, “Hey... Kalian tinggal memilih apa yang kalian butuhkan! Tak perlu sungkan!” Ujar Galih cepat.“Tapi, Mas_” Ucapan Aisyah terhenti, Galih menempelkan telunjuknya di bibir istrinya itu.“Nurut aja apa kata suami!” Pinta Galih, kemudian turun lebih dulu dari mobil.Aisyah diam mematung, memegang bibirnya yang baru saja di sentuh oleh jari Galih.“Ayo, turun!” Titah Galih pada Aisyah dan Fadil.Aisyah masih terdiam, ia pun turun dengan perasaan yang sulit di artikan.“Beli apa aja yang kamu mau, Dil!” Tawar Gal

    Last Updated : 2025-02-26
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    012. Kediaman Galih!

    ‘Gak! Ini gak mungkin!.’ Batin Rian, tak percaya, sebab mereka baru putus tiga hari yang lalu. Ada rasa panas dan tak ikhlas, saat menyaksikan wanita yang selama ini ia puja di gandeng oleh pria lain di depan matanya sendiri. Meskipun pria itu sendiri yang memutuskan hubungan mereka, tapi jauh dari lubuk hatinya yang dalam, Rian masih sangat mencintai Aisyah. Rian hanya terjerat dalam situasi, di karenakan orang tuanya tak merestui hubungan pria itu dengan Aisyah, bahkan sudah disiapkan jodoh untuk dirinya. Mila, gadis yang dipilihkan oleh orang tuanya, yang terbilang lebih segalanya dari Aisyah. Mil seorang wanita berhijab, berpendidikan dan berasal dari keluarga kaya. Namun, lagi-lagi hati tak bisa di bohongi. Perasaan Rian rupanya masih terpaut pada gadis sederhana seperti Aisyah. “Mas? Dari tadi aku nyariin kamu ternyata ada di sini!” ucap seorang wanita dengan hijab berwarna cream. “Mila, kita pulang sekarang aja ya.” Pinta Rian. “Iya, Mas. Aku juga udah selesai belanjanya

    Last Updated : 2025-02-26
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    013. Menyesal!

    “Kita bahas soal itu besok aja ya. Soalnya, ini malam pertama kita...” Bisik Galih pada Aisyah yang seketika meremang.“Eh!” Aisyah sontak termundur.“Kenapa, Syah?” Tanya Galih, mengernyit heran.“Eem, A-aku... Aku mau mandi dulu!” Jawab Aisyah, cepat-cepat bangkit dari tempat tidur.Galih menghela napas panjang, “Oh, oke baiklah...” Ucapnya.‘Dasar preman mesum! Katanya di suruh istirahat, tapi malah...’ Aisyah bergidik ngeri. Ia belum siap jika harus melepas kegadisannya sekarang.“Katanya mau mandi?” Tegur Galih.Sedari tadi Aisyah hanya berdiam diri di samping ranjang.“Eh, iya ini mau ambil handuk dulu!” Jawab Aisyah cepat.“Handuknya sudah ada di walk in closed!” Aisyah pun berjalan cepat menuju kamar mandi, tapi bukannya ke pintu kamar mandi, wanita itu malah menuju ke pintu keluar.“Hei, Aisyah? Kamu mau ke mana?” Tanya Galih.Aisyah tergelak sinis, “Ya ampun... Udah di beritahu kalau aku mau mandi kan? Yang sabar sedikit, kenapa sih? Buru-buru amat!” Ketus Aisyah, kesal, ju

    Last Updated : 2025-02-27
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    014.

    “Kamu tidur aja, Syah! Besok Mama sama Papa mau ke sini, ketemu sama kamu.” Titah Galih lembut.Aisyah mendadak di liputi rasa tegang. Apakah orang tua Galih akan menerimanya?“Mereka tau kalau kamu nikah sama aku?” Tanyanya, penasaran.Galih mengangguk pelan, “Tentu saja, Aisyah! Maaf ya, tadi mereka gak sempat datang karena acaranya dadakan. Tapi tenang aja, nanti kita resepsi besar-besaran, mengundang banyak orang juga.” Jawab Galih meyakinkan Aisyah.Galih memang sudah memberitahu orang tuanya, jika dirinya akan segera menikah. Tapi, orang tuanya Galih sedang ada urusan yang tak bisa di tinggal.“Eh, gak usah, Mas. Gak apa-apa kok. Seperti ini saja sudah cukup.” Ucap Aisyah, merasa tak enak hati karena sudah sering kali merepotkan suaminya.Galih mengeryit heran, “Kenapa? Apa kamu gak mau mengundang teman-teman kamu dan mengumumkan pernikahan kita ini??” Tanya Galih, menatap lekat wajah Aisyah yang tampak kebingungan.“Em... Bukan begitu, Mas. Sebenarnya aku gak punya banyak teman

    Last Updated : 2025-02-27
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    015.

