Beranda / Romansa / Dikejar Lagi Oleh Suamiku / Bab 28 Apakah Birendra Cemburu?

Share

Bab 28 Apakah Birendra Cemburu?

last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-30 08:58:34

Kedatangan tamu sore ini membuat suasana rumah tampak ramai. Mereka saling bercakap dengan santai sesekali meneguk secangkir teh hangat, tetapi ada seseorang yang tak menyukai salah satu tamu di rumahnya.

Birendra kedatangan tamu dari rekan kerja Mahira. Agustin dan Arya sengaja berkunjung ke rumah Birendra untuk temu kangen dengannya, karena Agustin merindukan masa-masa sekolah dulu

"Nggak sangka bertemu kamu di sini, Wis."

"Iya Mbak Agustin. Aku juga nggak sangka kalau Mbak adalah mentornya Mahira."

"Mahira itu kan akan bicara kalau kita yang bertanya," celetuk Birendra. Wisnu menyenggol lengan Birendra.

"Kenapa tidak memberi kabar dulu kalau mau ke sini, Dok? Saya kan bisa menyiapkan makan malam yang banyak," ujar Mahira mengalihkan pembicaraan dan Birendra yang sedari tadi memainkan ponselnya.

"Memangnya Birendra akan mengijinkan? Aku saja minta alamat ini ke Rudi itu pun dengan memaksanya," timpal Agustin cemberut karena Birendra tak pernah berubah kelakuannya.

"Dasar Rudi. Tidak
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 29 Kejutan Untuk Mahira Dan Birendra

    Para tamu sudah pulang begitu juga dengan Wisnu yang tak lupa membawa lauk pauk yang dimasak Mahira. Abisatya pun sudah tertidur setelah bermain bersama Wisnu dan kedua rekan kerja Mahira. Saat ini Mahira sedang membersihkan meja makan di dapur. Birendra yang biasanya langsung menuju ruang kerja setelah makan, malam ini tetap duduk di ruang tamu, tampak gelisah. Dia memegang sebuah kotak kecil berwarna biru tua. "Sampai kapan kamu membersihkan meja makan dan dapur, Hira?" tanya Birendra ketus. "Sebentar lagi, Mas. Memangnya ada apa?" Mahira heran tak seperti biasanya Birendra ada di ruang keluarga tanpa menyalakan televisi. "Tentu saja aku ingin bicara denganmu. Makanya aku menunggu di sini," sahut Birendra. "Sudah Non. Ke sana saja. Biar bibi dan Maya yang beberes di sini. Nggak baik mengabaikan panggilan suami," tegur Suamiati mengambil alih kain lap dari tangan Mahira. "Iya Bi. Terima kasih." Mahira melangkahkan kakinya dengan perasaan tanda tanya. Birendra tak pernah memang

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 30 Tetap Dalam Jiwa

    Hujan turun dengan deras di luar jendela. Mahira baru saja selesai membereskan rumah ketika dia memutuskan untuk membersihkan laci-laci di ruang kerja Birendra. Hanya ruangan ini saja yang boleh dia masuk. Di sebelahnya terdapat kamar pribadi Birendra yang hanya dibatasi oleh pintu dorong, tetapi terkunci."Abi, tunggu di sini ya. Ibu lagi beberes ruang kerja ayah."Mahira mengajak serta Abisatya. Abi duduk tenang di kursi bayinya dengan tenang sambil memainkan boneka berbentuk mobil. Kadang dia berceloteh khas bayi dan Mahira menanggapinya."Lihat tuh, Nak. Ayahmu selalu saja membuang kertas sembarangan. Bekas bungkus biskuitmu juga ada di sini.""Kamu jangan tiru ayahmu ya. Ayahmu tuh suka buat kamar kotor. Beda sama paman Wisnu yang suka bersih," kata Mahira sambil memungut kertas bekas ketikan tangan Birendra."Abi sering ke sini sama ayah dan ibu Sarayu ya dulu. Sekarang Abi sama ibu Mahira," sahut Mahira memandang sang bayi yang mengoceh keras.Sementara Abi sibuk dengan ocehan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 31 Jangan Menganggu Hubungan Kami

