Share

Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan
Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan
Author: Dilla Maharia

001. Penebus Hutang...

last update Last Updated: 2025-02-12 17:13:44

“Nah... Ini dia keponakan yang saya ceritakan kemarin, Tuan.” Ucap Herman, saat Aisyah baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam ruang tamu tersebut.

Dua lelaki dengan penampilan seperti preman, duduk di ruang tamu sembari menatap Aisyah dari atas sampai bawah dengan intens.

Merasa risih dengan tatapan dua pria itu, Aisyah bergegas melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar. Namun, suara teriakan Herman membuat gadis itu mengurungkan niatnya.

“Jangan kemana-mana, Aisyah! Duduk di sini!” Titah Herman sembari menunjuk kursi di sampingnya.

“Maaf, Paman. Badan Aisyah terasa lengket, Aku mau bersih-bersih dulu.” Tolak Aisyah dengan lembut.

“Duduk, Aisyah! Atau_” Ucapan Herman tertahan sesaat.

Tampak seorang wanita berjalan dari arah dapur dengan membawa nampan berisi tiga cangkir teh hangat.

“Duduklah dulu, Aisyah. Ada hal penting yang harus kami bicarakan sama kamu!” Ucap Rina, istri Herman.

Aisyah pun pasrah. Ia duduk dengan rasa penasaran menyelimuti jiwanya. Apa yang akan di sampaikan oleh Paman dan Tantenya itu?

“Jadi ini... Gadis yang ingin kau gunakan untuk menebus semua hutangmu pada Bos kami??” Tanya salah satu preman itu, menatap lekat wajah Aisyah.

Hah?

Aisyah terperanjat. Mata gadis itu sontak mengerjab, ia terkejut mendengar penuturan pria dengan penampilan seperti preman itu.

“Penebus hutang??” Tanyanya dengan sorot mata penuh kekecewaan.

“Iya, Syah. Anggap saja semua ini balas budi kamu terhadap Paman, karena selama ini Paman sudah mau menampung kamu dan adikmu di rumah ini. Jadi, kamu harus bersedia menikah dengan juragan Bram untuk melunasi hutang Paman!” Ucap Herman dengan entengnya.

Himpitan ekonomi membuat Herman dan istrinya gelap mata. Sehingga rela mengorbankan keponakannya sendiri sebagai alat penebus hutang.

Aisyah menahan rasa perih di dadanya saat Herman mengatakan hal seperti itu.

“Menikah? Pak Bram juragan tanah itu, yang istrinya udah tiga??” Tanyanya dengan suara bergetar.

“Ya! Dan kamu akan menjadi istri ke empatnya!” Ungkap Herman lagi.

Dada Aisyah semakin terasa sesak. Ia harus menjadi istri ke empat juragan tanah itu?

Aisyah menggeleng cepat, “Enggak Paman! Aisyah gak mau!” Tolaknya dengan tegas.

Menjadi istri kedua saja sama sekali belum pernah terbayangkan, apalagi harus menjadi istri ke empat. Meskipun Bram itu juragan tanah terkaya di kampung itu, tapi tetap saja, ia tidak akan mau melakukan hal gila itu.

“Ini bukan penawaran, Aisyah! Ini perintah!! Mau tidak mau, kamu harus terima. Kecuali... Kamu bisa membayar hutang Paman senilai seratus juta itu!” Ungkap Herman.

Hati Aisyah begitu sakit. Herman memaksanya untuk menikah dengan Bram, juragan tanah itu. Jika tidak, ia harus melunasi hutang sebanyak itu. Uang dari mana?

“Paman sudah gila! Uang dari mana sebanyak itu?? Lagi pula Paman berhutang sebanyak itu untuk apa??” Tanya Aisyah, ia tatap Herman dengan penuh rasa kecewa.