    Suara alarm berdering di ponsel Aisyah. Wanita itu perlahan membuka matanya, mematikan alarm yang baru saja berbunyi. Seketika matanya mengerjap, merasa asing dengan kamarnya saat ini.Aisyah menghela napas panjang, ingatannya kembali pada momen satu hari yang lalu. Semua masih terasa abu-abu, pernikahannya yang dadakan dengan lelaki misterius ini membuat Aisyah merasa tak tenang.Namun, satu hal yang membuat Aisyah sedikit luluh, yaitu Galih adalah laki-laki yang baik. Dari sisi luar penampilannya urak-urakan seperti preman. Tapi di sisi terdalam, Galih memiliki sisi lembut yang berhasil membuat Aisyah merasa nyaman.Setiap orang pasti mengharapkan sebuah pernikahan yang sakinah mawadah warahmah, begitu pula dengan Aisyah. Meski sebelumnya ia sama sekali tak mengenali Galih, tapi sungguh hatinya berharap bahwa pernikahan ini bisa menjadi pernikahan pertama dan terakhir dalam hidupnya.Aisyah menoleh ke arah samping. Guling masih berada di tengah-tengah mereka, Galih masih tertidur pu

    Last Updated : 2025-02-28
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    016.

    “Pagi, Syah...” Sapanya kembali pada sang istri. “Um... Aromanya enak sekali, pasti sangat lezat rasanya.” Ucap Galih, membuat Aisyah tersipu malu. “Maaf, Mas. Aku gak tau apa makanan kesukaan kamu, jadi aku cuma masak nasi goreng seafood.” Ucap Aisyah sembari menundukkan pandangan. “Apapun yang kamu masak, aku pasti suka.” Jawab Galih. Aisyah tersenyum sumringah, bahagia. “Terima kasih, kalau begitu aku panggil Fadil dulu, kita sarapan bareng!” “Biar aku yang manggil, kamu ganti baju aja dulu!” Titah Galih, bergegas menuju ke kamar Fadil. Aisyah pun juga berjalan menuju kamar, akan mengganti baju terlebih dahulu. Setelah beberapa lama, akhirnya mereka semua berkumpul di meja makan. Suasana meja makan di pagi hari ini sungguh terasa indah. Kenikmatan makanan buatan Aisyah, berkali-kali membuat Galih terus-terusan memujinya. “Masakan kamu enak banget, Syah! Kamu pandai mengolah bahan makanan. Bahkan, jika di banding dengan nasi goreng yang di jual di kedai, ini jauh lebih ena

    Last Updated : 2025-03-01

Latest chapter

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    073.

    “Ibuu...” Teriak Syahnaz, panik melihat Rina yang tersungkur ke lantai.“Ini semua pasti cuma mimpi kan, Naz? lbu hanya mimpir buruk kan??” Tanya Rina dengan suara lemah, dirinya masih belum bisa mempercayai fakta yang baru saja di katakan putri semata wayangnya.Detik berikutnya, wanita paruh baya itu pun terpejam, Rina pingsan saking terkejutnya dengan fakta perceraian Syahnaz.Syahnaz seketika panik, ia segera meminta tolong pada tetangganya. Membawa sang lbu ke rumah sakit bukan pilihan yang tepat karena pasti nanti akan memakan banyak biaya. Syahnaz memang masih memegang uang, tapi anak itu sangat perhitungan.“Bawa masuk ke dalam kamar saja, Pak! Paling lbu pingsan biasa, biar nanti saya Olesi pakai minyak kayu putih,” Titah Syahnaz.Para tetangga yang berdatangan membantunya pun segera membopong tubuh gempal Rina masuk ke dalam kamar.“Astaga, berat sekali ibumu ini, Syahnaz,” Ketus salah seorang yang membopong Rina, dengan napas ngos-ngosan.“Betul! Kebanyakan dosa kayaknya,”

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    072.

    ‘Dasar! Ibu malah makin menjadi-jadi! Harusnya tunggu Mas Arman ngomong duluan, ini malah nyerocos aja kayak gitu! Pasti aku lagi yang kena getahnya!” rutuk Syahnaz sangat sadar, dirinya akan di timpa masalah lain karena ucapan Rina yang sangat menyebalkan dan tinggi hati.“Syahnaz bilang gitu sama Ibu?” Tanya Arman, memastikan kembali.Rina segera mengangguk. “Iya... Bahkan Syahnaz janjiin sendiri sama Ibu dan Bapak, kalo kamu akan merenovasi rumah ini.”Untuk pertama kalinya sejak datang ke rumah ini, Arman baru tersenyum. Namun, jelas bukan senyum bahagia yang terukir, melainkan senyum getir sebab perempuan yang di nikahinya memang punya mulut besar yang senang berucap dan mengumbar janji sembarangan.Perkara ini harus di luruskan dengan secepat mungkin. Tak boleh di biarkan begitu saja. Arman harus menyampaikan maksud dan tujuan sebenarnya pada Rina, agar perempuan paruh baya itu berhenti berharap lebih padanya.“Maaf, Bu... Tapi tujuan saya datang ke sini bukan mau ngasih Ibu dan

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    071.

