Share

004. Tawaran Apa??

Penulis: Dilla Maharia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-12 17:36:33

Pagi mulai merekah usai semalam di liputi suasana yang menyesakkan.

Aisyah sudah bangun pagi-pagi sekali. Gadis itu mencoba menghilangkan segala beban pikirannya sejenak. Ia harus bekerja, ada Fadil yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

“Kok kamu berangkat kerja, Syah?” Celetuk Rina setelah melihat Aisyah sudah siap dengan seragam kerjanya.

“Ya Tante.” Jawab Aisyah sembari menyisir rambutnya.

“Kalau kamu nikah sama juragan Bram, kamu gak perlu lagi capek-capek kerja, Syah. Hidup kamu bakalan terjamin. Dari makan, rumah, mobil, bahkan kamu bisa shopping tiap hari. Dari pada jadi penjahit terus, kerja dari pagi hingga sore, tapi tetap aja hidup kamu gini-gini aja!” Ucap Rina.

Aisyah menghela napas berat. Lagi-lagi Rina menyuruhnya menikah dengan juragan Bram.

Aisya berbalik badan, menatap Rina. “Tante, selama ini Aisyah gak pernah beli ini itu di karenakan uangnya dipakai untuk biaya pendidikan Fadil. Dan juga buat makan kita sehari-hari di rumah ini!” Ucapnya, membela diri.

“Halah... Uang makan sehari-hari kamu bilang? Uang yang kamu kasi itu kurang, Syah! Makanya Paman kamu sampai berhutang biar bisa membiayai hidup kita! Pokoknya Tante gak mau tau, kamu harus nikah sama juragan Bram! Kalau enggak, berarti kamu durhaka! Gak tau balas budi!” Ucap Rina dengan sorot mata tajam.

“Astaghfirullah. Tante... Aisyah bukan gak mau balas budi, tapi Aisyah gak mau kalau harus jadi istri ke empat juragan Bram! Apa Tante gak kasihan sama Aisyah?” Ujar Aisyah. Dadanya terasa sesak.

“Kamu yang gak kasihan sama Tante, Aisyah! Selama ini Tante sudah menampung kalian berdua, adik kamu juga Tante yang urusin! Sekarang Tante cuma minta kamu nikah sama juragan saja, kamu juga menolak! Padahal yang bahagia nanti kan kamu sendiri!” Rina mengungkit semua jasa-jasanya terhadap Aisyah dan juga Fadil.

Padahal, walaupun tinggal serumah, Rina jarang sekali memperhatikan Aisyah dan Adiknya.

“RINA... BAWA AISYAH KEMARI!” Teriak Herman dari arah ruang tamu.

Jantung Aisyah berdegup kencang. Perasaannya mulai tak enak.

“Aisyah pamit kerja dulu, Tante!” Aisyah buru-buru menyambar tasnya, kemudian keluar dari kamar.

“Aisyah, tunggu!” Jerit Rina, wanita itu mengejar Aisyah.

Saat melewati ruang tamu, Aisyah terkejut setelah melihat kedatangan juragan Bram dan juga dua orang preman yang kemarin datang, termasuk Galih.

Aisyah mencoba mengabaikan semua orang yang tengah duduk di ruang tamu. Ia terus melangkahkan kaki keluar rumah. Tapi gadis itu di halang oleh Rais anak buah juragan Bram.

“Ssst... Minggir!” bisik Galih pada Rais.

Rais pun menggeser tubuhnya, membiarkan Galih menggantikan tempatnya yang berdiri tepat di hadapan Aisyah.

Mata Aisyah mendelik, memberi kode agar Galih minggir. Namun, pemuda itu malah tetap diam berdiri dengan tersenyum manis.

“Jangan khawatir!” Katanya lirih.

Aisyah menggeleng. Ia ingin segera pergi. Bahkan ia tidak akan pulang lagi jika Pamannya terus memaksanya untuk menikah dengan juragan Bram.

