Setelah mengantarkan Belinda ke rumah sakit, Luther kembali ke Klinik Damai. Namun, begitu membuka pintunya, keadaan di dalam membuat Luther mengernyitkan alis. Situasi di dalam klinik terlihat seperti ada orang yang menghancurkannya dan sangat kacau. Kotak obat berserakan di lantai dan Ariana berlarian di dalam ruangan dengan ekspresi panik dan berkeringat."Obat ... di mana obatnya?"Ariana mencari-cari sambil memegang resep obat di tangannya. Pada akhirnya, dia melihat kotak obat di atas lemari. Dia terpaksa menginjak bangku untuk mengambilnya karena kotaknya diletakkan di tempat yang terlalu tinggi."Apa yang sedang kamu lakukan?"Luther tiba-tiba berbicara. Ariana yang tidak waspada, terkejut hingga terjatuh dari bangku. Melihat kepala Ariana hampir menyentuh lantai, Luther langsung memeluknya. Tangan Luther merasakan kelembutan Ariana dan aroma wangi di hidungnya. Luther tidak ragu-ragu, setelah memapah Ariana berdiri, dia segera melepaskan pegangannya."Kamu sudah pulang?"Pemab
Vila Gegana."Ayah! Tolong bantu Kak Luther! Kalau tidak, dia akan mati!" bujuk Lufita sambil berlutut di lantai."Huh! Kamu masih berani memohon untuknya? Kali ini, pemuda itu melakukan kesalahan besar karena membunuh Calvin! Jovan sudah menggerakkan semua pasukan elite di Jiloam. Hari ini, tidak ada yang bisa menyelamatkannya!" kata Richard dengan ekspresi dingin."Ayah! Kak Luther sudah beberapa kali menyelamatkanku, tolong bantu dia kali ini!" kata Lufita sambil menangis.Sejak kembali ke vila, Lufita terus berlutut memohon kepada ayahnya. Dia berusaha memohon bantuan, karena hanya ayahnya yang bisa mengendalikan Jovan yang sedang hilang kendali."Justru karena dia pernah menyelamatkanmu, aku baru menahan diri untuk tidak ikut membunuhnya!" kata Richard dengan ekspresi dingin."Ayah! Kalau Ayah menyelamatkan Kak Luther, aku akan menuruti semua perintah Ayah!" Lufita mulai bersujud dengan keras. Darah segar mengalir dari kening Lufita.Richard memukul meja dan berdiri. "Dasar anak b
"Berani sekali bocah ini datang! Dia benar-benar sudah bosan hidup, ya!""Keberaniannya patut dipuji. Sayangnya, dia terlalu bodoh!"Sekelompok orang berbicara dengan heboh sambil memasang ekspresi yang berbeda-beda."Kamu Luther?" tanya Jovan dengan lantang sembari maju selangkah."Ya." Ekspresi Luther sama sekali tidak berubah."Kamu yang membunuh putraku?" tanya Jovan lagi dengan sorot mata tajam dan galak."Ya." Luther kembali menganggukkan kepalanya."Berlutut saat berbicara!" bentak Jovan."Kamu menyuruhku berlutut? Nggak pantas! Hei, aku akan memberimu kesempatan. Serahkan orang yang menerobos masuk ke Klinik Damai sekarang juga. Kemudian, kamu harus berlutut pada pemabuk tua itu. Dengan begitu, aku baru bisa mengampunimu," ujar Luther dengan tidak acuh.Begitu ucapan ini dilontarkan, semua orang yang berada di sana sontak gempar."Wah! Bocah ini sudah gila, ya? Sudah mau mati, tapi masih berani sesombong ini?""Dia sudah membunuh Calvin, tapi masih menyuruh Tuan Jovan minta maa