    Pukul 17.30 wib_ Di rumah sederhana itu, Rina kini sedang mondar-mandir menunggu kepulangan suaminya. Perasaannnya mendadak gelisah dan tak enak. “Kemana ini Mas Herman? Kenapa gak pulang-pulang juga sampai sekarang?” gumamnya gelisah. Pagi tadi, Herman hanya pamit sebentar ke rumah juragan Bram untuk meminta keringanan pembayaran hutangnya tersebut. Namun, sampai hari sudah terik begini lelaki itu belum juga pulang. Terdengar suara sebuah mobil tiba-tiba berhenti di halaman rumah Rina. Mata wanita itu seketika berbinar melihat putrinya pulang bersama sang suami dengan mobil mewah. ‘Tuh kan... Akhirnya Arman luluh juga sama Syahnaz. Pasti mereka ke sini mau memberi uang banyak,’ batin Rina dengan bahagia. Kebahagiaan Rina justru berbanding terbalik dengan kecemasan yang di rasakan putri semata wayangnya. Syahnaz kini benar-benar cemas bukan main. ‘Duh, mampus aku! Mana uang dari Raymond udah habis setengah aku pakai shopping kemarin, sekarang cuma tersisa dua puluh juta saja,’

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    070.

    “Hahaha biar tau rasa si Galih itu! Galih pikir bisa melawanku?” Suara Juragan Bram terdengar berjalan ke arah gudang. Galih dan Rais seketika bersembunyi di tembok pembatas gudang. Meski pengap dan bau dari kotoran sapi mulai tercium, Galih tetap menahannya demi bisa membebaskan adik Istrinya itu. “Jadi gimana Juragan? Hutang saya bisa lunas kan kalau Aisyah berhasil ke sini?” Suara berat seseorang berhasil membuat Galih tercengang. ‘Sialan! Dia lagi!’ batin Galih mengumpat perbuatan Herman yang lagi-lagi ingin menjual Aisyah pada tua bangka itu. Galih masih berdiam diri di tempat persembunyiannya mendengarkan percakapan Herman dan juragan Bram dengan dada yang bergemuruh. “Sekarang kamu telepon Aisyah, Herman! Suruh dia ke sini sendiri untuk membebaskan Fadil. Dengan begitu, aku bisa dengan mudah menjeratnya masuk dalam perangkapku.” Ucap juragan Bram sambil tertawa. “Siap juragan! Si Galih itu juga pasti nggak di rumah karena tadi kita sudah pancing. Pasti sekarang dia sedang

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    069.

    “Ada apa dengan Fadil, sayang??” tanya Galih ikut panit saat melihat raut wajah istrinya itu yang tegang dan panik. “Tadi ada panggilan dari nomor Fadil, tapi yang bicara bukan Fadil, Mas.” Jawab Aisyah. Galih mengerutkan kening, “Kamu kenal itu suara siapa?” Aisyah menggeleng, “Aku juga gak kenal, Mas... Suaranya laki-laki, tapi bukan suara Paman juga,” Jelas Aisyah sesuai dengan apa yang ia dengarkan tadi. Aisyah kenal betul suara Herman, tetapi suara tadi bukanlah suara pamannya itu. Aisyah menatap Galih serius, “Aku khawatir, Mas... Kita cari Fadil sekarang ya?!” Pinta Aisyah dengan dada yang terasa sesak, membuat Galih segera mengangguk. “Biar Mas Iacak dulu handphonenya Fadil, siapa tau kita bisa dapat di mana keberadaannya sekarang,” kata Galih kemudian segera mengotak atik ponselnya cukup lama. ”Gimana, Mas?” tanya Aisyah penuh harap. “Sepertinya ponsel Fadil sudah tidak aktif, tapi lokasi terakhirnya masih bisa di lihat.” Jelas Galih, setelah melacak keberadaan

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    068.