    Sebuah kafe kecil di samping supermarket. Birendra duduk di salah satu meja, menunggu Fatma yang sebentar lagi akan tiba. Mantan ibu mertua masih menaruh belanjaannya di mobil. Dia benar-benar kesal dengan tindakan sang ibu mertua yang sudah di luar batas."Kenapa harus berjumpa dengannya di sini?"Tangannya menggenggam cangkir kopi yang sudah dingin, matanya menerawang keluar jendela sedangkan Mahira hanya terdiam dengan tangan berada di pangkuannya. Jika saja dia pergi ke toko depan. Mungkin dia tak akan berjumpa dengan Fatma."Mas, itu ibu Fatma," kata Mahira menunjuk ke arah pintu masuk. Mahira melambai agar diketahui keberadaan mereka.Ketika Fatma masuk, Birenda berdiri dan menyuruh Mahira tetap duduk, Birendra berusaha menahan ketegangan di dalam dirinya. Dia ingin sekali marah, sayang dia berada di tempat umum sekarang."Terima kasih sudah datang, Bu. Silakan duduk. Ada hal yang perlu saya bicarakan." Birendra berucap dengan suara tenang, tapi tegas.Fatma duduk di seberang Ru

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 32 Masalah Tak Kunjung Usai

    ["Kuncinya bibi taruh di tempat biasa."]Hari ini Mahira kembali ke rumah masa kecilnya setelah lama tak berkunjung. Kunjungan terakhirnya ketika sang ayah belum kembali ke Abu Dhabi sebulan lalu. Semalam ada perasaan rindu untuk datang ke sini.["Mahira, bibi setengah jam lagi sampai. Tunggu saja di sana."]Pernyataan Fatma mengusiknya beberapa hari ini sehingga Mahira memutuskan bertanya langsung pada sang bibi meski nantinya dia akan menemukan jawaban yang tak memuaskan."Kebiasaan bibi sejak dulu tidak pernah berubah," kata Mahira mengambil kunci yang ada di selipkan di belakang gantungan sapu.Saat Mahira melangkah memasuki rumah lamanya, ekspresi wajahnya menunjukkan campuran antara nostalgia dan kesedihan. Matanya terlihat lembut dan penuh kenangan saat ia memandang sekeliling. "Aku rindu rumah ini," gumamnya.Mahira mengangkat tangan untuk menyentuh dinding atau perabotan, gerakannya terasa lembut dan penuh kehati-hatian, seolah-olah berharap bisa merasakan kembali sentuhan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 33 Bertengkar Lagi

    Selagi menunggu Birendra datang menjemput, Mahira memasuki kamar sang ayah. Dulu kamar ini menjadi tempat ternyaman ketika masa kecilnya. Di sini dia menghabiskan waktu bermain dengan sang ayah.Kini ruangan kamar sang ayah tampak suram, hanya diterangi oleh cahaya redup dari jendela kecil. Mahira berpikir positif saja kemungkinan sang bibi terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga lupa membersihkan kamar sang ayah."Bu Una yang membersihkan kamarmu dan ayahmu seminggu sekali. Kalau bibi yang melakukannya tidak bisa. Rumah seluas ini saja kadang bibi merasa sepi," kata Kinar seolah tahu yang ada di pikiran Mahira."Bu Una saja yang tinggal di sini, Bi. Daripada bibi sendiri," sahut Mahira dari kamar sang ayah."Mana mau dia, Hira. Paman ajak nikah aja nggak mau apalagi yang bukan saudara hanya sahabat," ucap Heru dari ruang tamu.Mahira tahu sang bibi tidak mau ada yang tinggal di rumah ini kecuali sang ayah dan dirinya. Meskipun Una sahabatnya menjadi pembantu harian, Kinar tetap memi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-02
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 34 Kamu Benar, Aku Salah

    Mahira dan Agustin duduk di sebuah kafe yang tenang, di sudut kota. Suasana senja perlahan menyelimuti. Mahira terlihat gelisah, memutar-mutar cangkir kopi di tangannya, sementara Agustin menatapnya dengan penuh perhatian."Ada apa lagi? Apa kegelisahanmu ini ada hubungannya dengan Birendra?" tanya Agustin sembari melihat cincin di jari manis Mahira."Saya benar-benar sudah tidak tahu harus bagaimana lagi, dokter Agustin. Mas Bi, dia terus menyalahkan saya atas kematian Sarayu. Seolah-olah saya ini bayang-bayang yang menutupi kenangan indah mereka," ucap Mahira menghela napas panjang."Jadi ini yang membuatmu keluar dari mobil Birendra tadi?" Dalam perjalanan pulang dari rumah sakit, Agustin melihat Mahira di tepi jalan dan mobil Birendra. Agustin membawanya masuk ke mobilnya daripada berada di jalanan."Memangnya apa yang terjadi tadi jika aku boleh tahu?" Agustin bertanya dengan hati-hati."Mas Bi menuduh saya lagi, Dok. Mas Bi menunjukkan sebuah tulisan ancaman yang ditujukan kepa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 35 Dua Pelindung Mahira

