Share

003. Akan Ada Kejutan...

Penulis: Dilla Maharia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-12 17:13:56

Galih menatap ke arah spion motornya yang ia arahkan ke belakang. Rupanya gadis itu berpegangan pada bagian belakang jok motor.

Galih tersenyum miring. Seakan merencanakan sesuatu?

Tak lama setelah itu, ia melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Aisyah yang duduk di jok belakang, hampir saja terjengkang. Gadis itu terkejut bukan main, ia pun refleks melingkarkan tangannya ke pinggang Galih. Bisa-bisa ia jatuh jika hanya berpegangan di belakang jok motor saja.

Kesal, Aisyah merasa Galih sengaja melakukan ini semua, agar gadis itu bisa memeluknya. Modus. Pikirnya.

“Dasar preman modus!” Umpat Aisyah. Kesal bukan main.

Sepanjang perjalanan. Galih hanya menahan tawa dalam hati karena mendengar Aisyah yang tak henti-hentinya mengoceh di belakang.

‘ Lucu! Gadis ini sangat unik.’ Batinnya.

“Pelan-pelan aja jalannya. Kasian tetangga, takutnya mengganggu mereka!” Kali ini Galih menurut, karena sudah masuk area perkampungan. Pria itu pun memelankan laju motornya.

Aisyah tak sadar, bahwa saat ini tangannya masih saja melingkar di pinggang Galih.

“Dasar modus kamu ya! Kamu sengaja kan... Biar aku bisa peluk kamu?” Omel Aisyah tak terima.

“Hem... Lagian kamu juga menikmati banget, sampai motor jalannya udah pelan aja pegangannya juga belum di lepas!” Ucap Galih.

Aisyah tersadar. Gadis itu segera menarik tangannya dari pinggang Galih.

Kini, mereka sudah tiba di depan rumah gadis itu. Aisyah langsung turun dan berjalan, tanpa mengucapkan terima kasih karena ia masih kesal pada pria itu.

“Hey... Tunggu!” Seru Galih.

Aisyah berbalik badan, “Apa lagi sih?” Tanyanya.

“Kamu belum memberi imbalan untukku!” Jawab Galih.

Aisyah mengerutkan kening, “Kamu mau apa? Uang ongkos? Dasar preman, gak ikhlas banget nolonginnya!” Gadis itu berdecih, kemudian membuka dompetnya.

“Bukan uang yang aku mau! Tapi, aku mau kamu menerima lamaranku besok sebagai tanda terima kasih kamu ke aku karena sudah menolongmu!” Ucap Galih dengan percaya dirinya.

Tak menunggu jawaban dari Aisyah, pria itu langsung saja melajukan motornya, meninggalkan Aisyah yang berdiri terpaku dengan ucapan Galih barusan.

‘Menerima lamarannya? Yang benar aja, kenal juga nggak! Udah gak waras tuh orang!’

Aisyah bergegas masuk ke dalam rumahnya. Tetapi, tiba-tiba seseorang datang dengan membawa motor yang ia tinggalkan tadi di tepi jalan.

“Waah... Bannya udah gak kempes lagi?” Ucap Aisyah dengan mata berbinar-binar.

“Iya, Mbak. Sudah saya isi angin, bannya hanya kempes saja bukan bocor!” jawab lelaki itu.

“Alhamdulillah... Makasih banyak ya, Mas. Berapa ongkosnya??”

Lelaki itu menggeleng, “Sudah aman, Mbak. Sudah di bayarin sama Mas Galih. Kalau begitu saya permisi Mbak. Mari...” jawabnya. Pria itu bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut.

“Galih? Ooh... Jadi namanya Galih?” Gumam Aisyah.

Aisyah pun berjalan sambil membawa motornya, memasukkan ke dalam rumah. Keadaan rumah tampaknya sudah sepi, sepertinya para penghuni rumah sudah tertidur.

“Mbak?” Panggil Fadil, adik Aisyah.

“Hey, ngagetin Mbak aja kamu, Dil!” Ujar Aisyah, “Kamu belum tidur?” Tanya gadis itu kemudian.

Fadil menggeleng, “Mbak dari mana?” Bukannya menjawab, Fadil malah balik nanya pada kakaknya itu.

Aisyah terdiam. Ia tak mungkin menceritakan yang sebenarnya pada Fadil.

