Share

Dikejar Paman Mantan Suami
Dikejar Paman Mantan Suami
Penulis: Harimau Emas

Bab 1

Pada hari jadi pernikahannya, Elena Wimbrow pergi ke dokter kandungan sendiri.

Di rumah sakit, dia melihat suaminya memeluk wanita lain.

Wanita itu bersandar di dalam pelukan suaminya sembari berkata, "Kaedyn, terima kasih sudah menemaniku ke rumah sakit."

Kaedyn menyayangi wanita itu, dia menyuruh Elena pergi membeli cokelat.

Elena tiba-tiba tersenyum, lalu memindahkan tangannya dari perutnya.

Kebetulan dia ingin melakukan aborsi di rumah sakit lain.

...

Kali ini Elena datang ke rumah sakit untuk melakukan aborsi.

Dia mengambil nomor antrean, kemudian mengantre.

Ada beberapa pasang suami istri di sekeliling. Semua ibu hamil ditemani oleh suami mereka.

Hanya Elena yang datang untuk melakukan aborsi, itu agak menyedihkan.

Dua bulan yang lalu, Elena menemani Kaedyn pergi dinas.

Mereka menghadiri sebuah perjamuan.

Elena mabuk. Begitu dia bangun di pagi hari, hanya ada dia sendiri di dalam kamar hotel.

Kamar hotel itu penuh dengan aroma percintaan.

Pakaian berserakan di lantai.

Ada pakaian Elena dan juga kemeja putih Kaedyn.

Selain itu, aroma pria tertinggal pada tubuh Elena.

Saat itu, Elena merasa senang.

Akhirnya setelah bertahun-tahun Kaedyn menerima perasaan Elena.

Elena benar-benar sangat mencintai pria itu.

Akan tetapi, rasa suka tersebut dihancurkan telak oleh Kaedyn tadi malam.

Tadi malam, Elena bertanya kepada Kaedyn tentang bagaimana kalau dia hamil?

Kaedyn menyentuh perut Elena lalu terkekeh pelan. "Kalau kamu hamil, aborsi saja. Lagi pula, aku nggak mungkin membiarkanmu hamil."

Kata-katanya begitu terus terang dan kejam.

Hingga Elena merasa sekujur tubuhnya dingin.

Bagaimanapun juga, Elena telah menjadi sekretaris Kaedyn dan mencintainya selama beberapa tahun.

Dia juga telah menjadi istri Kaedyn selama dua tahun.

Orang yang memelihara anjing pun pasti sudah memiliki perasaan terhadap anjing itu, 'kan?

Tak disangka hal yang Elena dapatkan adalah kata-kata yang begitu tak berperasaan.

Mengingat kejadian semalam, Elena pun mencibir.

Sebelum cibirannya menghilang, dia melihat suaminya memeluk wanita lain sambil berjalan menuju arahnya.

Tubuh Elena spontan menegang.

Dia refleks menundukkan kepalanya.

"Bukankah itu Sekretaris Elena?" Doreen Bonwell yang memakai masker menarik pakaian Kaedyn dengan terkejut, menyuruh pria itu pergi. "Aku akan bicara dengan Sekretaris Elena."

"Kamu harus menemui dokter."

Nada Kaedyn tidak sedingin biasanya, melainkan terdengar lembut.

"Aku sudah lama nggak melihat Sekretaris Elena, hanya ingin berbicara sebentar."

Doreen mengedipkan kedua matanya sambil menusuk dada Kaedyn. "Aku hanya kram perut dan gula darah rendah sehingga pingsan. Kamu nggak perlu begitu khawatir."

Elena menyadari ada orang yang berdiri di depannya.

Dia mengangkat kepalanya.

Lalu dia melihat atasannya.

Sekaligus suaminya yang hanya berlaku di atas kertas.

Pria itu berdiri di depannya sambil memeluk wanita lain.

...

Elena tampak bingung untuk sejenak.

"Sekretaris Elena, sudah lama nggak berjumpa. Kamu menjadi makin cantik."

Ucapan Doreen penuh dengan kesenangan.

Sejak kapan dia pulang negeri?

Doreen mantan pacar pertama Kaedyn.

Elena mengulas senyum paksa. Dia berdiri lalu membalas dengan sopan, "Ya, sudah nggak bertemu."

Doreen mengatupkan bibirnya, kemudian terkekeh pelan. "Selama ini Sekretaris Elena sudah menjaga Kae. Hanya kamu yang sabar menghadapi temperamen buruknya."

Kae. Kae. Panggilannya begitu akrab.

Mereka jelas-jelas sudah berpisah selama empat tahun.

Elena tersenyum simpul. "Bukan apa-apa, bagaimanapun gaji di Grup Burchan sangat tinggi."

Seorang perawat masuk mendorong sebuah kursi roda.

