Nivan baru saja hendak memberi penghormatan pada Gema yang wafat, tetapi pandangannya langsung tertuju pada Naim dan Nolan yang berada di altar duka. Dia segera memberi hormat dengan sopan dan berkata, "Oh? Aku nggak menyangka Kak Naim dan Kak Nolan juga ada di sini. Hormat pada Kak Naim dan Kak Nolan."Dia sebenarnya sudah memperkirakan situasi ini sebelum datang ke sini, sehingga dia tidak terkejut saat melihat Naim dan Nolan ada di sana. Dia berniat untuk merekrut semua delapan keluarga bangsawan dan empat keluarga kerajaan. Namun, saat ini Keluarga Paliama masih netral dan belum memutuskan untuk mendukung siapa pun, dia tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan ini."Nivan, aku dengar kamu sedang keluar kota untuk urusan dinas. Kenapa kamu bisa kembali begitu cepat?" tanya Naim dengan ambigu."Itu hanya urusan kecil, jadi aku segera kembali begitu mendengar berita tentang kematian Jenderal Gema. Aku berniat untuk mengantarnya di perjalanan terakhir kalinya," jawab Nivan dengan te
Ketiga pangeran itu bukan orang bodoh, mereka tentu saja mengerti maksud tersembunyi dari perkataan Ezra. Kali ini, mereka memang beralasan datang untuk memberikan penghormatan terakhir, tetapi mereka juga berniat untuk merekrut Keluarga Paliama. Jika berhasil, hal ini tentu akan sangat baik. Namun, jika tidak, mereka setidaknya bisa menambah kesan baik.Namun, bagi ketiga pangeran itu, yang paling penting adalah Keluarga Paliama belum memihak siapa pun dan tidak menjadi musuh mereka. Sebelum semua itu terjadi, mereka masih memiliki ruang untuk berunding. Oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu terburu-buru."Adipati Ezra terlalu merendah. Kami hanya datang karena menghargai kesetiaan dan keberanian Jenderal Gema, jadi datang untuk memberi penghormatan terakhir. Kami nggak punya maksud lain," kata Naim yang pertama kali membuka mulut."Benar, Adipati Ezra. Keluarga Paliama masih sangat sibuk dan kamu juga sudah berumur, sebaiknya jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak bekerja. Kam
Nolan berkata dengan ambigu, "Kak Naim, kata-katamu ini salah. Keluarga Luandi memang mendukungku, tapi aku masih kurang banyak hal untuk bisa naik takhta. Selain itu, Nivan juga punya banyak pendukung yang kuat, jadi aku nggak mudah untuk mengalahkannya. Kalau Kak Naim membantuku, aku setidaknya punya 80% peluang untuk menang."Menurut Nolan, Naim jauh lebih berharga daripada Keluarga Paliama yang merupakan keluarga kerajaan. Jika dia bisa meyakinkan Naim untuk membantunya, peluangnya yang tadinya hanya 60% pun bisa langsung meningkat sampai 80% peluangnya. Masalahnya sekarang adalah apakah Naim bisa menahan ambisinya sendiri dan mempertaruhkan segalanya untuk mendukungnya."Nolan, kamu juga tahu aku ini orangnya nggak ambisius dan nggak tertarik dengan kekayaan. Aku nggak akan terlibat dengan perebutan takhta ini, jadi aku harap kamu bisa mengerti," kata Naim.Setelah mempertimbangkannya sejenak, Naim akhirnya memilih untuk menolak. Dia tahu peluangnya untuk menang sangat kecil, teta
Paviliun Soluna memiliki satu aturan, yaitu mereka tidak melayani pelanggan asing. Tamu harus dikenal dengan baik atau diperkenalkan oleh orang yang terpercaya. Setiap transaksi juga harus dilakukan dengan perjanjian terlebih dahulu.Tentu saja, selalu ada pengecualian tanpa perjanjian, biasanya untuk urusan yang sangat mendesak. Namun, dalam kasus seperti itu, biayanya juga akan jauh lebih mahal.Saat Luther sampai di depan gerbang Paviliun Soluna, dia langsung dihentikan oleh para penjaga di kedua sisi.Setelah menyatakan identitasnya dan melakukan verifikasi, para penjaga baru mengizinkan Luther masuk.Begitu melangkah masuk, seorang pelayan wanita berwajah manis langsung menyambutnya dan mengantarnya melewati aula besar, lalu menuju ke bagian belakang bangunan.Setelah melewati taman dengan kolam kecil, mereka berhenti di depan sebuah ruang privat yang tenang."Ini adalah ruang pertemuan pribadi bos kami. Silakan masuk, Tuan Luther," kata pelayan itu dengan senyuman hangat."Bosmu