“Aku tadi dengar Paman lagi ngobrol sama Tante Rina tentang pernikahan, Mbak. Apa Mbak udah yakin bakal nikah dengan Mas Rian??” Ucap Fadil dengan sorot mata penuh khawatir.

“Fadil...” Aisyah duduk di ruang tamu, Fadil pun mengikutinya.

“Mbak udah putus sama Rian, Dil!” Ungkap Aisyah.

“Serius, Mbak?” Tanya Fadil dengan mata berbinar.

Aisyah mengangguk, “Kok kamu senang?” Selidik Aisyah.

“Syukurlah... Mas Rian bukan laki-laki yang baik, Mbak. Laki-laki itu gak pantes buat Mbak Aisyah!” Katanya, membuat Aisyah mengernyit, heran.

“Kamu tau sesuatu ya?” Selidik Aisyah.

“Maaf, Mbak. Sebenarnya... Udah beberapa kali aku lihat Mas Rian jalan dengan perempuan lain, tapi selama ini aku gak berani cerita karena Mbak terlihat sangat bucin pada Mas Rian itu.”

Aisyah menghela napas panjang. Rupanya selama ini, ia benar-benar di bodohi oleh janji manis Rian.

“Uum... Ya udah, tidur sana Dil. Mbak gak apa-apa kok, kamu gak usah mikirin hal seperti ini, kamu masih kecil. Belajar yang rajin aja ya!” Tukas Aisyah, gadis itu bangkit dari duduknya.

“Mbak! Aku bukan lagi anak kecil. Mbak bisa minta tolong sama aku kalau ada apa-apa!” Ucap Fadil, jiwa kelakiannya muncul setelah melihat satu-satunya orang yang peduli padanya terlihat bersedih.

“Iya... Nanti Mbak bakalan minta bantuan kamu. Tapi tidak sekarang.”

Fadil menghela napas berat. Ia tatap kakak satu-satunya itu yang melangkah pergi meninggalkannya.

‘Kalau Mbak Aisyah udah putus, lalu siapa orang yang dimaksud Paman yang bakal nikahin Mbak Aisyah??’ Batinnya penasaran.

Ada kecemasan tersendiri dari dalam hati bocah berusia enam belas tahun itu. Fadil merasa takut, jika nanti sang kakak menikah maka ia akan ditinggal sendiri. Selama ini hanya Aisyah lah yang peduli setelah kedua orang tuanya meninggalkannya.

°°°°°

Sementara itu, di kediaman juragan Bram. Galih tengah duduk di kursi depan kolam ikan. Angin malam berembus masuk sampai ke tulangnya. Tapi tetap saja, ia tinggal duduk di tempat itu.

“Galih, kau serius ingin menikahi gadis itu?” Tanya Rais, tak habis pikir.

“Hem... Kamu pikir aku main-main, Rais??”

Rais berdecak, “Ck, kau punya uang dari mana buat bayar hutang si Herman itu?” Rais menggelengkan kepala, merasa bahwa temannya ini kini salah lawan, “Lagi pula, juragan Bram pasti akan marah jika dia tau kamu menikungnya. Asal kau tau, juragan Bram itu sudah mengincar Aisyah sejak masih SMA!” Tutur Rais.

Galih tercengang. Lelaki tua beristri tiga itu ternyata sudah lama mengincar gadis itu?

Sebagai anak buah senior juragan Bram, Rais tahu apapun tentang lelaki tua itu.

“Jadi, juragan sengaja membuat pancingan agar bisa menikahi gadis itu??” Tanya Galih, penasaran. Pria itu baru bekerja pada juragan Bram seminggu yang lalu.

Rais mengangguk, “Juragan paham betul bagaimana sifat Herman dan istrinya yang matre itu. Ia sengaja menawarkan pinjaman terus menerus, karena juragan yakin, mereka sudah pasti tak akan mampu membayar hutang dan bunganya.”

Galih manggut-manggut, pria itu sepertinya sedang memikirkan sesuatu.

“Jangan nekat kalau kau tidak mau dapat masalah, Galih! Banyak gadis cantik lainnya di kampung ini. Ya meskipun tak secantik Aisyah, tapi gampang lah bagi pemuda seperti kamu ini untuk mencari istri cantik dan orang sini.” Ujar Rais mengingatkan.