“Aisyah! Jangan kurang ajar kamu!” Bentak Herman penuh emosi melihat Aisyah yang mencoba ingin kabur.

“Tenang, Herman... Tenanglah. Mungkin Aisyah masih malu-malu.” Ucap Bram, juragan tanah dan juga seorang rentenir yang sudah berusia lima puluh tahunan itu.

Bram menatap Aisyah dari atas sampai bawah tanpa berkedip. Kembang desa incarannya itu kini sebentar lagi akan jadi miliknya.

“Aisyah... Duduk, sayang!” Ucap Bram, menepuk-nepuk sofa lusuh tepat di sampingnya.

Aisyah terperanjat. Perutnya serasa mual mendengar panggilan sayang itu. Gadis itu hanya diam, tak mengikuti perintah juragan Bram.

“Baiklah... Gak apa-apa. Dulu Fira juga malu-malu saat aku lamar.” Ucapnya dengan penuh percaya diri.

Fira adalah istri keduanya, wanita itu seorang janda yang ditinggal suaminya karena kecelakaan.

“Maaf, juragan. Terus terang saya ingin mengatakan, kalau saya tidak mau menikah dengan juragan!” Aisyah memberanikan diri untuk menepis semua impian juragan tanah itu.

Bukannya marah, juragan Bram malah tertawa terbahak-bahak.

“Hahaha... Aisyah, Aisyah! Kamu pikir kamu bisa menolak? Paman kamu ini sudah menandatangani surat perjanjian, apabila kamu gak mau menikah, itu artinya Herman harus membayar hutangnya sebesar seratus lima puluh juta!” Jawab Bram, terkekeh.

Pria tua yang sudah berumur itu yakin. Jika Aisyah tak akan bisa menolak lagi.

“Seratus lima puluh juta? Bukannya kemarin Paman katakan seratus juta??” Aisyah menoleh ke arah Herman.

“Lima puluh juta-nya lagi itu bunganya!” Jawab Herman dengan santai.

Aisyah terperangah. Apa-apaan ini?

“Apa?? Tapi, Paman_”

“Kalau kamu tetap menolak, maka Herman harus mendekam di penjara!” lagi-lagi Bram menggertak Aisyah, membuat mental Aisyah terasa terguncang.

“Kamu gak mau di anggap sebagai anak durhaka kan, Syah? Atau, kamu memang ingin melihat pamanmu di penjara?” Ucap Rina, membuat Aisyah semakin tertekan.

Pikiran Aisyah benar-benar kalut. Sungguh, Aisyah tak ingin mengorbankan dirinya untuk melunasi utang itu, tetapi ia juga tak mau kalau sampai Pamannya di penjara. Bagaimana pun juga, Aisyah sudah menganggap Herman seperti orang tuanya sendiri.

“Penawaran yang aku tawarkan kemarin masih berlaku. Jika kamu ingin bebas dari juragan!” Galih yang sedari tadi diam akhirnya mengangkat bicara.

Bram menatap Galih dengan tatapan penuh tanda tanya, “Apa maksud kamu, Galih?” Tanyanya, bangkit dari duduknya.

Suasana mendadak tegang. Apalagi saat Galih hanya tersenyum miring pada Bram, tak menjawab pertanyaannya.

Pria itu kembali menatap pada gadis itu, “Bagaimana?” Tanya Galih lagi pada Aisyah yang masih terdiam.

Aisyah terdiam sejenak.

“Baik! Aku akan terima tawaran kamu itu!” Ucap Aisyah pada akhirnya.

Aisyah tak punya pilihan lain saat ini. Meskipun ia ragu dengan pria di hadapannya itu. Selain ragu, apakah Galih bisa melunasi hutang Herman, Aisyah juga ragu tentang diri pemuda itu. Pasalnya, yang ia ketahui, Galih hanyalah anak buah juragan Bram yang berpenampilan seperti preman. Apa pemuda itu bisa menjadi suami yang baik bagi dirinya? Pikir Aisyah.