“Kamu turutin saja permintaan Paman kamu, Aisyah. Jangan membantah! Kalau kamu tidak ingin hidup kita penuh penderitaan!! Lagi pula juragan Bram itu kan hartanya banyak, kamu gak perlu lagi capek-capek kerja setelah menikah nanti...” Ujar Rina.

Aisyah terperangah. Ia tatap Rina, wanita itu juga sama dengan Herman. Memaksakan kehendak mereka. Tak menyangka dengan perkataannya.

“Nggak, Tante! Bagaimana mungkin Tante tega menyuruhku menjadi istri ke empat juragan Bram?” Air mata Aisyah seketika keluar.

Sebenarnya Rina memiliki anak kandung seorang gadis, yaitu Syahnaz. Namun, ia memilih Aisyah sebagai penebus hutang walaupun Syahnaz memiliki wajah yang jauh lebih cantik. Alasan utamanya karena Aisyah hanya keponakannya. Selain itu, Aisyah tidak memiliki masa depan cerah, ia hanya bekerja di sebuah konveksi dan juga cafe yang gajinya tak seberapa. Sedangkan Syahnaz, saat ini sedang merintis karier di perusahaan luar kota.

Dengan semua pertimbangan itu, tentu saja Rina tidak akan rela mengorbankan Syahnaz yang merupakan anak kandungnya sendiri. Apalagi kepada seorang pria tua beristri tiga seperti juragan Bram.

“CUKUP!!” Sentak salah satu dari anak buah juragan Bram.

Pria itu menatap Aisyah, “Aku tak suka melihat wanita menangis! Kalau kamu tidak mau menikah dengan juragan Bram, maka menikah saja denganku!” Ucap pria bertato dengan pakaian lusuh, serta celana yang sobek di bagian lututnya.

Pria itu adalah Galih Pratama, anak buah juragan Bram.

Semua yang ada di ruangan itu, sontak terkejut setelah mendengar apa yang di lontarkan Galih barusan.

“Galih?” Ucap Rais, teman Galih. Mengernyitkan kening.

“Apa maksud kamu, Galih?” Tanya Rais lagi, “Bisa di pecat juragan kamu, kalau sampai kamu menikahi gadis itu!” Sambungnya.

Sementara itu, Galih hanya tertawa sumbang, meremehkan Rais di hadapannya.

Herman tertawa miris mendengar ucapan pria itu, “Kamu ini gimana? Orang keponakan saya mau saya jadikan penebus hutang, kok malah kamu yang minta dia menikah denganmu? Memangnya kamu sanggup membayar semua hutangku pada juragan Bram?” Tantang Herman dengan nada mengejek.

“Gampang! Itu bisa di atur!!” Jawab Galih dengan tenang.

“Galih?” Rais masih bingung.

“Kamu diam saja, Rais! Ayo kita pulang...” Kata Galih, ia bangkit dari duduknya. Pria itu melirik sekilas pada Aisyah yang masih terpaku dengan ucapannya.

“Tunggu! Aku juga gak mau menikah denganmu!!” Seru Aisyah, membuat Galih menatap gadis itu sekejap.

“Pilihan ada di tangan kamu! Kamu rela menjadi istri ke empat juragan Bram? Atau menjadi istriku??” setelah mengatakan hal itu, Galih langsung beranjak keluar meninggalkan kediaman Herman.

Rina menatap suaminya. Wanita itu ketar ketir terhadap penawaran Galih barusan pada keponakannya.

“Pak, gimana ini? Kok malah jadi preman itu yang mau nikahin Aisyah? Nggak jadi kaya dong kita!” Tanya Rina.

Herman tertawa kecil, “Kamu ini, Ma. Mana mungkin dia beneran mau nikahin Aisyah. Punya uang dari mana dia untuk melunasi hutangku? Gaji dia di juragan Bram aja, paling cuma cukup untuk untuk makan dan minum sehari!” Kata Herman.