Galih hanya menanggapi ucapan Rais dengan senyuman penuh arti. Ia bangkit dari duduknya sambil menepuk pundak Rais.

“Tidurlah, Rais. Kamu tunggu besok, akan ada kejutan yang saya siapkan!” Ucap Galih. Berjalan meninggalkan Rais yang diliputi rasa penasaran.

°°°°°

Bab terkait

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    004. Tawaran Apa??

    Pagi mulai merekah usai semalam di liputi suasana yang menyesakkan. Aisyah sudah bangun pagi-pagi sekali. Gadis itu mencoba menghilangkan segala beban pikirannya sejenak. Ia harus bekerja, ada Fadil yang sudah menjadi tanggung jawabnya. “Kok kamu berangkat kerja, Syah?” Celetuk Rina setelah melihat Aisyah sudah siap dengan seragam kerjanya. “Ya Tante.” Jawab Aisyah sembari menyisir rambutnya. “Kalau kamu nikah sama juragan Bram, kamu gak perlu lagi capek-capek kerja, Syah. Hidup kamu bakalan terjamin. Dari makan, rumah, mobil, bahkan kamu bisa shopping tiap hari. Dari pada jadi penjahit terus, kerja dari pagi hingga sore, tapi tetap aja hidup kamu gini-gini aja!” Ucap Rina. Aisyah menghela napas berat. Lagi-lagi Rina menyuruhnya menikah dengan juragan Bram. Aisya berbalik badan, menatap Rina. “Tante, selama ini Aisyah gak pernah beli ini itu di karenakan uangnya dipakai untuk biaya pendidikan Fadil. Dan juga buat makan kita sehari-hari di rumah ini!” Ucapnya, membela diri. “Hal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    005. Tak Terima!

    “Tenang, juragan. Kita bisa bicara baik-baik.” Ujar Rais. Tak ingin emosi Bram semakin memuncak. “Kamu!” Tunjuk Herman pada Galih, “Pergi kamu dari sini! Saya gak sudi Aisyah menikah dengan kamu! Sampai kapan pun, saya gak akan pernah mau merestui!” Ucap Herman, ikut tersulut emosi. Bagaimana tidak? Selain hutangnya lunas, Bram juga menjanjikannya memberinya modal yang cukup besar untuk di kelola menjadi usaha setelah menikah dengan Aisyah nanti. Herman sudah membuat rencana untuk membuka toko campuran yang besar dengan modal dari Bram. Dengan bantuan Bram yang nantinya akan jadi menantu nya, tentu tak sulit baginya untuk memiliki toko campuran yang besar. “Lagi pula uang dari mana kamu Galih untuk membayar hutang Herman hah?! Gaji kamu sebulan saja, bahkan sangat jauh!” Cetus Bram dengan sinis. Lelaki tua itu yakin, bahwa Galih pasti tak akan bisa membayar utang Herman sebanyak itu. “Tulis rekeningnya di sini!” Jawabnya dengan santai. Galih menyerahkan ponselnya pada Bram. Lela

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    006. Persiapan Akad Nikah!

    “Jangan sungkan, Aisyah. Sebentar lagi kita berdua akan menjadi suami istri!” Ucap Galih, menatap Aisyah yang kini menatap ke arah lain.“Aku baru saja bertemu dengan kamu, aku sama sekali tidak kenal dengan kamu, tidak tau asal usulmu. Bagaimana bisa kamu mengatakan kita akan menikah sebentar lagi?” Ujar Aisyah, mengungkapkan keresahannya.“Kita bisa perkenalan setelah menikah.” Sahut Galih.Obrolan mereka terjeda sesaat. Seorang pelayan datang dengan membawa sebuah minuman, meletakkannya di atas meja.“Terima kasih...” Ucap Aisyah, pelayan itu hanya tersenyum sembari mengangguk.Galih memberi kode pada pelayan tersebut, agar segera meninggalkan mereka berdua.“Minumlah dulu agar pikiran kamu tenang, Aisyah.” Ujarnya dengan lembut.Aisyah tercengang. Tak percaya jika seorang preman di hadapannya itu bisa berbicara lembut seperti itu.“Oh ya, kenapa kamu melunasi hutang paman? Apa sebenarnya tujuan kamu, Galih??” satu pertanyaan yang membuat Aisyah penasaran sejak tadi, akhirnya terlo

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    007. Hamil??