Namun, daripada harus menjadi istri ke empat juragan Bram, Aisyah akhirnya memilih menerima penawaran untuk menikah dengan Galih. Entah bagaimana nasib ke depannya, setidaknya ia tak menjadi istri ke empat bandit tua itu.

“GALIH! APA YANG KAU TAWARKAN PADANYA, HAH!” Bentak Bram.

Bram maju tepat di hadapan Galih. Ia tarik kerah baju pemuda itu sekaligus anak buahnya.

Galih melepaskan tangan Bram dengan pelan, “Santai, juragan. Saya hanya memberi penawaran. Kalau Aisyah tidak mau menikah dengan juragan, maka ia menikah saja denganku! Soal hutang Pamannya itu, biar saya yang bayar!” Ungkap Galih dengan tenang.

Bola mata Bram seketika melotot tajam, lelaki tua itu mendorong tubuh Galih hingga terbentuk ke dinding.

“Kurang ajar! Punya apa kamu mau bayar hutangnya, hah!” Sentak Bram, wajahnya merah padam.

“Kirim saja nomor rekeningnya, juragan. Pasti saya bayar!” Lagi-lagi Galih menjawabnya dengan tenang.

Bugh!

Tak kuasa menahan emosi, Bram pun memukul perut Galih. Merasa kesal dengan jawaban pemuda itu yang terkesan menantangnya.

“Juragan!” Teriak Rais, panik.

Meski Rais juga merasa kesal dengan sikap lancang Galih, tetapi ia juga tak mau jika sampai temannya itu mati di tangan juragannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    005. Tak Terima!

    “Tenang, juragan. Kita bisa bicara baik-baik.” Ujar Rais. Tak ingin emosi Bram semakin memuncak. “Kamu!” Tunjuk Herman pada Galih, “Pergi kamu dari sini! Saya gak sudi Aisyah menikah dengan kamu! Sampai kapan pun, saya gak akan pernah mau merestui!” Ucap Herman, ikut tersulut emosi. Bagaimana tidak? Selain hutangnya lunas, Bram juga menjanjikannya memberinya modal yang cukup besar untuk di kelola menjadi usaha setelah menikah dengan Aisyah nanti. Herman sudah membuat rencana untuk membuka toko campuran yang besar dengan modal dari Bram. Dengan bantuan Bram yang nantinya akan jadi menantu nya, tentu tak sulit baginya untuk memiliki toko campuran yang besar. “Lagi pula uang dari mana kamu Galih untuk membayar hutang Herman hah?! Gaji kamu sebulan saja, bahkan sangat jauh!” Cetus Bram dengan sinis. Lelaki tua itu yakin, bahwa Galih pasti tak akan bisa membayar utang Herman sebanyak itu. “Tulis rekeningnya di sini!” Jawabnya dengan santai. Galih menyerahkan ponselnya pada Bram. Lela

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    006. Persiapan Akad Nikah!

    “Jangan sungkan, Aisyah. Sebentar lagi kita berdua akan menjadi suami istri!” Ucap Galih, menatap Aisyah yang kini menatap ke arah lain.“Aku baru saja bertemu dengan kamu, aku sama sekali tidak kenal dengan kamu, tidak tau asal usulmu. Bagaimana bisa kamu mengatakan kita akan menikah sebentar lagi?” Ujar Aisyah, mengungkapkan keresahannya.“Kita bisa perkenalan setelah menikah.” Sahut Galih.Obrolan mereka terjeda sesaat. Seorang pelayan datang dengan membawa sebuah minuman, meletakkannya di atas meja.“Terima kasih...” Ucap Aisyah, pelayan itu hanya tersenyum sembari mengangguk.Galih memberi kode pada pelayan tersebut, agar segera meninggalkan mereka berdua.“Minumlah dulu agar pikiran kamu tenang, Aisyah.” Ujarnya dengan lembut.Aisyah tercengang. Tak percaya jika seorang preman di hadapannya itu bisa berbicara lembut seperti itu.“Oh ya, kenapa kamu melunasi hutang paman? Apa sebenarnya tujuan kamu, Galih??” satu pertanyaan yang membuat Aisyah penasaran sejak tadi, akhirnya terlo

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    007. Hamil??

