Share

006. Persiapan Akad Nikah!

last update Last Updated: 2025-02-21 12:01:47

“Jangan sungkan, Aisyah. Sebentar lagi kita berdua akan menjadi suami istri!” Ucap Galih, menatap Aisyah yang kini menatap ke arah lain.

“Aku baru saja bertemu dengan kamu, aku sama sekali tidak kenal dengan kamu, tidak tau asal usulmu. Bagaimana bisa kamu mengatakan kita akan menikah sebentar lagi?” Ujar Aisyah, mengungkapkan keresahannya.

“Kita bisa perkenalan setelah menikah.” Sahut Galih.

Obrolan mereka terjeda sesaat. Seorang pelayan datang dengan membawa sebuah minuman, meletakkannya di atas meja.

“Terima kasih...” Ucap Aisyah, pelayan itu hanya tersenyum sembari mengangguk.

Galih memberi kode pada pelayan tersebut, agar segera meninggalkan mereka berdua.

“Minumlah dulu agar pikiran kamu tenang, Aisyah.” Ujarnya dengan lembut.

Aisyah tercengang. Tak percaya jika seorang preman di hadapannya itu bisa berbicara lembut seperti itu.

“Oh ya, kenapa kamu melunasi hutang paman? Apa sebenarnya tujuan kamu, Galih??” satu pertanyaan yang membuat Aisyah penasaran sejak tadi, akhirnya terlontar.

“Karena kamu Aisyah!”

“Ck, rupanya preman seperti kamu juga hobi menggombal perempuan!” Aisyah mencebik kesal, tak puas dengan jawaban pria itu.

“Saya gak gombal, saya hanya memberikan jawaban dari pertanyaan kamu.” Jawabnya dengan santai.

Galih dengan mudahnya menawarkan pernikahan pada Aisyah, padahal sebelumnya mereka berdua tak saling kenal.

Aisyah masih merasa penasaran. Apa sebenarnya tujuan pria ini mau menikahinya?

“Hmm... Pernikahan itu hal yang sakral, juga ibadah terpanjang. Ada banyak hal yang harus di persiapkan sebelum memutuskan untuk menikah!”

“Katakan saja! Kamu mau menikah dengan konsep yang seperti apa, Aisyah??” Sahut Galih cepat.

“Bukan itu. Maksud aku, tujuan menikah dan lainnya itu harus jelas.”

“Oh itu... Kamu tenang saja! Saya tidak akan banyak janji! Saya pastikan, kamu tidak akan menyesal setelah menikah denganku!” Ujar Galih, sungguh percaya diri sekali lelaki berhidung mancung itu.

“Besok kita akan segera menikah, tapi secara agama saja dulu. Agar saya bisa secepatnya membawa kamu pergi dari rumah pamanmu yang kurang ajar itu!” Ujar Galih, merasa geram terhadap Herman.

Aisyah terperangah. Pernikahannya dengan Galih akan di langsungkan besok? Secepat itu??

“Apa?? Besok kamu bilang?!” Pekik Aisyah, terkejut.

“Ya! Sesuatu yang baik, bukankah tidak baik jika harus di tunda??” Galih menaikkan satu alisnya sambil tersenyum.

Aisyah terdiam, yang di katakan Galih memang benar. Namun, ia sama sekali tak pernah menyangka, jika Galih akan mempercepat pernikahan mereka itu.

Aisyah sendiri sudah tak bisa menolak. Ia sendiri yang sudah memutuskan untuk menikah dengan Galih dari pada dengan juragan tanah beristri tiga itu. Apalagi pria itu juga sudah mengeluarkan sejumlah uang yang besar, untuk melunasi semua hutang Herman-pamannya. Meskipun banyak tanda tanya dalam pikirannya, dimana Galih mendapatkan uang sebanyak itu.

Namun tak dapat di pungkiri, bahwa ia sedikit merasa janggal karena hingga saat ini bahkan beberapa jam lagi akan melangsungkan akad nikah secara agama. Dirinya bahkan belum mengetahui asal usul pria yang berpenampilan seperti preman itu.

°•°•°•°

“Mbak... Jadi beneran Mbak mau nikah??” Tanya Fadil.

Aisyah mengangguk, “Iya, Dil. Mau bagaimana lagi?!” Jawabnya.