“Iya juga sih, Pak. Pokoknya Aisyah harus menikah dengan Juragan Bram! Biar hidup kita gak susah lagi!” Ucap Rina seraya menatap Aisyah dengan sinis.

“Astaghfirullah... Tante kenapa setega itu sama aku? Apa tante rela melihat aku di jadikan istri ke empat dari lelaki yang seusia dengan Paman?” Tanya Aisyah, kecewa.

“Ingat ya, Aisyah! Selagi ada uang, hidup kita bisa tenang! Pokoknya kamu gak ada hak untuk menolak!” Tegas Rina.

Hati Aisyah mencelos mendengar ucapan wanita itu. Sungguh, ini sama sekali tak pernah terbayangkan oleh gadis itu sebelumnya.

Aisyah berdiri dari duduknya. Ia melangkah pergi dari hadapan Herman dan Rina. Meninggalkan mereka dengan perasaan penuh kekecewaan. Berjalan menuju kamarnya.

Gadis itu membaringkan tubuhnya ke kasur lapuk yang sudah berpuluh tahun tak pernah di ganti. Uang hasil jerih payahnya selama ini, ia berikan untuk Rina. Namun, semua itu seolah tak ternilai di mata mereka. Bahkan Herman dan Rina, tega menjual dirinya hanya terobsesi ingin menjadi kaya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    002. Bertemu Lagi...

    Ting! Ting! Ponsel Aisyah berbunyi, pertanda sebuah pesan masuk. Ia raih ponsel tersebut, pesan dari Rian muncul di layar ponselnya. [Aisyah, nanti malam kita ketemu di tempat biasa ya.] Rian, lelaki yang setahun belakangan ini menjalin hubungan dengannya. Aisyah pikir, pria itu menjadi satu-satunya orang yang ia harapkan untuk membantunya. “Oke, Mas. Kebetulan aku juga ingin membicarakan sesuatu yang penting.” Aisyah membalas pesan itu, ia kemudian bangkit dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia tak boleh larut dalam kesedihan. Dalam hati gadis itu, ia berharap agar Rian bisa menemukan solusi yang baik. “Semoga saja kamu bisa membantuku, Mas.” Gumam Aisyah lirih. Jelas saja ia berharap bahwa Rian pasti akan membantunya. Ia pikir, Rian pasti tidak akan rela bila Aisyah menikah dengan lelaki lain. °°° Pukul 19.30 wib. Rian dan Aisyah bertemu di sebuah cafe yang berada di dekat rumah gadis itu. Rian memang belum pernah menjemput Aisyah langsung di

    Last Updated : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    003. Akan Ada Kejutan...

    Galih menatap ke arah spion motornya yang ia arahkan ke belakang. Rupanya gadis itu berpegangan pada bagian belakang jok motor. Galih tersenyum miring. Seakan merencanakan sesuatu? Tak lama setelah itu, ia melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Aisyah yang duduk di jok belakang, hampir saja terjengkang. Gadis itu terkejut bukan main, ia pun refleks melingkarkan tangannya ke pinggang Galih. Bisa-bisa ia jatuh jika hanya berpegangan di belakang jok motor saja. Kesal, Aisyah merasa Galih sengaja melakukan ini semua, agar gadis itu bisa memeluknya. Modus. Pikirnya. “Dasar preman modus!” Umpat Aisyah. Kesal bukan main. Sepanjang perjalanan. Galih hanya menahan tawa dalam hati karena mendengar Aisyah yang tak henti-hentinya mengoceh di belakang. ‘ Lucu! Gadis ini sangat unik.’ Batinnya. “Pelan-pelan aja jalannya. Kasian tetangga, takutnya mengganggu mereka!” Kali ini Galih menurut, karena sudah masuk area perkampungan. Pria itu pun memelankan laju motornya. Aisyah tak sadar, bahw

    Last Updated : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    004. Tawaran Apa??