    “Eh, tunggu dulu! Syahnaz ini kan putri kami satu-satunya. Jadi, sebelum pernikahan di selenggarakan, kami ingin memberikan persyaratan terlebih dahulu untuk Nak Arman.” Ucap Herman. Arman mengernyit heran, penasaran. Persyaratan apa yang akan di berikan oleh calon mertuanya itu? “Apa syaratnya?” Tanya Arman cepat. “Kami ingin... Nak Arman memberikan mahar pada Syahnaz sebesar seratus juta!” Ujar Herman. Seketika membuat Arman dan kedua orang tuanya terkejut hebat. Mahar seratus juta?? “Apaa?!! Seratus juta???” Pekik mereka bertiga, kompak. Saking terkejutnya. “Iya! Kalian tidak keberatan kan?” Rina menimpali. Syahnaz seketika melotot pada kedua orang tuanya. “Pak, apa-apaan ini!” Protes Syahnaz. “Syahnaz, kamu berhak mendapatkan mahar yang besar! Jangan mau kalah sama Aisyah, calon suaminya juga memberikan Bapak uang sebesar seratus juta!!” Ujar Herman, tentu saja pria paruh baya itu tidak ingin mengatakan jika uang itu sebenarnya untuk membayar semua hutangnya. “Kalian ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    008. Berkemas...

    Pukul 01.00 wib. Di dalam sebuah kamar yang sangat sederhana. Aisyah sedang menatap pantulan dirinya di cermin dengan perasaan yang campur aduk. Ia baru saja selesai di rias. Karena hari ini adalah hari pernikahannya yang memang dipercepat karena keinginan pria dengan tampang preman itu. Ia mengenakan kebaya putih cerah, sangat pas di tubuh langsingnya yang indah. Rambut hitam panjangnya yang sehalus sutra di sanggul dengan berhiaskan aksesoris jepit kecil berbahan mutiara, hanya tampilan yang sangat sederhana namun sangat tangguh dan elegan. Mencerminkan kepribadian Aisyah yang sesungguhnya. “Wah... Kamu sangat cantik, Mbak Aisyah.” Kagum seorang wanita yang telah memakaikan riasan make up pengantin ke wajah Aisyah. Make up yang tidak terlalu menor atau berlebihan seperti keinginan Aisyah sendiri. Aisyah hanya tersenyum tipis. Entah ia harus bahagia untuk hari istimewa ini ataukah justru sedih. ‘Ya Allah, jika memang ini jalan takdir yang harus hamba tempuh, hamba mohon berika

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    009 Di Usir...

    “Kamu tau dari mana?” Tanya Aisyah penuh selidik. Galih menatap dalam-dalam manik Aisyah. “Itu tidak penting, Aisyah! Cepat... Kemas barang-barang yang ingin kamu bawa!” Aisyah mendengus kesal. “Kamu harus menjelaskan semuanya! Kenapa kamu banyak tau hal tentang keluargaku?!” Galih menghela napas panjang. “Nanti aku ceritakan, Syah! Cepat kemasi barangmu, kasihan Fadil sudah menunggu!” Ucapnya lembut. Rasa penasaran Aisyah belum hilang tentang dari mana Galih mendapatkan uang sebanyak seratus juta untuk melunasi hutang Herman, juga mahar sebesar lima puluh juta. Kini Aisyah di buat penasaran lagi tentang jati diri Galih yang sebenarnya. Mengapa pria itu seakan banyak mengetahui tentang keluarganya, bahkan sampai ke masalah yang sifatnya rahasia itu. “Gak usah bawa baju banyak-banyak. Nanti saya belikan yang baru!” Jelas Galih. Aisyah yang sedang mengemasi pakaiannya, sontak menoleh pada pria itu. “Tidak perlu! Baju sudah banyak.” Sahut Aisyah, kembali menyusun pakaiannya. Baj

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    010. Sayang...