Semalam, Aisyah telah menceritakan semuanya pada sang adik. Ia merasa bahwa Fadil berhak tahu akan hal ini.

“Iya sih, Mbak. Dari pada dengan juragan Bram, lebih baik sama Bang Galih. Meskipun dirinya terlihat preman, tapi dia itu kelihatannya baik.”

Fadil sudah bertemu dengan Galih semalam, di saat pria itu mengantar Aisyah pulang.

Seharian kemarin, Aisyah dan Galih sempat mampir ke tempat rias pengantin yang ada di desa itu. Untung saja, meski merasa dadakan, perias itu masih bisa merias Aisyah nanti siang.

Tukang dekor juga sudah datang pagi-pagi sekali, untuk mendekorasi ruang tamu rumah itu menjadi tempat akad nikah yang sederhana.

Aisyah sendiri yang meminta, agar pernikahan mereka di adakan secara sederhana saja. Selain tak ingin memberatkan Galih, gadis itu juga merasa jika pernikahannya ini masih abu-abu.

Herman dan Rina sejak tadi hanya sibuk menunggu kedatangan Syahnaz-putri mereka. Mereka berdua bahkan tak peduli tentang persiapan pernikahan keponakannya itu.

Tak berselang lama. Sebuah mobil Honda Jazz tiba di depan rumah. Empat orang turun dari mobil itu seraya mengedarkan pandangan.

‘Lho, ini ada acara apa ya?’ Syahnaz membatin. Ia memang tidak di beritahu apapun mengenai pernikahan sepupunya itu.

Herman dan Rina bergegas keluar untuk menghampiri anak kesayangan mereka.

“Syahnaz... Akhirnya kamu sampai juga, Nak.” Rina dengan wajah berbinar-binar, berjalan cepat menghampiri putri semata wayangnya itu.

Aisyah hanya melihat dari dalam, di karenakan Syahnaz memang tak menyukainya. Ia tak mau ada keributan, jika Aisyah ikut menyambut kedatangannya.

“Bu, ada acara apa ini??” Tanya Syahnaz, penasaran.

“Oh ini... Itu si Aisyah mau nikah sama anak buah Juragan Bram.” Jawab Rina.

Mata Rina kemudian beralih menatap tiga orang di belakang Syahnaz. Tiga orang itu adalah calon suami Syahnaz beserta kedua orang tuanya.

“Waah... Ini pasti calon suami Syahnaz ya?? Ayo, mari masuk.” Ucap Rina, mempersilahkan.

“Ayo, Mas.” Syahnaz menggandeng lelaki yang sejak tadi menatap jijik ke rumah calon istrinya itu. Syahnaz sendiri tak peduli dengan Aisyah yang sebentar lagi akan menikah. Seburuk itu memang hubungan mereka berdua.

Kedua orang tua calon suami Syahnaz pun sama. Sejak turun dari mobil, sudah merasa tak nyaman berada di rumah tersebut.

“Maaf ya... Rumahnya masih berantakan, soalnya mau di dekor.” Ujar Rina.

Rina membawa calon besannya itu masuk ke ruang tengah.

Tak ada sahutan dari lawan bicaranya, bahkan sejak tadi Arman juga tak menyapa calon mertuanya.

“Hmm... Begini, kita langsung saja_” Seorang pria paruh baya yang seumuran dengan Herman itu angkat bicara.

Herman memotong ucapan Ayah dari Arman. “Duduk dulu, Pak.” Herman mempersilahkan tamunya untuk duduk terlebih dahulu.

“Ayo duduk, Tante.” Ajak Syahnaz, sudah lebih dulu duduk. Mau tidak mau, Arman dan kedua orang tuanya pun ikut duduk di sofa yang sudah usang.

“Pak, kenalin dulu. Ini Mas Arman, calon suami Syahnaz.” Ucap Syahnaz dengan senyum mengembang. Ia merasa bangga, karena pada akhirnya gadis itu bisa memiliki seorang Arman-sang Manager keuangan di tempat gadis itu bekerja.

“Arman.” Arman menyalami tangan Herman dengan singkat, tak ingin berlama-lama bersentuhan tangan dengan Ayah Syahnaz.

“Maaf... Kedatangan kami tidak akan lama! Kami hanya ingin menyampaikan bahwa bulan depan, kami akan menikahkan Arman dengan Syahnaz.”