    “Wajib hukumnya bagi Mas Arman buat menafkahi aku dengan layak. Tapi apa faktanya? Mama menahan semua hak yang harusnya di serahkan ke tanganku sejak awal. Jadi, siapa di sini yang gak tau diri? Aku atau Mama?!” Ujar Syahnaz menyentak perasaan Tiara.“Kurang ajar kamu, ya! Berani kamu bicara begitu di depan saya? Saya juga punya alasan kenapa masih memegang uang Arman! Itu semua karena kamu punya mental miskin dan pengeretan! Bisa habis semua uang anak saya kalo di serahkan sama kamu!” Ungkap Tiara sudah kepalang kesal.“Sudah, Ma. Hentikan semuanya,” pinta Dario melihat istrinya makin murka dan tidak bisa di kendalikan.Lelaki paruh baya itu beralih pada putra semata wayangnya. “Hentikan ini, Arman, Mama dan Syahnaz gak akan kelar perdebatannya kalo kamu diam aja seperti ini!”Arman menelan ludah. Kalau boleh jujur, kepalanya seperti ingin meledak, saking besar rasa pusing yang menghampirinya sejak tadi.“Kamu usir perempuan itu dari hadapan Mama sekarang juga! Mama gak sudi melihat

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    067.

    “Susah payah aku kerja siang malam selama satu bulan lamanya, berusaha meniti karir dari bawah, tapi malah kamu hancurkan dalam waktu sekejap mata! Kamu tau gak, kalau sekarang aku gak punya karir yang cemerlang dan itu semua gara-gara kamu!” Tak hanya sekali Arman membentak Syahnaz. ltu semua harus di lakukan agar amarahnya keluar dengan baik. Selain itu, Syahnaz memang harus di beri pelajaran karena tindakannya sudah sangat fatal. Arman merasa sakit hati dan di khianati, juga terpuruk bukan main. Wajar kalau saat ini ia menggila dan tak memedulikan Syahnaz yang lagi hamil dan sudah tampak ketakutan. “Sekarang jabatanku cuma staf biasa, Syahnaz! Aku di pandang rendah sama semua orang-orang di kantor karena di anggap gak becus dalam bekerja!” Ungkap Arman, menatap nasib. Syahnaz tergugup. Wanita itu menangis, tak menyangka jika masalahnya akan merembet ke mana-mana. Dalam hati Syahnaz sangat menyesal, tetapi semua sudah terlanjur. Syahnaz tidak bisa melakukan apa pun lagi, selain

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    066.

    Sementara itu di rumah Arman, kini Tiara sedang menanti putra semata wayangnya yang belum juga pulang dari kantor. “Duh... Arman kok belum pulang juga ya, Pa...?” Ujar Tiara, gelisah. “Memangnya ada apa sih, Ma? Kamu kok kayak cemas gitu kelihatannya??” tanya sang suami, penasaran. Tiara mengembuskan napas berat, wanita itu pun menceritakan perihal proyek besar Arman yang gagal karena hilangnya berkas penting tersebut. Tiara juga menceritakan tentang Syahnaz yang diam-diam bertemu dengan seseorang. “Astaga Ma... Dari dulu Papa juga gak sreg sama di Syahnaz, Ma. Tapi ya Papa ini kan laki-laki jadi gak mungkin mau banyak omong kayak Mama,” ucap Dario. “lya, Pa. Mama juga sebenarnya gak suka sama perempuan itu! Kalau saja bukan karena dia lagi hamil, Mama juga gak bakal kasih izin mereka nikah,” Tiara mengungkapkan kekesalannya. “Mama juga curiga kalau bayi itu bukan anaknya Arman, Pa...” sambungnya lagi. Dario tercengang, mencoba mencerna ucapan sang istri, “Hah? Maksud Mama apa?

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    065.

    Jakarta, Pukul 12,00 wib. Saat ini Galih dan Aisyah sedang bersiap untuk dinner ke kafe. Sebelum pulang ke rumah dan kembali di sibukkan dengan segala pekerjaan, Galih ingin menghabiskan waktu berdua dengan sang istri di Jakarta. Galih memilih sebuah cafe elit di daerah pusat Jakarta. “Cafenya bagus ya, Mas...” Puji Aisyah saat sedang duduk menunggu pesanan yang telah di pesan oleh Galih. “Iya, Sayang... Tempatnya instagramble banget, cocok buat nongkrong anak muda zaman sekarang,” Jawab Galih, juga ikut kagum melihat desain cafe tersebut. “lya, Mas... Tapi cafe Mas juga bagus kok,” ucap Aisyah tiba-tiba merasa tak enak hati. Ia takut Galih salah mengartikan kalimat pujiannya tadi. Galih pun terkekeh mendengar ucapan Aisyah barusan. “Memang siapa yang bilang cafe Mas gak bagus?” Aisyah tersenyum sambil menggeleng. “Nggak ada sih, Mas, hee...” jawabnya nyengir Galih seketika terbahak, gemas dengan tingkah istrinya itu, “Kamu itu menggemaskan sekali, sayang...” “Galih.” se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status