Sepuluh menit kemudian, seluruh sekolah bela diri dipenuhi rintihan kesakitan. Di sisi lain, Luther berdiri di tengah-tengah kerumunan dengan aura dingin yang menyelimuti sekujur tubuhnya.Para pemuda pemudi di sana sungguh tercengang melihat kejadian ini. Semuanya terbelalak, seakan-akan baru melihat setan.Tidak ada yang menyangka bahwa Luther akan sehebat ini. Dia berhasil menjatuhkan semua petarung Sekolah Bela Diri Anggara dengan kemampuannya sendiri.Asal tahu saja, mereka semua adalah petarung elite yang mampu melawan 10 orang sekaligus. Namun, sekarang mereka malah dikalahkan hanya dalam beberapa menit. Benar-benar di luar nalar!"Sialan, rupanya bocah ini begitu hebat? Ini nggak masuk akal!""Astaga, dari mana datangnya iblis ini? Kenapa dia begitu hebat?"Duncan dan lainnya terkejut sekaligus ketakutan. Terutama para wanita, mereka sampai menutup mulut mereka. Bagaimanapun, kemampuan Luther ini sangat sulit untuk dipercaya!"Ternyata, Sekolah Bela Diri Anggara biasa-biasa saj
Plak! Ketika Luther melayangkan tamparan terakhirnya, wajah Jovan sudah babak belur. Hidungnya terlihat bengkok, mulutnya terlihat miring, bahkan giginya juga rontok. Kondisinya terlihat benar-benar mengenaskan!Jovan terduduk lemas di tanah tanpa memiliki tenaga apa pun lagi. Dia sungguh tidak menduga bahwa Luther akan sekuat ini, sampai-sampai dia tidak berkesempatan untuk melawan.Jovan hanya bisa membiarkan dirinya terus dihajar oleh Luther. Sepertinya, petarung yang menempati juara ketiga di Peringkat Bumi juga akan kalah dari Luther."A ... aku nggak salah lihat? Tuan Jovan kalah? Setragis ini?""Bocah ini ... monster dari mana dia?"Setelah waktu yang lama, sekolah bela diri yang sunyi akhirnya terdengar suara kembali. Namun, tidak ada yang merespons karena fakta sudah terpampang jelas di depan mata.Jovan memang kalah, bahkan kalah telak. Sepuluh besar Peringkat Bumi, Pelangi Menembus Matahari yang digadangkan sebagai jurus paling mematikan, ternyata hanya menjadi sebuah leluco
Ketika melihat kepala yang tiba-tiba bergelinding itu, seluruh sekolah bela diri menjadi sunyi senyap. Saat berikutnya, disusul dengan teriakan yang heboh.Tidak ada yang menyangka bahwa Jovan akan bunuh diri. Bahkan, dia melakukannya dengan sangat lugas dan kejam. Hanya dengan 1 tebasan, dia langsung memenggal kepalanya sendiri. Apakah dia gila?"A ... apa yang kamu lakukan pada Tuan Jovan?" tanya Duncan yang terkesiap hingga tubuhnya penuh keringat."Kamu ingin tahu? Kalau begitu, tanyakan saja kepadanya," sahut Luther. Selesai melontarkan itu, dia langsung berjalan ke luar tanpa memedulikan keterkejutan semua orang.Begitu Luther keluar, sebuah pasukan bersenjata lengkap segera menyerbu masuk dan mengamankan lokasi kejadian. Semua orang yang berhubungan dengan Jovan pun ditangkap.Di sisi lain, Luther tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal selanjutnya lagi. Dengan kemampuan Yogi, dia pasti bisa membereskan masalah ini tanpa meninggalkan jejak apa pun.....Sementara itu, di Vila Gegana