Kaedyn dengan lembut mendorong Doreen yang ada di dalam pelukannya ke kursi roda.

Ternyata kelembutan pria itu melihat orang.

Elena mengatupkan bibir merahnya. Dia merasa sangat sedih.

Doreen mendongak untuk mengucapkan terima kasih kepada Kaedyn. Setelah itu, dia melihat Elena lagi. "Sekretaris Elena sedang mengantre untuk berobat?"

"Bukan, aku sudah selesai dan mau pergi."

Doreen menarik lengan baju Kaedyn, bersandar pada tangannya lalu berkata, "Aku tiba-tiba ingin makan cokelat. Ingin sekali."

"Berobat dulu." Nada Kaedyn terdengar tak berdaya. Kemudian dia menoleh ke arah Elena. "Sekretaris Elena, tolong pergi beli sekotak cokelat. Nanti antar ke lantai lima."

Sekujur tubuh Elena terasa dingin. Rasanya dia ingin menertawakan dirinya sendiri.

Bisa-bisanya Kaedyn menyuruh istrinya pergi membelikan cokelat untuk mantan pacarnya.

Elena tiba-tiba tertawa.

Dia bisa melakukan aborsi di rumah sakit lain.

Doreen menepuk lengan Kaedyn, kemudian memutar bola matanya. "Hari ini Sekretaris Elena datang ke rumah sakit pasti karena nggak enak badan. Bisa-bisanya kamu masih menyuruhnya pergi membeli cokelat."

Kaedyn berkata dengan nada datar, "Ini adalah bagian dari pekerjaannya."

Benar, itu adalah pekerjaan sekretaris.

Elena yang mendengar jawaban itu pun melihat ke bawah untuk menyembunyikan emosinya.

Sifat arogan dalam diri Elena tidak mengizinkan dirinya terlihat terlalu menyedihkan. "Nona Doreen, sebagai sekretaris, itu memang bagian dari pekerjaanku."

Elena mengangguk kecil kepada mereka, kemudian dia segera mengambil tasnya dan pergi.

...

Elena pergi ke supermarket besar yang terletak di sekitar untuk membeli sekotak cokelat.

Setelah itu, dia kembali ke rumah sakit, naik lift ke lantai lima.

Pintu lift terbuka.

Dia langsung melihat dua sejoli yang berpelukan di luar lift.

Doreen memeluk pinggang Kaedyn.

Mereka sedang berciuman.

Lambung Elena bergejolak. Dia menutup bibirnya yang pucat, kemudian menopang pada cermin di dalam lift sambil mengeluarkan isi perutnya.

Tiga pasang mata bertemu.

Pintu lift tertutup. Pelupuk mata Elena basah, dia masih muntah di dalam lift.

Untungnya, saat ini hanya ada Elena sendiri di dalam lift.

Doreen melihat lift yang tertutup itu dengan terkejut. "Sekretaris Elena kenapa?"

Dia mendengar suara muntahan.

Kedua manik jernih Kaedyn tampak gelap. Dia tiba-tiba teringat akan pertanyaan Elena tentang anak tadi malam. Dia pun berpikir.

Elena menyerahkan kotak cokelat itu kepada perawat, memintanya untuk menyerahkan kotak cokelat itu kepada Kaedyn di lantai lima.

Elena menyetir pulang ke rumah. Hal pertama yang dia lakukan adalah mengemas koper. Besok dia akan pindah ke luar.

Fondasi pernikahan palsu selama dua tahun memang tidak kuat.

Sudah waktunya Elena bangun dari mimpinya.

Dua tahun lalu, neneknya Kaedyn ingin melihat Kaedyn berkeluarga selama dia hidup.

Saat itu, Kaedyn bertanya kepada Elena, apakah dia mau melakukan pernikahan palsu dengan Kaedyn.

Kaedyn juga akan memberi Elena sejumlah uang.

Elena yang memang menyimpan perasaan terhadap Kaedyn.

Serta membutuhkan banyak uang saat itu pun langsung menyetujuinya.

Walaupun pernikahan itu hanya pernikahan palsu, Elena memperlakukan pernikahan mereka dengan sangat tulus.

Dia pikir ketulusannya akan mendapat balasan berupa ketulusan juga.

Akan tetapi, kepulangan Doreen kali ini membuat pikiran Elena itu menjadi sangat lucu.

Persetan dengan ketulusan.

...

Malam hari.

Elena menunggu Kaedyn pulang.

Elena berusaha untuk tenang sambil menunggu Kaedyn pulang untuk menyelesaikan masalah mereka.

Elena menunggu dari pukul 6 malam hingga pukul 8. Dia sempat menelepon Kaedyn, tetapi tidak ada yang angkat.

Malam ini Kaedyn tidak pulang.