    Pagi mulai merekah usai semalam di liputi suasana yang menyesakkan. Aisyah sudah bangun pagi-pagi sekali. Gadis itu mencoba menghilangkan segala beban pikirannya sejenak. Ia harus bekerja, ada Fadil yang sudah menjadi tanggung jawabnya. “Kok kamu berangkat kerja, Syah?” Celetuk Rina setelah melihat Aisyah sudah siap dengan seragam kerjanya. “Ya Tante.” Jawab Aisyah sembari menyisir rambutnya. “Kalau kamu nikah sama juragan Bram, kamu gak perlu lagi capek-capek kerja, Syah. Hidup kamu bakalan terjamin. Dari makan, rumah, mobil, bahkan kamu bisa shopping tiap hari. Dari pada jadi penjahit terus, kerja dari pagi hingga sore, tapi tetap aja hidup kamu gini-gini aja!” Ucap Rina. Aisyah menghela napas berat. Lagi-lagi Rina menyuruhnya menikah dengan juragan Bram. Aisya berbalik badan, menatap Rina. “Tante, selama ini Aisyah gak pernah beli ini itu di karenakan uangnya dipakai untuk biaya pendidikan Fadil. Dan juga buat makan kita sehari-hari di rumah ini!” Ucapnya, membela diri. “Hal

    Last Updated : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    005. Tak Terima!

    “Tenang, juragan. Kita bisa bicara baik-baik.” Ujar Rais. Tak ingin emosi Bram semakin memuncak. “Kamu!” Tunjuk Herman pada Galih, “Pergi kamu dari sini! Saya gak sudi Aisyah menikah dengan kamu! Sampai kapan pun, saya gak akan pernah mau merestui!” Ucap Herman, ikut tersulut emosi. Bagaimana tidak? Selain hutangnya lunas, Bram juga menjanjikannya memberinya modal yang cukup besar untuk di kelola menjadi usaha setelah menikah dengan Aisyah nanti. Herman sudah membuat rencana untuk membuka toko campuran yang besar dengan modal dari Bram. Dengan bantuan Bram yang nantinya akan jadi menantu nya, tentu tak sulit baginya untuk memiliki toko campuran yang besar. “Lagi pula uang dari mana kamu Galih untuk membayar hutang Herman hah?! Gaji kamu sebulan saja, bahkan sangat jauh!” Cetus Bram dengan sinis. Lelaki tua itu yakin, bahwa Galih pasti tak akan bisa membayar utang Herman sebanyak itu. “Tulis rekeningnya di sini!” Jawabnya dengan santai. Galih menyerahkan ponselnya pada Bram. Lela

    Last Updated : 2025-02-12
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    006. Persiapan Akad Nikah!

    “Jangan sungkan, Aisyah. Sebentar lagi kita berdua akan menjadi suami istri!” Ucap Galih, menatap Aisyah yang kini menatap ke arah lain.“Aku baru saja bertemu dengan kamu, aku sama sekali tidak kenal dengan kamu, tidak tau asal usulmu. Bagaimana bisa kamu mengatakan kita akan menikah sebentar lagi?” Ujar Aisyah, mengungkapkan keresahannya.“Kita bisa perkenalan setelah menikah.” Sahut Galih.Obrolan mereka terjeda sesaat. Seorang pelayan datang dengan membawa sebuah minuman, meletakkannya di atas meja.“Terima kasih...” Ucap Aisyah, pelayan itu hanya tersenyum sembari mengangguk.Galih memberi kode pada pelayan tersebut, agar segera meninggalkan mereka berdua.“Minumlah dulu agar pikiran kamu tenang, Aisyah.” Ujarnya dengan lembut.Aisyah tercengang. Tak percaya jika seorang preman di hadapannya itu bisa berbicara lembut seperti itu.“Oh ya, kenapa kamu melunasi hutang paman? Apa sebenarnya tujuan kamu, Galih??” satu pertanyaan yang membuat Aisyah penasaran sejak tadi, akhirnya terlo

    Last Updated : 2025-02-21
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    007. Hamil??