Ketika Luther kembali ke Klinik Damai, barang-barang yang tadinya berserakan telah dibersihkan sehingga terlihat rapi kembali. Mungkin karena terlalu lelah, Ariana pun ketiduran di meja. Sorot mata Luther seketika tampak rumit saat melihat wajah cantik Ariana yang kelelahan dan mengernyit.Bagaimanapun, Ariana telah menyelamatkan si pemabuk tua. Luther sangat berterima kasih padanya. Ketika memikirkan hal ini, Luther melepaskan jaketnya dan meletakkannya di atas tubuh Ariana.Tubuh Ariana seketika gemetaran. Dia pun bangun, lalu bertanya, "Kamu sudah pulang? Kamu nggak terluka, 'kan?""Nggak, terima kasih sudah membantu," sahut Luther dengan sopan."Sama-sama. Dia terluka, sudah seharusnya aku membantunya," ujar Ariana sembari tersenyum tipis."Kamu pasti sangat lelah malam ini. Lapar nggak?" tanya Luther."Sedikit," jawab Ariana."Seperti biasa? Mau makan mi telur tomat?" tanya Luther."Ya, terima kasih," timpal Ariana."Tunggu sebentar." Tanpa berbasa-basi, Luther langsung berjalan m
"Apa katamu? Pemegang saham terbesar?"Mendengar perkataan itu, Roselyn tertegun sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. "Hahaha .... Luther! Kamu salah makan obat ya? Kamu? Pemegang saham terbesar? Lucu sekali!""Luther, boleh saja kamu membual di depan orang lain. Tapi kalau mau berpura-pura di depan kami, kamu hanya akan mempermalukan dirimu saja!" kata Carlos menyindir.Carlos telah menyelidiki identitas Luther dengan cermat. Seorang pria miskin yang tidak memiliki keahlian khusus, mungkin hanya memiliki beberapa trik rendahan."Terserah kalian percaya atau tidak. Tapi, aku jamin kalian tidak akan mendapatkan hak agen ini," kata Luther dengan tenang."Huh! Sebaiknya kamu kembali ke tempatmu dan tetap menjadi orang tidak berguna saja!"Mulut Roselyn cemberut dan ekspresinya cuek. "Hari ini, Pak Marcel yang bertanggung jawab di sini. Asalkan dia mengucapkan satu kata saja, hasil akhirnya sudah pasti!""Aku tidak kenal Pak Marcel, tapi aku yakin dia tidak punya hak ini," kata Luther den
Saat pintu gerbang terbuka, semua perhatian langsung tertuju ke sana. Di tengah tatapan semua orang, Huston berjalan keluar dengan tubuh tegap, diikuti dua pengawal di belakangnya."Pangeran Huston?" Melihatnya, semua orang langsung menyambut dengan senyuman ramah. Baik itu Weker, Trisno, maupun Loland, semuanya menunjukkan sikap menyanjung.Huston terkenal kuat dan kejam. Meskipun beberapa tahun terakhir ini, dia sudah lebih terkendali, pengaruh masa lalunya masih membuat orang takut.Jadi, jangan sampai mereka membuat Huston marah. Huston seperti bom waktu berjalan. Banyak dari mereka pernah terkena imbasnya dulu."Pangeran, akhirnya kamu keluar juga. Aku ada urusan penting untuk dilaporkan, tolong ....""Minggir!"Saat Trisno maju untuk berbicara, Huston langsung mendorongnya dengan kasar, hingga tubuhnya yang kurus hampir terjatuh."Trisno, segala sesuatu harus ada urutannya. Pangeran sangat menghargai keadilan, mana mungkin dia membiarkan kebiasaan burukmu itu," ejek Loland yang t
"Makan apanya! Aku lagi nggak mood! Kalau mau makan, makan saja sendiri!" bentak Loland dengan murka."Aku juga nggak mau pergi. Aku sedang menjaga kesehatan dan cuma minum teh. Aku nggak minum alkohol," tolak Trisno langsung."Kalau kalian mau menunggu, silakan saja. Aku nggak akan menemani kalian," ucap Weker dengan senyuman tipis. Kemudian, dia hendak berjalan pergi.Begitu berbalik, Weker hampir bertabrakan dengan Loki yang datang dari arah berlawanan. "Tuan Weker, maaf, maaf! Aku nggak sengaja."Di tengah kerumunan tokoh-tokoh penting, Loki merasa sangat tertekan. Tadi dia melamun sejenak sehingga menabrak Weker. Dia ketakutan hingga tidak tahu harus mengatakan apa.Loki tidak seperti para jenderal lainnya yang memiliki dukungan kuat. Dia mencapai posisinya saat ini berkat kerja keras dan usaha sendiri. Jika dia tidak sengaja menyinggung tokoh penting, dia bisa saja kehilangan semua pencapaiannya.Weker awalnya mengerutkan kening, tetapi segera berekspresi normal dan tersenyum. "N