    “Mobilnya siapa itu?” Tanya Aisyah, bingung. Seorang supir membukakan pintu setelah mereka tiba di dekat mobil. “Silahkan Tuan, Nyonya.” Ucap sang supir, mempersilahkan. “Ayo masuk Aisyah, Fadil!” Ajak Galih pada sang istri dan adik iparnya. “Waah... Ini mobilnya Bang Galih?? Ih, keren banget... Kayak punya sultan mobilnya.” Ujar Fadil dengan wajah berbinar, kegirangan. Suara Fadil yang cukup besar, membuat Herman dan Rina yang masih di dalam rumah merasa penasaran. Mereka melangkah keluar dengan tergesa-gesa. “Wah, keren banget mobilnya, Pak.” Mata Rina seketika berbinar-binar, takjub. “Iya, Bu. Ini mobil yang harganya miliaran itu kan??” Herman tak kalah takjub. “Pak? Kok si preman itu bisa pakai mobil mewah ya?? Jangan-jangan dia memang beneran kaya lagi, Pak?!” Ujar Rina. “Halah... Gak mungkin, Bu! Palingan itu mobil pinjem punya juragan siapa gitu!!” Sanggah Syahnaz tiba-tiba. Gadis itu rupanya juga penasaran mendengar kehebohan di luar rumahnya. “Hem... Iya juga ya, N

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    011. Pusat Perbelanjaan...

    Mobil yang mereka tumpangi kini tiba di pusat perbelanjaan.“Kok kita ke sini, Mas?” Tanya Aisyah, terheran.“Iya, kita belanja dulu! Di rumah masih kosong, gak ada stok bahan makanan, sekalian juga buat beli baju kamu dan Fadil!” Jawab Galih.“Waah... Asyik...” Ujar Fadil, kegirangan.Aisyah menoleh ke arah Fadil, menggeleng pelan. “Di sini pasti mahal-mahal, Dil. Kita gak usah beli apa-apa, beli bahan untuk makan kita saja!” Tolak Aisyah, cepat.Galih menatap lekat manik Aisyah, “Hey... Kalian tinggal memilih apa yang kalian butuhkan! Tak perlu sungkan!” Ujar Galih cepat.“Tapi, Mas_” Ucapan Aisyah terhenti, Galih menempelkan telunjuknya di bibir istrinya itu.“Nurut aja apa kata suami!” Pinta Galih, kemudian turun lebih dulu dari mobil.Aisyah diam mematung, memegang bibirnya yang baru saja di sentuh oleh jari Galih.“Ayo, turun!” Titah Galih pada Aisyah dan Fadil.Aisyah masih terdiam, ia pun turun dengan perasaan yang sulit di artikan.“Beli apa aja yang kamu mau, Dil!” Tawar Gal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    012. Kediaman Galih!

    ‘Gak! Ini gak mungkin!.’ Batin Rian, tak percaya, sebab mereka baru putus tiga hari yang lalu. Ada rasa panas dan tak ikhlas, saat menyaksikan wanita yang selama ini ia puja di gandeng oleh pria lain di depan matanya sendiri. Meskipun pria itu sendiri yang memutuskan hubungan mereka, tapi jauh dari lubuk hatinya yang dalam, Rian masih sangat mencintai Aisyah. Rian hanya terjerat dalam situasi, di karenakan orang tuanya tak merestui hubungan pria itu dengan Aisyah, bahkan sudah disiapkan jodoh untuk dirinya. Mila, gadis yang dipilihkan oleh orang tuanya, yang terbilang lebih segalanya dari Aisyah. Mil seorang wanita berhijab, berpendidikan dan berasal dari keluarga kaya. Namun, lagi-lagi hati tak bisa di bohongi. Perasaan Rian rupanya masih terpaut pada gadis sederhana seperti Aisyah. “Mas? Dari tadi aku nyariin kamu ternyata ada di sini!” ucap seorang wanita dengan hijab berwarna cream. “Mila, kita pulang sekarang aja ya.” Pinta Rian. “Iya, Mas. Aku juga udah selesai belanjanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26

Bab terbaru

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    049.