    “Eh, tunggu dulu! Syahnaz ini kan putri kami satu-satunya. Jadi, sebelum pernikahan di selenggarakan, kami ingin memberikan persyaratan terlebih dahulu untuk Nak Arman.” Ucap Herman. Arman mengernyit heran, penasaran. Persyaratan apa yang akan di berikan oleh calon mertuanya itu? “Apa syaratnya?” Tanya Arman cepat. “Kami ingin... Nak Arman memberikan mahar pada Syahnaz sebesar seratus juta!” Ujar Herman. Seketika membuat Arman dan kedua orang tuanya terkejut hebat. Mahar seratus juta?? “Apaa?!! Seratus juta???” Pekik mereka bertiga, kompak. Saking terkejutnya. “Iya! Kalian tidak keberatan kan?” Rina menimpali. Syahnaz seketika melotot pada kedua orang tuanya. “Pak, apa-apaan ini!” Protes Syahnaz. “Syahnaz, kamu berhak mendapatkan mahar yang besar! Jangan mau kalah sama Aisyah, calon suaminya juga memberikan Bapak uang sebesar seratus juta!!” Ujar Herman, tentu saja pria paruh baya itu tidak ingin mengatakan jika uang itu sebenarnya untuk membayar semua hutangnya. “Kalian ini

    Last Updated : 2025-02-22
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    008. Berkemas...

    Pukul 01.00 wib. Di dalam sebuah kamar yang sangat sederhana. Aisyah sedang menatap pantulan dirinya di cermin dengan perasaan yang campur aduk. Ia baru saja selesai di rias. Karena hari ini adalah hari pernikahannya yang memang dipercepat karena keinginan pria dengan tampang preman itu. Ia mengenakan kebaya putih cerah, sangat pas di tubuh langsingnya yang indah. Rambut hitam panjangnya yang sehalus sutra di sanggul dengan berhiaskan aksesoris jepit kecil berbahan mutiara, hanya tampilan yang sangat sederhana namun sangat tangguh dan elegan. Mencerminkan kepribadian Aisyah yang sesungguhnya. “Wah... Kamu sangat cantik, Mbak Aisyah.” Kagum seorang wanita yang telah memakaikan riasan make up pengantin ke wajah Aisyah. Make up yang tidak terlalu menor atau berlebihan seperti keinginan Aisyah sendiri. Aisyah hanya tersenyum tipis. Entah ia harus bahagia untuk hari istimewa ini ataukah justru sedih. ‘Ya Allah, jika memang ini jalan takdir yang harus hamba tempuh, hamba mohon berika

    Last Updated : 2025-02-23
  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    009 Di Usir...

    “Kamu tau dari mana?” Tanya Aisyah penuh selidik. Galih menatap dalam-dalam manik Aisyah. “Itu tidak penting, Aisyah! Cepat... Kemas barang-barang yang ingin kamu bawa!” Aisyah mendengus kesal. “Kamu harus menjelaskan semuanya! Kenapa kamu banyak tau hal tentang keluargaku?!” Galih menghela napas panjang. “Nanti aku ceritakan, Syah! Cepat kemasi barangmu, kasihan Fadil sudah menunggu!” Ucapnya lembut. Rasa penasaran Aisyah belum hilang tentang dari mana Galih mendapatkan uang sebanyak seratus juta untuk melunasi hutang Herman, juga mahar sebesar lima puluh juta. Kini Aisyah di buat penasaran lagi tentang jati diri Galih yang sebenarnya. Mengapa pria itu seakan banyak mengetahui tentang keluarganya, bahkan sampai ke masalah yang sifatnya rahasia itu. “Gak usah bawa baju banyak-banyak. Nanti saya belikan yang baru!” Jelas Galih. Aisyah yang sedang mengemasi pakaiannya, sontak menoleh pada pria itu. “Tidak perlu! Baju sudah banyak.” Sahut Aisyah, kembali menyusun pakaiannya. Baj

    Last Updated : 2025-02-24

Latest chapter

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    050.