Rina seketika tersenyum sumringah. “Waah... Boleh, boleh.” Sahut Rina cepat. Sejak tadi ia memperhatikan terus menerus penampilan Ibu Arman dengan seksama.

Mulai dari tas, pakaian dan perhiasan yang di kenakan Ibu Arman itu membuat Rina terpukau. Wanita paruh baya itu semakin yakin, jika Arman memang orang kaya.

Related chapters

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    007. Hamil??

    “Eh, tunggu dulu! Syahnaz ini kan putri kami satu-satunya. Jadi, sebelum pernikahan di selenggarakan, kami ingin memberikan persyaratan terlebih dahulu untuk Nak Arman.” Ucap Herman. Arman mengernyit heran, penasaran. Persyaratan apa yang akan di berikan oleh calon mertuanya itu? “Apa syaratnya?” Tanya Arman cepat. “Kami ingin... Nak Arman memberikan mahar pada Syahnaz sebesar seratus juta!” Ujar Herman. Seketika membuat Arman dan kedua orang tuanya terkejut hebat. Mahar seratus juta?? “Apaa?!! Seratus juta???” Pekik mereka bertiga, kompak. Saking terkejutnya. “Iya! Kalian tidak keberatan kan?” Rina menimpali. Syahnaz seketika melotot pada kedua orang tuanya. “Pak, apa-apaan ini!” Protes Syahnaz. “Syahnaz, kamu berhak mendapatkan mahar yang besar! Jangan mau kalah sama Aisyah, calon suaminya juga memberikan Bapak uang sebesar seratus juta!!” Ujar Herman, tentu saja pria paruh baya itu tidak ingin mengatakan jika uang itu sebenarnya untuk membayar semua hutangnya. “Kalian ini

    Last Updated : 2025-02-22
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    001. Penebus Hutang...

    “Nah... Ini dia keponakan yang saya ceritakan kemarin, Tuan.” Ucap Herman, saat Aisyah baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam ruang tamu tersebut. Dua lelaki dengan penampilan seperti preman, duduk di ruang tamu sembari menatap Aisyah dari atas sampai bawah dengan intens. Merasa risih dengan tatapan dua pria itu, Aisyah bergegas melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar. Namun, suara teriakan Herman membuat gadis itu mengurungkan niatnya. “Jangan kemana-mana, Aisyah! Duduk di sini!” Titah Herman sembari menunjuk kursi di sampingnya. “Maaf, Paman. Badan Aisyah terasa lengket, Aku mau bersih-bersih dulu.” Tolak Aisyah dengan lembut. “Duduk, Aisyah! Atau_” Ucapan Herman tertahan sesaat. Tampak seorang wanita berjalan dari arah dapur dengan membawa nampan berisi tiga cangkir teh hangat. “Duduklah dulu, Aisyah. Ada hal penting yang harus kami bicarakan sama kamu!” Ucap Rina, istri Herman. Aisyah pun pasrah. Ia duduk dengan rasa penasaran menyelimuti jiwanya. Apa y

    Last Updated : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    002. Bertemu Lagi...

    Ting! Ting! Ponsel Aisyah berbunyi, pertanda sebuah pesan masuk. Ia raih ponsel tersebut, pesan dari Rian muncul di layar ponselnya. [Aisyah, nanti malam kita ketemu di tempat biasa ya.] Rian, lelaki yang setahun belakangan ini menjalin hubungan dengannya. Aisyah pikir, pria itu menjadi satu-satunya orang yang ia harapkan untuk membantunya. “Oke, Mas. Kebetulan aku juga ingin membicarakan sesuatu yang penting.” Aisyah membalas pesan itu, ia kemudian bangkit dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia tak boleh larut dalam kesedihan. Dalam hati gadis itu, ia berharap agar Rian bisa menemukan solusi yang baik. “Semoga saja kamu bisa membantuku, Mas.” Gumam Aisyah lirih. Jelas saja ia berharap bahwa Rian pasti akan membantunya. Ia pikir, Rian pasti tidak akan rela bila Aisyah menikah dengan lelaki lain. °°° Pukul 19.30 wib. Rian dan Aisyah bertemu di sebuah cafe yang berada di dekat rumah gadis itu. Rian memang belum pernah menjemput Aisyah langsung di

    Last Updated : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    003. Akan Ada Kejutan...