    “Eh, tunggu dulu! Syahnaz ini kan putri kami satu-satunya. Jadi, sebelum pernikahan di selenggarakan, kami ingin memberikan persyaratan terlebih dahulu untuk Nak Arman.” Ucap Herman. Arman mengernyit heran, penasaran. Persyaratan apa yang akan di berikan oleh calon mertuanya itu? “Apa syaratnya?” Tanya Arman cepat. “Kami ingin... Nak Arman memberikan mahar pada Syahnaz sebesar seratus juta!” Ujar Herman. Seketika membuat Arman dan kedua orang tuanya terkejut hebat. Mahar seratus juta?? “Apaa?!! Seratus juta???” Pekik mereka bertiga, kompak. Saking terkejutnya. “Iya! Kalian tidak keberatan kan?” Rina menimpali. Syahnaz seketika melotot pada kedua orang tuanya. “Pak, apa-apaan ini!” Protes Syahnaz. “Syahnaz, kamu berhak mendapatkan mahar yang besar! Jangan mau kalah sama Aisyah, calon suaminya juga memberikan Bapak uang sebesar seratus juta!!” Ujar Herman, tentu saja pria paruh baya itu tidak ingin mengatakan jika uang itu sebenarnya untuk membayar semua hutangnya. “Kalian ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    001. Penebus Hutang...

    “Nah... Ini dia keponakan yang saya ceritakan kemarin, Tuan.” Ucap Herman, saat Aisyah baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam ruang tamu tersebut. Dua lelaki dengan penampilan seperti preman, duduk di ruang tamu sembari menatap Aisyah dari atas sampai bawah dengan intens. Merasa risih dengan tatapan dua pria itu, Aisyah bergegas melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar. Namun, suara teriakan Herman membuat gadis itu mengurungkan niatnya. “Jangan kemana-mana, Aisyah! Duduk di sini!” Titah Herman sembari menunjuk kursi di sampingnya. “Maaf, Paman. Badan Aisyah terasa lengket, Aku mau bersih-bersih dulu.” Tolak Aisyah dengan lembut. “Duduk, Aisyah! Atau_” Ucapan Herman tertahan sesaat. Tampak seorang wanita berjalan dari arah dapur dengan membawa nampan berisi tiga cangkir teh hangat. “Duduklah dulu, Aisyah. Ada hal penting yang harus kami bicarakan sama kamu!” Ucap Rina, istri Herman. Aisyah pun pasrah. Ia duduk dengan rasa penasaran menyelimuti jiwanya. Apa y

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    002. Bertemu Lagi...

    Ting! Ting! Ponsel Aisyah berbunyi, pertanda sebuah pesan masuk. Ia raih ponsel tersebut, pesan dari Rian muncul di layar ponselnya. [Aisyah, nanti malam kita ketemu di tempat biasa ya.] Rian, lelaki yang setahun belakangan ini menjalin hubungan dengannya. Aisyah pikir, pria itu menjadi satu-satunya orang yang ia harapkan untuk membantunya. “Oke, Mas. Kebetulan aku juga ingin membicarakan sesuatu yang penting.” Aisyah membalas pesan itu, ia kemudian bangkit dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia tak boleh larut dalam kesedihan. Dalam hati gadis itu, ia berharap agar Rian bisa menemukan solusi yang baik. “Semoga saja kamu bisa membantuku, Mas.” Gumam Aisyah lirih. Jelas saja ia berharap bahwa Rian pasti akan membantunya. Ia pikir, Rian pasti tidak akan rela bila Aisyah menikah dengan lelaki lain. °°° Pukul 19.30 wib. Rian dan Aisyah bertemu di sebuah cafe yang berada di dekat rumah gadis itu. Rian memang belum pernah menjemput Aisyah langsung di

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12

Bab terbaru

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    007. Hamil??