    Suasana kafe kecil di tengah kota sore itu dipenuhi oleh kawula muda untuk berakhir pekan. Tercium aroma kopi yang menggugah selera memenuhi udara. Cahaya matahari senja yang hangat menerobos masuk melalui jendela, menciptakan bayangan lembut di lantai. Arya duduk di sudut kafe dengan cangkir kopi di tangan. Dia mengenakan kemeja biru dengan lengan tergulung dan tampak gelisah. Matanya terus menatap cangkir kopi di depannya, seolah sedang memikirkan sesuatu yang mendalam."Ini pak satu slice cake kejunya," ucap pelayan kafe menyerahkan pesanannnya."Terima kasih," jawab Arya mengambilnya dari tangan pelayan kafe dengan sopan."Selamat menikmati sajian dari kafe kami."Arya menyunggingkan senyum dan mengangguk sebagai tanda rasa hormatnya. Tadi dia sempat melihat Mahira dan Agustin ke sini, sayang dia terlambat setengah jam hanya karena kemacetan saat menuju kafe ini.Saat menikmati suapan cake-nya, suara bel pintu kafe terdengar nyaring hingga membuat beberapa pengunjung menoleh. Ada

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 36 Mulai Belajar Menerimamu Di Sisiku

    Suasana malam yang tenang di meja dapur. Di atas meja terdapat secangkir teh yang hampir habis ada Mahira yang duduk di sofa sambil membaca buku kedokteran sesekali dia melihat Abisatya sedang bermain bersama Maya dan Sumiati di ruang keluarga."Tumben Mas Bi sudah pulang? Biasanya malam, Mas," celetuk Maya saat melihat Birendra datang."Mas Bi sudah makan? Kalau belum bibi siapkan.""Tidak usah, Bi. Saya sudah makan malam tadi sama Rudi," jawabnya sambil menaruh tasnya ke sofa lalu mengeluarkan sesuatu hingga membuat Maya menutup mulutnya agar tak keceplosan bicara."Mana Mahira, Bik?" "Non Mahira ada di dapur kayaknya sedang belajar, Mas," tunjuk Sumiati. Wanita paruh baya itu tersenyum melihat perubahan sikap sang majikan kepada istrinya.Birendra berjalan ke arah dapur dengan wajah datar, tangan kirinya memegang setangkai bunga mawar merah. Birendra tidak pernah memberi hadiah kepada Mahira setelah mereka menikah dan hubungan mereka selama ini terasa dingin. Mahira tidak menyadar

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06

Bab terbaru

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 161 Pilihan Mahira

    Mahira perlahan membuka mata dan penglihatan yang buram. Ruangan putih yang asing menyambutnya, dengan bau karbol yang khas. Dia mencoba duduk, tetapi seketika rasa nyeri menusuk di kepalanya membuatnya meringis. Tangan kanannya bergerak memegang pelipis, sementara matanya menyipit menahan sakit yang kian terasa."Jangan banyak bergerak dulu, Hira," kata suara berat dan tenang milik Dokter Agustin terdengar di sebelahnya. Dia berdiri dengan tangan terlipat di depan dada disertai sorot matanya yang lembut."Kamu baru saja pingsan. Mahira. Untung Birendra segera membawamu ke sini.""Kenapa dengan saya, Dok?" tanya Mahira berusaha untuk bicara."Kondisimu semakin parah, Hira. Hematomamu sudah terlalu besar dan kita harus melakukan operasi secepatnya. Tidak bisa kamu biarkan seperti ini terus."Mahira terdiam, dadanya terasa sesak mendengar kata-kata itu. Bibirnya mengatup rapat seraya matanya menatap lurus ke depan dan berusaha mengusir pikiran-pikiran buruk. Sambil menarik napas dalam-d