    Galih menatap ke arah spion motornya yang ia arahkan ke belakang. Rupanya gadis itu berpegangan pada bagian belakang jok motor. Galih tersenyum miring. Seakan merencanakan sesuatu? Tak lama setelah itu, ia melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Aisyah yang duduk di jok belakang, hampir saja terjengkang. Gadis itu terkejut bukan main, ia pun refleks melingkarkan tangannya ke pinggang Galih. Bisa-bisa ia jatuh jika hanya berpegangan di belakang jok motor saja. Kesal, Aisyah merasa Galih sengaja melakukan ini semua, agar gadis itu bisa memeluknya. Modus. Pikirnya. “Dasar preman modus!” Umpat Aisyah. Kesal bukan main. Sepanjang perjalanan. Galih hanya menahan tawa dalam hati karena mendengar Aisyah yang tak henti-hentinya mengoceh di belakang. ‘ Lucu! Gadis ini sangat unik.’ Batinnya. “Pelan-pelan aja jalannya. Kasian tetangga, takutnya mengganggu mereka!” Kali ini Galih menurut, karena sudah masuk area perkampungan. Pria itu pun memelankan laju motornya. Aisyah tak sadar, bahw

    Last Updated : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    004. Tawaran Apa??

    Pagi mulai merekah usai semalam di liputi suasana yang menyesakkan. Aisyah sudah bangun pagi-pagi sekali. Gadis itu mencoba menghilangkan segala beban pikirannya sejenak. Ia harus bekerja, ada Fadil yang sudah menjadi tanggung jawabnya. “Kok kamu berangkat kerja, Syah?” Celetuk Rina setelah melihat Aisyah sudah siap dengan seragam kerjanya. “Ya Tante.” Jawab Aisyah sembari menyisir rambutnya. “Kalau kamu nikah sama juragan Bram, kamu gak perlu lagi capek-capek kerja, Syah. Hidup kamu bakalan terjamin. Dari makan, rumah, mobil, bahkan kamu bisa shopping tiap hari. Dari pada jadi penjahit terus, kerja dari pagi hingga sore, tapi tetap aja hidup kamu gini-gini aja!” Ucap Rina. Aisyah menghela napas berat. Lagi-lagi Rina menyuruhnya menikah dengan juragan Bram. Aisya berbalik badan, menatap Rina. “Tante, selama ini Aisyah gak pernah beli ini itu di karenakan uangnya dipakai untuk biaya pendidikan Fadil. Dan juga buat makan kita sehari-hari di rumah ini!” Ucapnya, membela diri. “Hal

    Last Updated : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    005. Tak Terima!

    “Tenang, juragan. Kita bisa bicara baik-baik.” Ujar Rais. Tak ingin emosi Bram semakin memuncak. “Kamu!” Tunjuk Herman pada Galih, “Pergi kamu dari sini! Saya gak sudi Aisyah menikah dengan kamu! Sampai kapan pun, saya gak akan pernah mau merestui!” Ucap Herman, ikut tersulut emosi. Bagaimana tidak? Selain hutangnya lunas, Bram juga menjanjikannya memberinya modal yang cukup besar untuk di kelola menjadi usaha setelah menikah dengan Aisyah nanti. Herman sudah membuat rencana untuk membuka toko campuran yang besar dengan modal dari Bram. Dengan bantuan Bram yang nantinya akan jadi menantu nya, tentu tak sulit baginya untuk memiliki toko campuran yang besar. “Lagi pula uang dari mana kamu Galih untuk membayar hutang Herman hah?! Gaji kamu sebulan saja, bahkan sangat jauh!” Cetus Bram dengan sinis. Lelaki tua itu yakin, bahwa Galih pasti tak akan bisa membayar utang Herman sebanyak itu. “Tulis rekeningnya di sini!” Jawabnya dengan santai. Galih menyerahkan ponselnya pada Bram. Lela

    Last Updated : 2025-02-12

Latest chapter

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    007. Hamil??