Elena menerima foto status Doreen yang dikirimkan oleh adik iparnya, Glenna Burchan.

Pria dalam foto itu, suami Elena, sedang mengeringkan rambut Doreen.

Kaedyn mengenakan jubah mandi.

Malam-malam mengenakan jubah mandi dan mengeringkan rambut mantan pacar.

Elena menatap foto itu, lalu dia mengedipkan matanya yang terasa basah sambil tersenyum miris.

Tanpa ekspresi, dia mencari perjanjian pernikahan yang dia tanda tangani dua tahun lalu.

Tatapannya berlabuh pada kesepakatan terakhir.

"Orang yang mengajukan perceraian dalam kurun waktu kurang dari lima tahun akan dikenakan denda sebesar empat ratus miliar."

Saat menikah, Elena meminta mahar sebanyak enam puluh miliar, sedangkan Kaedyn langsung mentransfer dua ratus miliar untuknya.

Elena menghitung dananya. Setelah dikurangi biaya pengobatan adik laki-lakinya, uangnya sisa seratus delapan puluh miliar.

Bila Elena mengajukan perceraian, dia tidak memiliki empat ratus miliar untuk membayar denda.

Elena mengusap wajahnya. Setelah dia menyimpan surat perjanjian itu, Elena mengganti pakaian, mengambil kunci, lalu keluar.

...

Ada banyak kelab di Kota Burgan.

Elena tidak pernah datang ke tempat seperti ini sebelumnya.

Hari ini dia datang dan memesan bir, tetapi dia tidak meminumnya. Karena teringat akan janin yang ada di dalam perutnya, akhirnya Elena pun meletakkan gelas itu.

Elena tersenyum. Dia bahkan tidak memiliki kesempatan untuk melampiaskan kesedihannya.

Elena keluar dari kelab, kemudian air matanya pun mengalir.

Dia mencintai seseorang selama beberapa tahun, akhirnya dia tidak mendapat apa pun.

Ada sebuah taksi kosong di depan. Elena membuka pintu mobil, kemudian masuk ke dalam mobil. Dia berkata dengan suara terisak, "Ke Perumahan Sorenson, Pak."

Sopir melihat dua sejoli yang duduk di jok belakang melalui kaca spion. Bertengkar dengan pacar?

Sopir tua itu sangat baik. "Jadi lelaki harus lebih mengalah dengan perempuan."

Sopir menyalakan mobil, lalu melajukannya.

Saat ini, Elena baru sadar. Dia menoleh, lalu matanya yang merah melihat seorang pria yang duduk di jok samping.

Pria itu memakai masker sehingga Elena tidak bisa melihat wajahnya.

"Berhenti, Pak. Maaf, saya salah naik mobil."

"..."

Sopir menghentikan mobil di pinggir jalan. Elena mengucapkan maaf berkali-kali sebelum turun.

Elena melirik pria yang ada di jok belakang itu.

Kebetulan pria itu juga sedang menatap Elena.

...

Keesokan paginya, Kaedyn baru pulang untuk mengganti pakaian.

Ketika dia pulang, dia melihat beberapa koper yang diletakkan di ruang tamu.

"Siapa yang datang?" tanya Kaedyn dengan suara serak seraya melepaskan kancing baju.

"Itu koperku." Pandangan Elena jatuh pada noda lipstik yang menempel di kerah kemeja putih Kaedyn. Lalu Elena menunjuknya. "Lipstik wanita."

Kaedyn menarik kerah bajunya, kemudian dia melihat noda lipstik.

Ekspresi canggung tampak melintas di wajah Kaedyn.

Namun, dia segera mengembalikan ekspresi dinginnya.

Dia sama sekali tidak menjelaskan apa pun.

Benar saja.

Elena terkekeh.

Kaedyn mengernyit. "Apa yang kamu tertawakan?"

"Bukan apa-apa, tadi pagi aku membaca sebuah lelucon. Aku pergi ke kantor dulu."

Elena mengambil tas kecilnya. Sebelum keluar, dia refleks mengganti sepasang sepatu datar.

Kaedyn naik ke lantai atas untuk pergi ke kamar tidur.

Dia melepaskan pakaiannya. Setelah Kaedyn masuk ke dalam kamar mandi, dia baru menyadari bahwa pakaian bersihnya belum disiapkan.

Dulu ketika Kaedyn akan mandi, Elena akan menyiapkan pakaian bersih dulu untuknya.

Kaedyn keluar dari kamar mandi dengan ekspresi datar.

Kaedyn menelepon Elena sambil berjalan menuju lemari pakaian. "Aku lupa menanyakan sesuatu padamu."

Dia membuka laci lemari.

"Kamu nggak hamil 'kan, Elena?"

Suara dingin Kaedyn menembus gendang telinga Elena melalui ponsel, membuat jantung Elena berdegup kencang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status