Keesokan pagi, Luther dan rombongan akhirnya menuju ke Hutan Kelam. Karena jalanan terjal dan tidak bisa dilalui mobil, mereka terpaksa berjalan kaki.Sebenarnya, sudah banyak pesilat yang datang ke Hutan Kelam untuk mencoba peruntungan mereka sejak kemarin. Akan tetapi, hutan ini terlalu luas sehingga tidak ada yang menemukan jejak makam.Setengah jam kemudian, Luther dan rombongan akhirnya tiba di depan Hutan Kelam. Terlihat banyak orang yang memasuki hutan ini."Nona, apa kamu tahu lokasi makamnya?" tanya Luther tiba-tiba."Aku nggak tahu, semua orang hanya mencoba peruntungan mereka. Kalau beruntung, kita pasti bisa menemukan harta karunnya," sahut Alvie dengan agak pasrah.Meskipun kemungkinannya kecil, mereka tidak punya cara lain. Untungnya, mereka adalah penduduk Praulandia sehingga cukup familier dengan Hutan Kelam. Ini bisa menghemat waktu mereka."Hutan Kelam terlalu luas, entah sampai kapan baru bisa menemukan makam itu," ujar Luther seraya menggeleng."Apa kamu punya cara
Kemudian, Luther segera mempercepat langkahnya dan langsung menuju ke sumber suara itu."Ayo semuanya ikut! Jangan ada yang terpisah dari tim!" Setelah berteriak, Alvie buru-buru menyusul Luther. Dia benar-benar takut Luther akan bertindak gegabah dan masuk ke dalam perangkap musuh. Semuanya berjalan dengan cepat. Setelah sekitar sepuluh menit kemudian, mereka akhirnya melihat sebuah daerah terbuka sebesar lapangan sepak bola.Tanah di lapangan itu tandus, dipenuhi dengan lumpur dan batu, dan tidak ada makhluk hidup. Di tengah lapangan itu ada sebuah makam yang mengarah ke bawah. Makam itu sangat gelap dan tidak terlihat ujungnya, tidak ada yang tahu ada apa di dalamnya. Saat ini, di sekitar makam itu sudah berdiri sekelompok pesilat yang sangat kuat. Sekelompok pesilat itu menjaga makam dan selalu melihat ke sekeliling dengan waspada agar bisa menghalangi orang untuk mendekat."Jangan-jangan ini makam Vernita?" Setelah bersembunyi di pohon, Kansan melihat makam yang sangat gelap di ke
"Swish!" Setelah Wiliam berbicara, semua mata langsung beralih kepada Alvie dan yang lainnya dengan tatapan tidak ramah dan tajam. Ada beberapa master tingkat sejati di antara mereka sehingga semua gerakan dalam jarak ratusan meter tidak akan lolos dari telinga mereka.Mata Chelliny berkedut. "Kita ketahuan! Kak Alvie, Kak Kansan, bagaimana sekarang?""Nggak usah panik, ada aku di sini. Aku jamin kalian akan selamat, ayo ikut aku!" Kansan menepuk debu dari pakaiannya dan berjalan sambil mengangkat kepalanya. Ketiga perguruan itu memang memiliki banyak ahli, tetapi Sekte Akasa juga memiliki reputasi yang bagus. Dalam pertarungan satu lawan satu, dia yakin bisa mengungguli para pesilat itu."Ayo kita pergi temui mereka." Setelah memberikan isyarat, Alvie memimpin semua adik perguruannya keluar dengan tenang. Awalnya, dia berniat untuk duduk dan menyaksikan pertarungan orang-orang itu dari kejauhan, tak disangka dia akan ketahuan begitu cepat."Baiklah, semua sudah lengkap, sekarang harus
Menindas musuh yang lebih sedikit bukan gaya Kansan."Colin, sialan kamu!" Saat Wiliam berteriak dengan marah dan akhirnya kewalahan, dadanya ditusuk pedang Colin dan terjatuh ke tanah dengan kesal. Dalam sekejap, para murid Sekte Sala juga terbantai habis dan tidak tersisa seorang pun."Hanya sekte kriminal saja masih berani menantang kita? Benar-benar cari mati!" Colin mendengus dan mengayunkan pedang panjangnya hingga darah berceceran."Huh! Kenapa Sekte Akasa tadi nggak ikut bertindak?" Humphrey berbalik dan melihat Kansan dan yang lainnya berdiri di tempatnya dengan tenang. Tubuh mereka bersih dan tidak ada jejak darah sedikit pun, jelas mereka tidak bergabung dalam pertarungan."Hanya satu Sekte Sala saja, dua sekte besar seperti kalian saja sudah cukup. Tentu saja nggak butuh kami ikut turun tangan," kata Kansan dengan tenang. Dia hanya mengatakan faktanya, tetapi bagi kedua sekte itu, dia terdengar seperti pura-pura baik."Melihat kita sedang membunuh orang, kalian malah nggak