    “Eh, tunggu dulu! Syahnaz ini kan putri kami satu-satunya. Jadi, sebelum pernikahan di selenggarakan, kami ingin memberikan persyaratan terlebih dahulu untuk Nak Arman.” Ucap Herman. Arman mengernyit heran, penasaran. Persyaratan apa yang akan di berikan oleh calon mertuanya itu? “Apa syaratnya?” Tanya Arman cepat. “Kami ingin... Nak Arman memberikan mahar pada Syahnaz sebesar seratus juta!” Ujar Herman. Seketika membuat Arman dan kedua orang tuanya terkejut hebat. Mahar seratus juta?? “Apaa?!! Seratus juta???” Pekik mereka bertiga, kompak. Saking terkejutnya. “Iya! Kalian tidak keberatan kan?” Rina menimpali. Syahnaz seketika melotot pada kedua orang tuanya. “Pak, apa-apaan ini!” Protes Syahnaz. “Syahnaz, kamu berhak mendapatkan mahar yang besar! Jangan mau kalah sama Aisyah, calon suaminya juga memberikan Bapak uang sebesar seratus juta!!” Ujar Herman, tentu saja pria paruh baya itu tidak ingin mengatakan jika uang itu sebenarnya untuk membayar semua hutangnya. “Kalian ini

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    006. Persiapan Akad Nikah!

    “Jangan sungkan, Aisyah. Sebentar lagi kita berdua akan menjadi suami istri!” Ucap Galih, menatap Aisyah yang kini menatap ke arah lain.“Aku baru saja bertemu dengan kamu, aku sama sekali tidak kenal dengan kamu, tidak tau asal usulmu. Bagaimana bisa kamu mengatakan kita akan menikah sebentar lagi?” Ujar Aisyah, mengungkapkan keresahannya.“Kita bisa perkenalan setelah menikah.” Sahut Galih.Obrolan mereka terjeda sesaat. Seorang pelayan datang dengan membawa sebuah minuman, meletakkannya di atas meja.“Terima kasih...” Ucap Aisyah, pelayan itu hanya tersenyum sembari mengangguk.Galih memberi kode pada pelayan tersebut, agar segera meninggalkan mereka berdua.“Minumlah dulu agar pikiran kamu tenang, Aisyah.” Ujarnya dengan lembut.Aisyah tercengang. Tak percaya jika seorang preman di hadapannya itu bisa berbicara lembut seperti itu.“Oh ya, kenapa kamu melunasi hutang paman? Apa sebenarnya tujuan kamu, Galih??” satu pertanyaan yang membuat Aisyah penasaran sejak tadi, akhirnya terlo

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    005. Tak Terima!

    “Tenang, juragan. Kita bisa bicara baik-baik.” Ujar Rais. Tak ingin emosi Bram semakin memuncak. “Kamu!” Tunjuk Herman pada Galih, “Pergi kamu dari sini! Saya gak sudi Aisyah menikah dengan kamu! Sampai kapan pun, saya gak akan pernah mau merestui!” Ucap Herman, ikut tersulut emosi. Bagaimana tidak? Selain hutangnya lunas, Bram juga menjanjikannya memberinya modal yang cukup besar untuk di kelola menjadi usaha setelah menikah dengan Aisyah nanti. Herman sudah membuat rencana untuk membuka toko campuran yang besar dengan modal dari Bram. Dengan bantuan Bram yang nantinya akan jadi menantu nya, tentu tak sulit baginya untuk memiliki toko campuran yang besar. “Lagi pula uang dari mana kamu Galih untuk membayar hutang Herman hah?! Gaji kamu sebulan saja, bahkan sangat jauh!” Cetus Bram dengan sinis. Lelaki tua itu yakin, bahwa Galih pasti tak akan bisa membayar utang Herman sebanyak itu. “Tulis rekeningnya di sini!” Jawabnya dengan santai. Galih menyerahkan ponselnya pada Bram. Lela

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    004. Tawaran Apa??

    Pagi mulai merekah usai semalam di liputi suasana yang menyesakkan. Aisyah sudah bangun pagi-pagi sekali. Gadis itu mencoba menghilangkan segala beban pikirannya sejenak. Ia harus bekerja, ada Fadil yang sudah menjadi tanggung jawabnya. “Kok kamu berangkat kerja, Syah?” Celetuk Rina setelah melihat Aisyah sudah siap dengan seragam kerjanya. “Ya Tante.” Jawab Aisyah sembari menyisir rambutnya. “Kalau kamu nikah sama juragan Bram, kamu gak perlu lagi capek-capek kerja, Syah. Hidup kamu bakalan terjamin. Dari makan, rumah, mobil, bahkan kamu bisa shopping tiap hari. Dari pada jadi penjahit terus, kerja dari pagi hingga sore, tapi tetap aja hidup kamu gini-gini aja!” Ucap Rina. Aisyah menghela napas berat. Lagi-lagi Rina menyuruhnya menikah dengan juragan Bram. Aisya berbalik badan, menatap Rina. “Tante, selama ini Aisyah gak pernah beli ini itu di karenakan uangnya dipakai untuk biaya pendidikan Fadil. Dan juga buat makan kita sehari-hari di rumah ini!” Ucapnya, membela diri. “Hal

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    003. Akan Ada Kejutan...