    “Wanita itu lagi? Jadi karena dia kamu seperti ini, Rian? Sudah berapa kali Mama bilang, jangan pernah kamu berhubungan sama wanita itu! Dasar ya perempuan gatel, sudah punya suami masih saja menganggu kamu!” Indri emosi bukan main, apalagi ada Mila di sana yang pasti sakit hati mendengar ucapan Rian barusan. “Kamu gak usah khawatir, Mila! Mama akan lakukan sesuatu agar perempuan itu berhenti mengganggu hubungan kamu dan Rian!!” Tegas Indri seraya tersenyum menyeringai, entah apa yang ada di pikiran wanita itu. “Mama jangan salahin Aisyah terus, Ma! Semua ini itu salah Mama. Kalau saja Mama gak maksa aku nerima perjodohan ini, mungkin sekarang aku udah nikah sama Aisyah,” Jelas Rian, masih mengharapkan Aisyah. “Dan sampai kapan pun, Mama gak sudi punya menantu seperti dia, Rian!!” bentak Indri dengan kesal. “Mas, memangnya apa istimewanya dia di banding aku? Kenapa kamu susah banget lupain dia?” Kini, Mila ikut berbicara karena hatinya sudah tak tahan mendengar lelaki yang ia suka

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    049.

    Rian menggeleng tak percaya dengan ucapan Aisyah. Wanita lembut yang selama ini menyayanginya itu kini berubah menjadi wanita tegas dan ganas. “Syah... Aku tau kamu sakit hati sama aku. Aku minta maaf, ayo kita kembali, Syah. Aku sudah putus dengan Mila, kita bisa kembali lagi seperti dulu...” Pinta Rian bermohon, tanpa rasa malu. Plak! Napas Aisyah seketika memburu, tangannya spontan menampar wajah Rian yang baru saja membual. Lelucon macam apa ini? Apa dia pikir dengan memutuskan Mila akan membuat Aisyah tertarik? Yang ada malahan Aisyah semakin jijik. la menganggap bahwa Rian benar-benar bejat karena mempermainkan perasaan perempuan. “Seperti ini kah didikan lelaki bajingan itu, Syah? Kamu jadi sekasar ini?” Rian kembali ternganga tak percaya dengan apa yang di lakukan Aisyah. “Kamu pantas mendapatkan itu, biar sadar diri! Aku pikir kamu sedikit berubah, tapi ternyata semakin parah! Aku menyesal pernah memberi rasa untukmu!” Ungkap Aisyah, “Kamu dengar baik-baik, aku menyesa

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    048.

    “Gimana? Kalian suka sama tempatnya.” Aisyah mengangguk cepat. “Aku suka, Ma. Makasih banyak ya, Mama sudah meluangkan banyak waktu demi mempersiapkan hari bahagia untuk kami.” Renita melempar senyum hangat dan mengangguk singkat. “Ini hal mudah buat Mama, Syah. Lagi pula, Mama memang senang melakukan ini. Kapan lagi Mama bisa turun tangan menyiapkan pesta pernikahan putra Mama satu-satunya??” Rasa haru kembali menyeruak, tak ada lagi kalimat yang bisa Aisyah utarakan untuk menggambarkan bagaimana dirinya merasa bahagia bisa mendapatkan suami seperti Galih, lengkap dengan mertua yang sangat baik dan mau di repotkan seperti Wijaya dan Renita. “Makasih banyak, Ma. Mama mengatur semuanya dengan sangat baik. Aku gak akan bisa membalas semua kebaikan Mama,” ucap Galih tak ragu mengatakan bahwa ia memiliki banyak sekali hutang budi pada ibunya. “Ini memang sudah tugas Mama, Nak. Sejak dulu pun, impian Mama adalah mempersiapkan pernikahan untuk kamu,” balas Renita. “Satu hal lagi, Mama

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    047.