    Rian menggeleng tak percaya dengan ucapan Aisyah. Wanita lembut yang selama ini menyayanginya itu kini berubah menjadi wanita tegas dan ganas. “Syah... Aku tau kamu sakit hati sama aku. Aku minta maaf, ayo kita kembali, Syah. Aku sudah putus dengan Mila, kita bisa kembali lagi seperti dulu...” Pinta Rian bermohon, tanpa rasa malu. Plak! Napas Aisyah seketika memburu, tangannya spontan menampar wajah Rian yang baru saja membual. Lelucon macam apa ini? Apa dia pikir dengan memutuskan Mila akan membuat Aisyah tertarik? Yang ada malahan Aisyah semakin jijik. la menganggap bahwa Rian benar-benar bejat karena mempermainkan perasaan perempuan. “Seperti ini kah didikan lelaki bajingan itu, Syah? Kamu jadi sekasar ini?” Rian kembali ternganga tak percaya dengan apa yang di lakukan Aisyah. “Kamu pantas mendapatkan itu, biar sadar diri! Aku pikir kamu sedikit berubah, tapi ternyata semakin parah! Aku menyesal pernah memberi rasa untukmu!” Ungkap Aisyah, “Kamu dengar baik-baik, aku menyesa

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    048.

    “Gimana? Kalian suka sama tempatnya.” Aisyah mengangguk cepat. “Aku suka, Ma. Makasih banyak ya, Mama sudah meluangkan banyak waktu demi mempersiapkan hari bahagia untuk kami.” Renita melempar senyum hangat dan mengangguk singkat. “Ini hal mudah buat Mama, Syah. Lagi pula, Mama memang senang melakukan ini. Kapan lagi Mama bisa turun tangan menyiapkan pesta pernikahan putra Mama satu-satunya??” Rasa haru kembali menyeruak, tak ada lagi kalimat yang bisa Aisyah utarakan untuk menggambarkan bagaimana dirinya merasa bahagia bisa mendapatkan suami seperti Galih, lengkap dengan mertua yang sangat baik dan mau di repotkan seperti Wijaya dan Renita. “Makasih banyak, Ma. Mama mengatur semuanya dengan sangat baik. Aku gak akan bisa membalas semua kebaikan Mama,” ucap Galih tak ragu mengatakan bahwa ia memiliki banyak sekali hutang budi pada ibunya. “Ini memang sudah tugas Mama, Nak. Sejak dulu pun, impian Mama adalah mempersiapkan pernikahan untuk kamu,” balas Renita. “Satu hal lagi, Mama

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    047.

    Malam harinya, kembali terjadi keributan di dalam kamar Syahnaz. Malam pertama yang seharusnya mereka nikmati dengan kebersamaan yang indah, kini sirna lantaran Syahnaz yang menuntut mahar yang di berikan oleh sang suami itu kurang. “Semua penghasilan aku di pegang sama Mama, Naz. Mama yang menyiapkan semua mahar itu, aku gak bisa berbuat apa-apa, dari pada malah gak jadi nikah ya sudah apa adanya saja,“ Arman membeberkan alasannya terkait jumlah mahar yang ia berikan. “Apa?! Jadi Mama kamu yang pegang semua uangmu?” Syahnaz syok, ini benar-benar melenceng jauh dari perkiraannya. Hati Syahnaz begitu panas mendengar penjelasan sang suami perihal uang yang semuanya di atur oleh ibu mertua. Tangan Syahnaz terkepal. Ingin rasanya ia keluar dari kamar dan melabrak Tiara. Namun, tentulah hal tersebut tidak boleh terjadi. Keluarganya sudah menjadi sorotan warga sejak pesta pernikahan tadi siang, karena nominal mahar yang jauh sekali dari mahar Aisyah. Jangan sampai ada sorotan untuk yang

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    046.