Setelah selesai berbincang, keduanya pun berpisah. Gema mencari hotel di sekitar untuk menginap dan menunggu kabar baik.Sementara itu, Loki langsung mengganti pakaian dan pergi ke istana Kerajaan Atlandia untuk menyerahkan surat permohonan audiensi. Namun, saat dia tiba, dia terkejut melihat pemandangan di depan matanya.Saat ini, banyak orang yang sudah berkumpul di depan gerbang besar istana Kerajaan Atlandia. Ada beberapa tokoh besar yang dikenal Loki juga, seperti Panglima Weker, Jenderal Besar Loland, dan Sarjana Trisno. Mereka semua adalah pejabat kelas satu dan sangat berkuasa di Atlandia.Terutama dengan Loland ini yang merupakan atasan dari atasan Loki. Dia akan berjalan dengan langkah yang tegap setiap kali bertemu dengan Loland, khawatir akan meninggalkan kesan yang buruk.Selain ketiga tokoh besar yang memiliki kedudukan tinggi ini, ada beberapa pejabat kelas dua dan yang setingkat juga yang berdiri sejajar di depan gerbang. Bisa dibilang, mereka semua jauh lebih berkuasa
Keesokan paginya, di bandara Atlandia. Gema yang mengenakan pakaian tradisional berdiri di depan pintu bandara dan menunggu dengan penuh harapan.Sebelum datang ke sini, Gema sudah menghubungi teman seperjuangan yang pernah bertugas bersamanya di militer. Setelah mendapat penghargaan atas jasanya dan ditambah dengan bantuan dari Keluarga Paliama, dia beruntung bisa tetap tinggal di Midyar dan mendapat posisi uang cukup baik.Sementara itu, teman Gema ini merantau ke Atlandia. Setelah berjuang selama bertahun-tahun, dia juga sudah sukses dan kini menjabat sebagai jenderal pangkat tiga yang memiliki kekuasaan, pengaruh, dan koneksi. Kali ini, apakah Gema bisa bertemu dengan Raja Atlandia, semuanya tergantung pada koneksi temannya ini.Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara mesin mobil dan sebuah jip militer berhenti tepat di samping Gema. Terlihat seorang pria dengan kepala botak yang akan bersinar di bawah sinar matahari sampai menyilaukan mata saat jendela mobilnya diturunkan, tetapi
"Kakek, aku mengerti kamu mengirim kedua paman pergi ke Keluarga Sabanir dan Keluarga Angelo untuk memahami situasinya. Tapi, letak istana Kerajaan Atlandia ribuan mil dari sini dan mereka juga nggak pernah ikut campur dengan urusan pemerintahan. Kamu mengirim Paman Gema ke sana bukan hanya nggak ada gunanya, mungkin juga akan diusir," kata Bianca sambil menggelengkan kepala.Midyar dan Atlandia adalah dua dunia yang berbeda, sehingga perebutan takhta putra mahkota di Midayar sama sekali tidak memengaruhi istana Kerajaan Atlandia. Kedua belah pihak tidak pernah saling mengganggu dan mengatur, ini sudah menjadi aturan tak tertulis.Ezra menjelaskan, "Aku tentu saja paham logika ini, tapi saat ini situasinya sudah berbeda karena melibatkan kekuasaan dan takhta kerajaan. Semua pihak pasti akan berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dari istana Kerajaan Atlandia.""Kalau keseimbangan yang sudah bertahan selama bertahun-tahun ini rusak dan Atlandia terlibat, semuanya akan berubah. Untuk