    Malam harinya, kembali terjadi keributan di dalam kamar Syahnaz. Malam pertama yang seharusnya mereka nikmati dengan kebersamaan yang indah, kini sirna lantaran Syahnaz yang menuntut mahar yang di berikan oleh sang suami itu kurang. “Semua penghasilan aku di pegang sama Mama, Naz. Mama yang menyiapkan semua mahar itu, aku gak bisa berbuat apa-apa, dari pada malah gak jadi nikah ya sudah apa adanya saja,“ Arman membeberkan alasannya terkait jumlah mahar yang ia berikan. “Apa?! Jadi Mama kamu yang pegang semua uangmu?” Syahnaz syok, ini benar-benar melenceng jauh dari perkiraannya. Hati Syahnaz begitu panas mendengar penjelasan sang suami perihal uang yang semuanya di atur oleh ibu mertua. Tangan Syahnaz terkepal. Ingin rasanya ia keluar dari kamar dan melabrak Tiara. Namun, tentulah hal tersebut tidak boleh terjadi. Keluarganya sudah menjadi sorotan warga sejak pesta pernikahan tadi siang, karena nominal mahar yang jauh sekali dari mahar Aisyah. Jangan sampai ada sorotan untuk yang

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    046.

    Akad nikah sudah berlangsung. Namun, bukan bahagia yang di dapatkan oleh Syahnaz. Wanita itu sedari tadi menahan geram, lantaran ternyata Arman hanya memberinya mahar berupa seperangkat alat sholat dan uang tunai dua juta rupiah saja. Runtuh sudah harga diri yang sejak tadi ia junjung tinggi. Dalam pandangan Syahnaz, saat ini semua orang sedang mengejeknya. Niat hati mengharapkan kehadiran Aisyah karena ingin menunjukkan keberuntungannya, justru malah semua orang kini memuji sepupunya itu. Bukannya untung, ia malah buntung. Pesta megah yang di gelar seolah tak ada artinya bagi warga sekitar. Bisikan mulai terdengar tak enak setelah acara ijab qobul tadi. Sama halnya dengan Syahnaz dan Rina kini menahan malu luar biasa. Kekayaan keluarga Arman yang ia agungkan ternyata hanya bualan semata. “Duh, menantu kamu cantik sekali Renita, orang sini juga ya?” Puji Tiara, Ibu Arman. Memandang takjub pada Aisyah. “Iya Tiara, gimana? Cocok kan jadi menantu idaman?” Jawab Renita sengaja meni

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    045.

    Hari berlalu begitu cepat, semua terlewati dengan banyak sekali kejadian yang membuat kepala pening, terutama untuk keluarga Herman sendiri. Halaman rumah tetangga yang luas, yang letaknya tepat berada di samping rumah mereka, telah di sulap menjadi tempat resepsi. Syahnaz sengaja menggunakan konsep ala gedung untuk menunjukkan pada para tetangganya, kalau ia mampu menggelar pesta mewah yang berbanding terbalik dengan acara pernikahan Aisyah saat itu. “Pernikahan kamu mewah banget, Naz. Kamu tau gak, kalau tetangga di luar sana gak ada habisnya memuji dekorasi resepsi pernikahan kamu ini?” Ungkap Susan tak dapat menutupi rasa kagumnya , mengucapkan dengan nada senang. Namun, dalam hati Susan timbul rasa iri terhadap dua perempuan di kampungnya itu. Pertama, Aisyah telah di nikahi oleh lelaki yang kaya raya yang memiliki cabang usaha dimana-mana. Sekarang, Syahnaz juga akan segera menikah dengan seorang lelaki dari kota, yang kabarnya juga berasal dari keluarga kaya. Susan yakin

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    044.