    “Eh, tunggu dulu! Syahnaz ini kan putri kami satu-satunya. Jadi, sebelum pernikahan di selenggarakan, kami ingin memberikan persyaratan terlebih dahulu untuk Nak Arman.” Ucap Herman. Arman mengernyit heran, penasaran. Persyaratan apa yang akan di berikan oleh calon mertuanya itu? “Apa syaratnya?” Tanya Arman cepat. “Kami ingin... Nak Arman memberikan mahar pada Syahnaz sebesar seratus juta!” Ujar Herman. Seketika membuat Arman dan kedua orang tuanya terkejut hebat. Mahar seratus juta?? “Apaa?!! Seratus juta???” Pekik mereka bertiga, kompak. Saking terkejutnya. “Iya! Kalian tidak keberatan kan?” Rina menimpali. Syahnaz seketika melotot pada kedua orang tuanya. “Pak, apa-apaan ini!” Protes Syahnaz. “Syahnaz, kamu berhak mendapatkan mahar yang besar! Jangan mau kalah sama Aisyah, calon suaminya juga memberikan Bapak uang sebesar seratus juta!!” Ujar Herman, tentu saja pria paruh baya itu tidak ingin mengatakan jika uang itu sebenarnya untuk membayar semua hutangnya. “Kalian ini

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    006. Persiapan Akad Nikah!

    “Jangan sungkan, Aisyah. Sebentar lagi kita berdua akan menjadi suami istri!” Ucap Galih, menatap Aisyah yang kini menatap ke arah lain.“Aku baru saja bertemu dengan kamu, aku sama sekali tidak kenal dengan kamu, tidak tau asal usulmu. Bagaimana bisa kamu mengatakan kita akan menikah sebentar lagi?” Ujar Aisyah, mengungkapkan keresahannya.“Kita bisa perkenalan setelah menikah.” Sahut Galih.Obrolan mereka terjeda sesaat. Seorang pelayan datang dengan membawa sebuah minuman, meletakkannya di atas meja.“Terima kasih...” Ucap Aisyah, pelayan itu hanya tersenyum sembari mengangguk.Galih memberi kode pada pelayan tersebut, agar segera meninggalkan mereka berdua.“Minumlah dulu agar pikiran kamu tenang, Aisyah.” Ujarnya dengan lembut.Aisyah tercengang. Tak percaya jika seorang preman di hadapannya itu bisa berbicara lembut seperti itu.“Oh ya, kenapa kamu melunasi hutang paman? Apa sebenarnya tujuan kamu, Galih??” satu pertanyaan yang membuat Aisyah penasaran sejak tadi, akhirnya terlo

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    005. Tak Terima!

    “Tenang, juragan. Kita bisa bicara baik-baik.” Ujar Rais. Tak ingin emosi Bram semakin memuncak. “Kamu!” Tunjuk Herman pada Galih, “Pergi kamu dari sini! Saya gak sudi Aisyah menikah dengan kamu! Sampai kapan pun, saya gak akan pernah mau merestui!” Ucap Herman, ikut tersulut emosi. Bagaimana tidak? Selain hutangnya lunas, Bram juga menjanjikannya memberinya modal yang cukup besar untuk di kelola menjadi usaha setelah menikah dengan Aisyah nanti. Herman sudah membuat rencana untuk membuka toko campuran yang besar dengan modal dari Bram. Dengan bantuan Bram yang nantinya akan jadi menantu nya, tentu tak sulit baginya untuk memiliki toko campuran yang besar. “Lagi pula uang dari mana kamu Galih untuk membayar hutang Herman hah?! Gaji kamu sebulan saja, bahkan sangat jauh!” Cetus Bram dengan sinis. Lelaki tua itu yakin, bahwa Galih pasti tak akan bisa membayar utang Herman sebanyak itu. “Tulis rekeningnya di sini!” Jawabnya dengan santai. Galih menyerahkan ponselnya pada Bram. Lela

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    004. Tawaran Apa??

    Pagi mulai merekah usai semalam di liputi suasana yang menyesakkan. Aisyah sudah bangun pagi-pagi sekali. Gadis itu mencoba menghilangkan segala beban pikirannya sejenak. Ia harus bekerja, ada Fadil yang sudah menjadi tanggung jawabnya. “Kok kamu berangkat kerja, Syah?” Celetuk Rina setelah melihat Aisyah sudah siap dengan seragam kerjanya. “Ya Tante.” Jawab Aisyah sembari menyisir rambutnya. “Kalau kamu nikah sama juragan Bram, kamu gak perlu lagi capek-capek kerja, Syah. Hidup kamu bakalan terjamin. Dari makan, rumah, mobil, bahkan kamu bisa shopping tiap hari. Dari pada jadi penjahit terus, kerja dari pagi hingga sore, tapi tetap aja hidup kamu gini-gini aja!” Ucap Rina. Aisyah menghela napas berat. Lagi-lagi Rina menyuruhnya menikah dengan juragan Bram. Aisya berbalik badan, menatap Rina. “Tante, selama ini Aisyah gak pernah beli ini itu di karenakan uangnya dipakai untuk biaya pendidikan Fadil. Dan juga buat makan kita sehari-hari di rumah ini!” Ucapnya, membela diri. “Hal

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    003. Akan Ada Kejutan...