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
Di dalam ruang kantor presdir Grup Pesona."Luther, ini adalah perjanjian cerai yang disiapkan Bu Ariana. Silakan ditandatangani," ujar Julie selaku sekretaris Ariana. Kemudian, Julie yang mengenakan seragam kantor sedang meletakkan secarik kertas A4 di atas meja.Di seberangnya, duduk seorang pria tampan yang mengenakan pakaian sederhana."Cerai? Apa maksudnya?" tanya Luther Bennett dengan bingung."Luther, kamu masih tidak mengerti? Pernikahanmu dengan Bu Ariana sudah di ujung tanduk. Kalian tidak lagi sejalur. Keberadaanmu hanya suatu penghalang bagi Bu Ariana," jawab Julie tanpa rasa kasihan."Penghalang?" Luther mengernyit sembari bertanya, "Jadi, aku hanya penghalang di matanya?"Ketika keduanya menikah, Keluarga Warsono sedang berada di posisi yang tidak menguntungkan, bahkan memiliki banyak utang.Luther yang telah membantu Keluarga Warsono melewati kesulitan tersebut. Siapa sangka, setelah kaya raya, Ariana malah ingin mencampakkannya."Kamu boleh berpikir begitu," ujar Julie
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru
Paviliun Soluna memiliki satu aturan, yaitu mereka tidak melayani pelanggan asing. Tamu harus dikenal dengan baik atau diperkenalkan oleh orang yang terpercaya. Setiap transaksi juga harus dilakukan dengan perjanjian terlebih dahulu.Tentu saja, selalu ada pengecualian tanpa perjanjian, biasanya untuk urusan yang sangat mendesak. Namun, dalam kasus seperti itu, biayanya juga akan jauh lebih mahal.Saat Luther sampai di depan gerbang Paviliun Soluna, dia langsung dihentikan oleh para penjaga di kedua sisi.Setelah menyatakan identitasnya dan melakukan verifikasi, para penjaga baru mengizinkan Luther masuk.Begitu melangkah masuk, seorang pelayan wanita berwajah manis langsung menyambutnya dan mengantarnya melewati aula besar, lalu menuju ke bagian belakang bangunan.Setelah melewati taman dengan kolam kecil, mereka berhenti di depan sebuah ruang privat yang tenang."Ini adalah ruang pertemuan pribadi bos kami. Silakan masuk, Tuan Luther," kata pelayan itu dengan senyuman hangat."Bosmu
Nolan berkata dengan ambigu, "Kak Naim, kata-katamu ini salah. Keluarga Luandi memang mendukungku, tapi aku masih kurang banyak hal untuk bisa naik takhta. Selain itu, Nivan juga punya banyak pendukung yang kuat, jadi aku nggak mudah untuk mengalahkannya. Kalau Kak Naim membantuku, aku setidaknya punya 80% peluang untuk menang."Menurut Nolan, Naim jauh lebih berharga daripada Keluarga Paliama yang merupakan keluarga kerajaan. Jika dia bisa meyakinkan Naim untuk membantunya, peluangnya yang tadinya hanya 60% pun bisa langsung meningkat sampai 80% peluangnya. Masalahnya sekarang adalah apakah Naim bisa menahan ambisinya sendiri dan mempertaruhkan segalanya untuk mendukungnya."Nolan, kamu juga tahu aku ini orangnya nggak ambisius dan nggak tertarik dengan kekayaan. Aku nggak akan terlibat dengan perebutan takhta ini, jadi aku harap kamu bisa mengerti," kata Naim.Setelah mempertimbangkannya sejenak, Naim akhirnya memilih untuk menolak. Dia tahu peluangnya untuk menang sangat kecil, teta