    “Iya, Mas... Aku paham kok, gak papa... Aku malah seneng kalau kamu terbuka sama aku.” Jawab Aisyah tersenyum hangat. “Iya, Syah. Aku juga lebih seneng kalau kamu mau terbuka, apalagi membuka_” “Aish... Mulai!” Aisyah dengan cepat memotong ucapan Galih, lantaran tahu kemana arah bicara lelaki itu. Galih nyengir, “Hehe... Ya udah pulang yuk! Anginnya sudah mulai dingin, takutnya kamu nanti masuk angin.” Mereka berdua pun akhirnya berjalan menuju parkiran. Seperti biasa, Galih membukakan pintu untuk istrinya. Namun, kali ini Aisyah seketika langsung mematung saat melihat sesuatu yang berada di dalam mobil. “Mas?” Galih tersenyum. “Buat kamu, Sayang,” Ucap Galih membuat Aisyah seketika mengambil buket berukuran besar itu. “MasyaAllah, Mas. Ini bagus sekali, mana besar lagi.” Ungkap Aisyah dengan wajah berbinar. Buket raksasa berisi bunga dan aksen kupu-kupu itu sangat menyejukkan mata wanita. Siapa pun pasti akan senang jika di beri kejutan kecil seperti ini. “Kamu suka?” Galih

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    043.

    Sore hari, pukul 17.30 wib... Aisyah tak juga ke rumah Herman. Wanita itu malah di ajak Galih ke sebuah tempat yang belum pernah ia datangi sebelumnya. Sebuah kafe yang berada di dekat pantai, menjadi pilihan Galih untuk membawa istrinya. Dapat di lihat dari raut wajah Aisyah yang begitu senang setelah tiba di tempat tersebut. Pemandangan hamparan pasir terlihat dari atas. Cafe itu salah satu milik teman Galih, pria itu sengaja memboking area balkon cafe, agar Aisyah dan dirinya bisa menikmati keindahan senja dari atas sana tanpa gangguan apapun. Galih telah memesan beberapa makanan kesukaan istrinya itu. Tak sulit bagi Galih mengetahui hal itu, di karenakan sejak dulu Aisyah sering datang di kedai miliknya. Ya, sedetail itu Galih memperhatikan wanita yang saat ini sudah menjadi istrinya. Pandangan Aisyah masih menatap senja yang terlihat semakin indah. Senja selalu menenangkan, walau hadirnya hanya sebentar tapi mampu meninggalkan kesan indah pada jiwa yang menikmatinya. Seora

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    042.

    “Mbak Syahnaz juga bilang, kalau dia terpaksa datang ke sekolah karena kesulitan menghubungi Mbak. Soalnya keadaan Paman Herman, katanya kondisinya parah, Mbak.” Aisyah mengepalkan tangannya untuk menyalurkan rasa tidak tenang yang mendera di hatinya. Wajar jika Syahnaz tidak bisa menghubunginya, sebab semalam Galih memblokir semua nomor anggota keluarga Herman. “Terus apa yang dia bilang lagi sama kamu? Dia gak mencoba mengancam kamu kan?” Fadil menggeleng. “Mbak Syahnaz cuma bilang, supaya aku memberi tahu keadaan Paman Herman sama Mbak Aisyah. Dia juga mau Mbak segera datang ke rumah untuk melihat kondisi Paman Gunawan.” Aisyah mengusap wajah. Bagaimana ini? Hati nuraninya tak bisa di bohongi, kalau ia merasa khawatir dengan keadaan Herman. Bagaimanapun kelakuan pamannya itu, Aisyah masih tidak bisa bersikap abai jika kondisi Herman memang sedang butuh bantuan. “Mbak akan telepon Mas Galih dulu, dan bertanya bagaimana baiknya. Sekarang, kamu ganti baju dulu, lalu makan siang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status