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban
Setelah mendengar ucapan Nivan, ekspresi Naim menjadi sangat serius. Alisnya berkerut, dia tampak tenggelam dalam pikirannya.Sepertinya dia terlalu meremehkan situasinya. Naim mengira ini hanya persaingan di antara saudara-saudaranya, tetapi siapa sangka situasi ini justru memberi peluang bagi harimau buas seperti Ernest.Kekuatan Ernest sangat besar. Dengan alasan mendukung putra mahkota untuk naik takhta, dia mulai merekrut banyak orang dan memperluas jaringannya, hingga memiliki pengaruh yang setara dengan keluarga kekaisaran.Jika Ernest benar-benar mendukung Nolan naik takhta, kekuatannya akan melampaui kaisar dan tidak ada yang bisa menekannya. Dalam skenario terburuk, dia bisa memanipulasi kaisar sebagai boneka dan sepenuhnya menggulingkan kekuasaan keluarga mereka."Nivan, apa yang kamu katakan ini benar?" tanya Naim dengan alis berkerut."Benar, sama sekali nggak bohong!" jawab Nivan dengan serius. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengutus orang untuk menyelidikinya.""Ak
Satu jam kemudian, Nivan yang sudah menyamar diam-diam memasuki sebuah vila pribadi yang mewah. Naim sudah menyiapkan teh dan camilan di ruang tamu vila itu, terlihat sudah menunggu lama."Kak Naim, maaf sudah membuatmu menunggu lama," kata Nivan sambil melepaskan mantelnya, lalu tersenyum dan berjalan mendekat."Nggak apa-apa. Kita berdua jarang sekali bisa berkumpul. Kamu bisa inisiatif mengajakku bertemu saja, aku sudah merasa sangat senang. Menunggu beberapa menit bukan masalah besar," kata Naim dengan tersenyum sambil mempersilakan Nivan duduk, lalu menuangkan dua cangkir teh dan memberikan salah satunya untuk Nivan.Setelah menerima cangkir itu, Nivan langsung meletakkannya di samping dengan hati-hati. Dia sangat berhati-hati soal makanan dan minumannya saat berada di luar, ini sudah menjadi kebiasaannya."Nivan, kamu tiba-tiba mengajakku bertemu, apa kamu ingin membahas soal urusan resmi atau pribadi?" tanya Naim yang langsung ke topik pembicaraannya setelah menyesap tehnya."In
Saat ini, di sebuah vila mewah lainnya di dalam kota. Seorang mata-mata wanita yang mengenakan pakaian hitam dan jubah sedang melapor pada Nivan tentang hasil penyelidikannya."Tuan, belakangan ini orang-orang dari Keluarga Luandi sangat aktif. Mereka sedang sibuk membentuk aliansi dari delapan keluarga besar dan berbagai pihak lainnya. Banyak yang sudah berpihak pada Keluarga Luandi. Kalau terus membiarkan mereka seperti ini, ini akan menjadi ancaman besar bagi kita," kata mata-mata wanita itu sambil berlutut dengan satu kaki dan menundukkan kepala."Keluarga Luandi mendukung Kak Nolan, 'kan?" tanya Nivan yang duduk dengan tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Keluarga Luandi punya ambisi besar. Katanya mendukung, tapi sebenarnya mereka sedang menjadi Pangeran Nolan sebagai boneka untuk memperbesar kekuasaan mereka sendiri," kata mata-mata wanita itu yang mengungkapkan rahasia di balik semua itu. Dia sudah menyusup di Keluarga Luandi selama bertahun-tahun, sehingga sangat me