Bruk!Melihat kepala Humphrey terjatuh, semua orang tercengang. Semuanya tidak menyangka Colin begitu kejam dan sadis. Sebelumnya, Colin masih sangat ramah menjadi rekan Humphrey dengan tersenyum. Namun pada detik berikutnya, dia malah memenggal kepala Humphrey. Sungguh keji."Kak Humphrey!" Setelah tertegun sejenak, pada murid Sekte Emas berteriak dengan marah. Namun, mereka belum sempat menyadarinya, para murid Sekte Bangau yang sejak awal sudah bersiap, langsung maju dan bertindak. Dalam sekejap, sebagian besar murid Sekte Emas sudah dikalahkan seiring dengan suara jeritan. Beberapa murid yang tersisa juga segera diserang Colin dan sama sekali tidak bisa melawan."Hah?" Melihat para murid Sekte Bangau yang sangat keji, semua murid Sekte Akasa langsung menjadi waspada. Mereka menarik pedang dan siap menyerang."Colin, tak disangka kamu begitu licik, kamu malah menyerang diam-diam!" Kansan mengernyitkan alisnya dan berteriak dengan marah. Sekte Bangau adalah sekte terhormat juga, teta
"Kalau duel ini dilanjutkan, Kakak kalian akan kalah." Melihat kejadian itu, Luther akhirnya berbicara. Awalnya, dia hanya ingin memperingatkan mereka, tetapi para murid Sekte Akasa langsung membantahnya."Omong kosong! Kak Kansan sangat kuat dan mahir dalam keahlian pedang, bagaimana mungkin dia bisa kalah?""Benar! Tolong kamu lihat dengan lebih jelas, jelas-jelas Kak Kansan sudah unggul!""Huh! Kamu sungguh meremehkan Kak Kansan. Kalau nggak ngerti, jangan omong kosong di sini!"Semua murid itu mulai memarahi Luther. Mereka berpikir orang yang mengerti pasti bisa melihat Kansan sekarang mengungguli Colin. Dalam beberapa saat lagi, Kansan pasti akan menang. Namun, orang di hadapan mereka ini, bukan hanya tidak mendukung kakak mereka, melainkan meremehkan. Sungguh sial!"Sobat, sepertinya kamu nggak mengerti dengan kakak seniorku." Chelliny memperkenalkan dengan bangga, "Kekuatan kakak seniorku ini berada di urutan ketiga dalam generasi muda Praulandia. Julukannya adalah Gentala Sakti
"Bagaimana mungkin?" Melihat murid Sekte Akasa yang muntah darah dan tergeletak, Chelliny dan Alvie tampak kaget. Mereka berada di bagian paling dalam tadi, sehingga tidak sempat keluar untuk memberi pertolongan. Pada akhirnya, mereka melihat adegan yang mengerikan ini. Belasan elite dari Sekte Akasa langsung terhempaskan oleh pedang Colin hingga muntah darah. Kekuatan ini sungguh mengerikan!"Sekelompok sampah! Beraninya kalian melawanku? Dasar pengganggu!" Colin menghunuskan pedangnya ke arah mereka dengan wajah meremehkan. Saat melawan Kansan tadinya, dia hanya berencana untuk bermain-main. Sekarang setelah puas bermain, tentunya pertempuran ini sudah harus diselesaikan."Kak Colin memang hebat dan berwibawa!""Huh! Hanya sekte rendahan saja berani melawanku. Benar-benar cari mati!" Saat ini murid Sekte Bangau tertawa terbahak-bahak. Setelah menghabisi orang dari Sekte Akasa, harta karun itu akan menjadi milik mereka."Kak Colin! Wanita di sana cantik sekali. Sayang kalau dibunuh be
"Kamu! Kalau bisa menahan tiga tebasan dariku, aku akan mengampuni nyawamu!" kata Colin sambil tersenyum menghina dan menghunuskan pedangnya."Oh ya? Aku justru penasaran memangnya sehebat apa pedangmu itu." Luther berjalan dengan perlahan ke arah Colin dengan ekspresi tenang."Sobat!" Ekspresi Alvie sontak berubah. Dia menarik tangan Luther dan membujuknya, "Kemampuan Colin nggak bisa ditebak, kamu bukan lawannya. Sebaiknya cepat melarikan diri!""Benar, Sobat! Orang ini terlalu mengerikan. Nggak ada gunanya kamu melawannya!" bujuk Chelliny."Sobat! Jangan mengacau di sini! Cepat bawa Alvie dan yang lainnya pergi. Kamu nggak akan bisa menangani situasi ini!" bentak Kansan."Benar! Bahkan Kak Kansan saja tidak bisa melawannya. Memangnya kamu bisa membalikkan situasi? Cepat kabur!" Pada saat ini, murid-murid Sekte Akasa lainnya juga ikut berteriak. Meski mereka tidak suka dengan Luther, tetap saja mereka tidak ingin Luther mati sia-sia."Jangan takut. Aku bahkan nggak menganggap serius