    Akad nikah sudah berlangsung. Namun, bukan bahagia yang di dapatkan oleh Syahnaz. Wanita itu sedari tadi menahan geram, lantaran ternyata Arman hanya memberinya mahar berupa seperangkat alat sholat dan uang tunai dua juta rupiah saja. Runtuh sudah harga diri yang sejak tadi ia junjung tinggi. Dalam pandangan Syahnaz, saat ini semua orang sedang mengejeknya. Niat hati mengharapkan kehadiran Aisyah karena ingin menunjukkan keberuntungannya, justru malah semua orang kini memuji sepupunya itu. Bukannya untung, ia malah buntung. Pesta megah yang di gelar seolah tak ada artinya bagi warga sekitar. Bisikan mulai terdengar tak enak setelah acara ijab qobul tadi. Sama halnya dengan Syahnaz dan Rina kini menahan malu luar biasa. Kekayaan keluarga Arman yang ia agungkan ternyata hanya bualan semata. “Duh, menantu kamu cantik sekali Renita, orang sini juga ya?” Puji Tiara, Ibu Arman. Memandang takjub pada Aisyah. “Iya Tiara, gimana? Cocok kan jadi menantu idaman?” Jawab Renita sengaja meni

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    045.

    Hari berlalu begitu cepat, semua terlewati dengan banyak sekali kejadian yang membuat kepala pening, terutama untuk keluarga Herman sendiri. Halaman rumah tetangga yang luas, yang letaknya tepat berada di samping rumah mereka, telah di sulap menjadi tempat resepsi. Syahnaz sengaja menggunakan konsep ala gedung untuk menunjukkan pada para tetangganya, kalau ia mampu menggelar pesta mewah yang berbanding terbalik dengan acara pernikahan Aisyah saat itu. “Pernikahan kamu mewah banget, Naz. Kamu tau gak, kalau tetangga di luar sana gak ada habisnya memuji dekorasi resepsi pernikahan kamu ini?” Ungkap Susan tak dapat menutupi rasa kagumnya , mengucapkan dengan nada senang. Namun, dalam hati Susan timbul rasa iri terhadap dua perempuan di kampungnya itu. Pertama, Aisyah telah di nikahi oleh lelaki yang kaya raya yang memiliki cabang usaha dimana-mana. Sekarang, Syahnaz juga akan segera menikah dengan seorang lelaki dari kota, yang kabarnya juga berasal dari keluarga kaya. Susan yakin

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    044.

    “Iya, Mas... Aku paham kok, gak papa... Aku malah seneng kalau kamu terbuka sama aku.” Jawab Aisyah tersenyum hangat. “Iya, Syah. Aku juga lebih seneng kalau kamu mau terbuka, apalagi membuka_” “Aish... Mulai!” Aisyah dengan cepat memotong ucapan Galih, lantaran tahu kemana arah bicara lelaki itu. Galih nyengir, “Hehe... Ya udah pulang yuk! Anginnya sudah mulai dingin, takutnya kamu nanti masuk angin.” Mereka berdua pun akhirnya berjalan menuju parkiran. Seperti biasa, Galih membukakan pintu untuk istrinya. Namun, kali ini Aisyah seketika langsung mematung saat melihat sesuatu yang berada di dalam mobil. “Mas?” Galih tersenyum. “Buat kamu, Sayang,” Ucap Galih membuat Aisyah seketika mengambil buket berukuran besar itu. “MasyaAllah, Mas. Ini bagus sekali, mana besar lagi.” Ungkap Aisyah dengan wajah berbinar. Buket raksasa berisi bunga dan aksen kupu-kupu itu sangat menyejukkan mata wanita. Siapa pun pasti akan senang jika di beri kejutan kecil seperti ini. “Kamu suka?” Galih

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    043.