    Galih menatap ke arah spion motornya yang ia arahkan ke belakang. Rupanya gadis itu berpegangan pada bagian belakang jok motor. Galih tersenyum miring. Seakan merencanakan sesuatu? Tak lama setelah itu, ia melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Aisyah yang duduk di jok belakang, hampir saja terjengkang. Gadis itu terkejut bukan main, ia pun refleks melingkarkan tangannya ke pinggang Galih. Bisa-bisa ia jatuh jika hanya berpegangan di belakang jok motor saja. Kesal, Aisyah merasa Galih sengaja melakukan ini semua, agar gadis itu bisa memeluknya. Modus. Pikirnya. “Dasar preman modus!” Umpat Aisyah. Kesal bukan main. Sepanjang perjalanan. Galih hanya menahan tawa dalam hati karena mendengar Aisyah yang tak henti-hentinya mengoceh di belakang. ‘ Lucu! Gadis ini sangat unik.’ Batinnya. “Pelan-pelan aja jalannya. Kasian tetangga, takutnya mengganggu mereka!” Kali ini Galih menurut, karena sudah masuk area perkampungan. Pria itu pun memelankan laju motornya. Aisyah tak sadar, bahw

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    002. Bertemu Lagi...

    Ting! Ting! Ponsel Aisyah berbunyi, pertanda sebuah pesan masuk. Ia raih ponsel tersebut, pesan dari Rian muncul di layar ponselnya. [Aisyah, nanti malam kita ketemu di tempat biasa ya.] Rian, lelaki yang setahun belakangan ini menjalin hubungan dengannya. Aisyah pikir, pria itu menjadi satu-satunya orang yang ia harapkan untuk membantunya. “Oke, Mas. Kebetulan aku juga ingin membicarakan sesuatu yang penting.” Aisyah membalas pesan itu, ia kemudian bangkit dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia tak boleh larut dalam kesedihan. Dalam hati gadis itu, ia berharap agar Rian bisa menemukan solusi yang baik. “Semoga saja kamu bisa membantuku, Mas.” Gumam Aisyah lirih. Jelas saja ia berharap bahwa Rian pasti akan membantunya. Ia pikir, Rian pasti tidak akan rela bila Aisyah menikah dengan lelaki lain. °°° Pukul 19.30 wib. Rian dan Aisyah bertemu di sebuah cafe yang berada di dekat rumah gadis itu. Rian memang belum pernah menjemput Aisyah langsung di

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    001. Penebus Hutang...

    “Nah... Ini dia keponakan yang saya ceritakan kemarin, Tuan.” Ucap Herman, saat Aisyah baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam ruang tamu tersebut. Dua lelaki dengan penampilan seperti preman, duduk di ruang tamu sembari menatap Aisyah dari atas sampai bawah dengan intens. Merasa risih dengan tatapan dua pria itu, Aisyah bergegas melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar. Namun, suara teriakan Herman membuat gadis itu mengurungkan niatnya. “Jangan kemana-mana, Aisyah! Duduk di sini!” Titah Herman sembari menunjuk kursi di sampingnya. “Maaf, Paman. Badan Aisyah terasa lengket, Aku mau bersih-bersih dulu.” Tolak Aisyah dengan lembut. “Duduk, Aisyah! Atau_” Ucapan Herman tertahan sesaat. Tampak seorang wanita berjalan dari arah dapur dengan membawa nampan berisi tiga cangkir teh hangat. “Duduklah dulu, Aisyah. Ada hal penting yang harus kami bicarakan sama kamu!” Ucap Rina, istri Herman. Aisyah pun pasrah. Ia duduk dengan rasa penasaran menyelimuti jiwanya. Apa y

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status