Ketiga pangeran itu bukan orang bodoh, mereka tentu saja mengerti maksud tersembunyi dari perkataan Ezra. Kali ini, mereka memang beralasan datang untuk memberikan penghormatan terakhir, tetapi mereka juga berniat untuk merekrut Keluarga Paliama. Jika berhasil, hal ini tentu akan sangat baik. Namun, jika tidak, mereka setidaknya bisa menambah kesan baik.Namun, bagi ketiga pangeran itu, yang paling penting adalah Keluarga Paliama belum memihak siapa pun dan tidak menjadi musuh mereka. Sebelum semua itu terjadi, mereka masih memiliki ruang untuk berunding. Oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu terburu-buru."Adipati Ezra terlalu merendah. Kami hanya datang karena menghargai kesetiaan dan keberanian Jenderal Gema, jadi datang untuk memberi penghormatan terakhir. Kami nggak punya maksud lain," kata Naim yang pertama kali membuka mulut."Benar, Adipati Ezra. Keluarga Paliama masih sangat sibuk dan kamu juga sudah berumur, sebaiknya jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak bekerja. Kam
Nivan baru saja hendak memberi penghormatan pada Gema yang wafat, tetapi pandangannya langsung tertuju pada Naim dan Nolan yang berada di altar duka. Dia segera memberi hormat dengan sopan dan berkata, "Oh? Aku nggak menyangka Kak Naim dan Kak Nolan juga ada di sini. Hormat pada Kak Naim dan Kak Nolan."Dia sebenarnya sudah memperkirakan situasi ini sebelum datang ke sini, sehingga dia tidak terkejut saat melihat Naim dan Nolan ada di sana. Dia berniat untuk merekrut semua delapan keluarga bangsawan dan empat keluarga kerajaan. Namun, saat ini Keluarga Paliama masih netral dan belum memutuskan untuk mendukung siapa pun, dia tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan ini."Nivan, aku dengar kamu sedang keluar kota untuk urusan dinas. Kenapa kamu bisa kembali begitu cepat?" tanya Naim dengan ambigu."Itu hanya urusan kecil, jadi aku segera kembali begitu mendengar berita tentang kematian Jenderal Gema. Aku berniat untuk mengantarnya di perjalanan terakhir kalinya," jawab Nivan dengan te
"Hormat pada Pangeran Naim!"Melihat tamu terhormat datang, Gusdur pun tidak berlarut-larut dalam kesedihan lagi. Dia segera memimpin seluruh anggota Keluarga Paliama untuk maju dan membungkuk untuk memberi hormat pada Naim.Namun, Gusdur dan yang lainnya baru saja membungkuk sampai setengah, Naim sudah mengangkat tangan untuk menghentikannya. "Orang yang wafat paling penting, nggak perlu terlalu formal."Setelah mengatakan itu, Naim mengalihkan pandangannya ke foto mendiang yang terpasang di altar dan menghela napas. "Jenderal Gema bisa meninggal di usia muda sungguh merupakan kerugian besar bagi Negara Drago. Relakanlah yang sudah tiada, yang hidup harus tetap kuat. Aku turut berdukacita."Gusdur memberi hormat dengan mata yang berkaca-kaca dan berkata, "Terima kasih atas perhatian Pangeran Naim. Adikku bisa mengalami musibah ini, seluruh anggota Keluarga Paliama sangat sedih."Naim menganggukkan kepala dan melihat sekeliling sekilas, lalu bertanya dengan perhatian, "Aku dengar Adipa
Kekacauan di Atlandia akhirnya mereda setelah Loland ditangkap. Para pejabat yang selama ini punya hubungan dekat dengannya pun langsung diperiksa satu per satu.Dalam pembersihan besar-besaran ini, lebih dari 300 pejabat Atlandia dicopot dari jabatannya. Sebagian besar ditahan dan sebagian kecil yang dosanya terlalu berat langsung dieksekusi.Setelah Huston menunjukkan kemampuannya, situasi di kalangan birokrasi Atlandia berubah drastis. Segala praktik kolusi, korupsi, dan permainan di balik layar seolah-olah tersapu bersih oleh badai besar.Rakyat mulai merasakan perbedaan nyata. Mengurus urusan di kantor pemerintahan kini jauh lebih mudah, tidak lagi dihambat atau diminta sogokan. Urusan-urusan rakyat yang sempat terbengkalai kini mulai dibereskan secara tertib oleh para pejabat baru. Berbagai bidang mengalami perbaikan signifikan.Anehnya, alih-alih ketakutan, rakyat justru menyambut gebrakan ini dengan tepuk tangan dan rasa syukur. Para "hama" yang sudah terlalu lama menggerogoti