    Sore hari, pukul 17.30 wib... Aisyah tak juga ke rumah Herman. Wanita itu malah di ajak Galih ke sebuah tempat yang belum pernah ia datangi sebelumnya. Sebuah kafe yang berada di dekat pantai, menjadi pilihan Galih untuk membawa istrinya. Dapat di lihat dari raut wajah Aisyah yang begitu senang setelah tiba di tempat tersebut. Pemandangan hamparan pasir terlihat dari atas. Cafe itu salah satu milik teman Galih, pria itu sengaja memboking area balkon cafe, agar Aisyah dan dirinya bisa menikmati keindahan senja dari atas sana tanpa gangguan apapun. Galih telah memesan beberapa makanan kesukaan istrinya itu. Tak sulit bagi Galih mengetahui hal itu, di karenakan sejak dulu Aisyah sering datang di kedai miliknya. Ya, sedetail itu Galih memperhatikan wanita yang saat ini sudah menjadi istrinya. Pandangan Aisyah masih menatap senja yang terlihat semakin indah. Senja selalu menenangkan, walau hadirnya hanya sebentar tapi mampu meninggalkan kesan indah pada jiwa yang menikmatinya. Seora

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    042.

    “Mbak Syahnaz juga bilang, kalau dia terpaksa datang ke sekolah karena kesulitan menghubungi Mbak. Soalnya keadaan Paman Herman, katanya kondisinya parah, Mbak.” Aisyah mengepalkan tangannya untuk menyalurkan rasa tidak tenang yang mendera di hatinya. Wajar jika Syahnaz tidak bisa menghubunginya, sebab semalam Galih memblokir semua nomor anggota keluarga Herman. “Terus apa yang dia bilang lagi sama kamu? Dia gak mencoba mengancam kamu kan?” Fadil menggeleng. “Mbak Syahnaz cuma bilang, supaya aku memberi tahu keadaan Paman Herman sama Mbak Aisyah. Dia juga mau Mbak segera datang ke rumah untuk melihat kondisi Paman Gunawan.” Aisyah mengusap wajah. Bagaimana ini? Hati nuraninya tak bisa di bohongi, kalau ia merasa khawatir dengan keadaan Herman. Bagaimanapun kelakuan pamannya itu, Aisyah masih tidak bisa bersikap abai jika kondisi Herman memang sedang butuh bantuan. “Mbak akan telepon Mas Galih dulu, dan bertanya bagaimana baiknya. Sekarang, kamu ganti baju dulu, lalu makan siang

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    041.

    Setelah menyantap sarapan bersama dan menikmati udara pagi yang masih sangat segar, Wijaya dan Renita berpamitan untuk kembali ke kota. Ada banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikannya, sehingga dengan berat hati keduanya meninggalkan anak dan menantu untuk sementara waktu. “Sebenarnya Mama masih ingin tinggal di sini, Syah.” Ungkap Renita, rasanya berat berpisah dengan menantunya itu. Tadi pun, Renita seperti sengaja berlama-lama berbincang du teras depan, padahal Wijaya sudah berulang kali mengatakan pada istrinya untuk lekas bersiap-siap agar tidak tertahan kemacetan selama di perjalanan. Sementara Aisyah yang mendengar itu tertawa kecil. Entah sudah berapa kali mertuanya berkata demikian. Yang pasti, Aisyah sangat tahu kalau mertuanya itu masih ingin tinggal di rumah tersebut. Perempuan paruh baya itu juga mengatakan, ada banyak hal yang belum mereka lakukan Aisyah. “Nanti kalau ada waktu luang, Mama harus main lagi ke sini. Aku juga merasa hampa gak ada Mama,” Balas Ais

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status