    Galih menatap ke arah spion motornya yang ia arahkan ke belakang. Rupanya gadis itu berpegangan pada bagian belakang jok motor. Galih tersenyum miring. Seakan merencanakan sesuatu? Tak lama setelah itu, ia melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Aisyah yang duduk di jok belakang, hampir saja terjengkang. Gadis itu terkejut bukan main, ia pun refleks melingkarkan tangannya ke pinggang Galih. Bisa-bisa ia jatuh jika hanya berpegangan di belakang jok motor saja. Kesal, Aisyah merasa Galih sengaja melakukan ini semua, agar gadis itu bisa memeluknya. Modus. Pikirnya. “Dasar preman modus!” Umpat Aisyah. Kesal bukan main. Sepanjang perjalanan. Galih hanya menahan tawa dalam hati karena mendengar Aisyah yang tak henti-hentinya mengoceh di belakang. ‘ Lucu! Gadis ini sangat unik.’ Batinnya. “Pelan-pelan aja jalannya. Kasian tetangga, takutnya mengganggu mereka!” Kali ini Galih menurut, karena sudah masuk area perkampungan. Pria itu pun memelankan laju motornya. Aisyah tak sadar, bahw

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    002. Bertemu Lagi...

    Ting! Ting! Ponsel Aisyah berbunyi, pertanda sebuah pesan masuk. Ia raih ponsel tersebut, pesan dari Rian muncul di layar ponselnya. [Aisyah, nanti malam kita ketemu di tempat biasa ya.] Rian, lelaki yang setahun belakangan ini menjalin hubungan dengannya. Aisyah pikir, pria itu menjadi satu-satunya orang yang ia harapkan untuk membantunya. “Oke, Mas. Kebetulan aku juga ingin membicarakan sesuatu yang penting.” Aisyah membalas pesan itu, ia kemudian bangkit dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia tak boleh larut dalam kesedihan. Dalam hati gadis itu, ia berharap agar Rian bisa menemukan solusi yang baik. “Semoga saja kamu bisa membantuku, Mas.” Gumam Aisyah lirih. Jelas saja ia berharap bahwa Rian pasti akan membantunya. Ia pikir, Rian pasti tidak akan rela bila Aisyah menikah dengan lelaki lain. °°° Pukul 19.30 wib. Rian dan Aisyah bertemu di sebuah cafe yang berada di dekat rumah gadis itu. Rian memang belum pernah menjemput Aisyah langsung di

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    001. Penebus Hutang...

    “Nah... Ini dia keponakan yang saya ceritakan kemarin, Tuan.” Ucap Herman, saat Aisyah baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam ruang tamu tersebut. Dua lelaki dengan penampilan seperti preman, duduk di ruang tamu sembari menatap Aisyah dari atas sampai bawah dengan intens. Merasa risih dengan tatapan dua pria itu, Aisyah bergegas melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar. Namun, suara teriakan Herman membuat gadis itu mengurungkan niatnya. “Jangan kemana-mana, Aisyah! Duduk di sini!” Titah Herman sembari menunjuk kursi di sampingnya. “Maaf, Paman. Badan Aisyah terasa lengket, Aku mau bersih-bersih dulu.” Tolak Aisyah dengan lembut. “Duduk, Aisyah! Atau_” Ucapan Herman tertahan sesaat. Tampak seorang wanita berjalan dari arah dapur dengan membawa nampan berisi tiga cangkir teh hangat. “Duduklah dulu, Aisyah. Ada hal penting yang harus kami bicarakan sama kamu!” Ucap Rina, istri Herman. Aisyah pun pasrah. Ia duduk dengan rasa penasaran menyelimuti jiwanya. Apa y

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status