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 160 Kebahagian Birendra

    Di balik jeruji besi yang dingin, Maya duduk bersandar pada dinding yang lembap. Wajahnya pucat, matanya sembab dan bahunya sedikit bergetar, menahan perasaan yang berkecamuk dalam dada.Hidupnya telah berubah. Dia bukan lagi Maya seorang mahasiswi kedokteran atau adik asuh kesayangan sang nona. Dia telah mengecewakan sang nona juga ibunya yang malu kepada dirinya."2012 ada yang menemuimu. Keluarlah." Seorang sipir wanita membuka jeruji besi tempat Maya berada sekarang."Siapa yang mau menemui saya, Bu?" tanya Maya. Hampir dua bulan tak seorang pun sudi menjenguknya."Kamu akan tahu nanti."Maya didampingi dua sipir wanita dengan tangan yang terborgol. Langkah-langkah halus terdengar mendekat ke ruang pertemuan dan tak lama kemudian seorang wanita berdiri di hadapannya. Mahira.Wanita itu tetap anggun meskipun ada kelelahan yang terlihat di matanya. Dengan ekspresi tenang, tetapi sarat kekecewaan, Mahira menatap Maya dalam-dalam. Maya menundukkan kepala seraya jari-jarinya saling men

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 159 Maukah Kau Berkorban Untuknya, Mahira?

    "Apa yang ingin kamu bicarakan, Mas?" Mahira menatap Birendra dengan pandangan serius. "Ini tentang kita, Hira. Tentang pernikahan yang telah kita jalani," kata Birendra. Birendra duduk di ruang tamu seraya menghadap Mahira yang duduk di seberangnya. Tatapannya berat seolah menimbang setiap kata yang akan dia ucapkan. Kedua tangannya berada di pangkuan dan jemarinya saling mengait erat, sesekali bergerak gelisah. Mahira menatap Birendra dengan lembut, wajahnya tenang walau ada sedikit kerutan di dahinya menunjukkan kekhawatiran yang dia coba sembunyikan sejak tadi saat Birendra memanggilnya. "Aku siap mendengarnya, Mas. Katakan saja," sahut Mahira ingin mengetahui keputusan yang diambil Birendra. Dia sudah tahu Birendra hendak membicarakan perceraian. "Aku tidak tahu harus memulai dari mana pembicaraan ini, Hira. Kamu tahu sendiri pernikahan kita bukan didasari oleh cinta di hatiku. Aku hanya menganggapmu sebagai adik bukan seorang istri," ucap Birendra mengungkapkan isi hati

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 158 Bangunlah Arya

    Sanur berdiri di terminal keberangkatan memandang pesawat yang akan membawanya dan putrinya, Alya, meninggalkan Indonesia. Hatinya terasa berat, tetapi dia yakin bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Dia sudah berpamitan dengan Mahira juga Birendra dan mereka mengerti alasannya pergi. Namun ada satu orang yang tak diberi tahu, Sanur tak bisa membiarkan Wisnu ikut terikat dalam kehidupannya yang penuh luka. Dia merasa dirinya tak pantas bagi Wisnu. “Semua akan baik-baik saja,” bisiknya pada diri sendiri meskipun hatinya masih bimbang sembari menggandeng tangan kecil Alya. "Ibu, kita akan ke mana? Kenapa naik pesawat?" Alya gadis kecil berjaket dan bertopi itu tampak bingung. "Kita akan ke Amerika, Nak. Kita akan memulai kehidupan yang baru di sana," jawab Sanur memberi pengertian pada Alya. "Apa Paman Wisnu dan Kakek Rahmat ikut juga bersama kita?" tanyanya lagi. "Hanya kita berdua, Nak." Sanur melihat kesedihan di wajah Alya. Dua bulan bersama Wisnu dan Rahmat ayah Mahir

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 157 Bertahanlah, Dokter Arya

    Tanpa disadari oleh Fatma, seorang polisi diam-diam berjalan di belakangnya. Polisi tersebut mendekati Fatma dengan sigap dan sebelum dia bisa melakukan sesuatu yang lebih berbahaya, polisi berhasil melumpuhkannya."Sudahi permainan anda, Ibu Fatma!""Tidak ... aku tak berakhir seperti ini!" Fatma berteriak tidak terima.Pistol yang dia genggam jatuh dengan bunyi keras ke lantai beton. Bayi Abisatya yang hampir terlepas dari genggamannya langsung diselamatkan oleh seorang petugas polisi dan dengan hati-hati diserahkan kembali kepada Mahira.Mahira meraih Abisatya dengan tangan gemetar, dan begitu dia mendekap putranya, air mata mengalir deras di pipinya. Rasa syukur dan kebahagiaan meluap-luap di hatinya setelah berhari-hari terjebak dalam mimpi buruk ini."Ibu di sini, Sayang. Kamu aman sekarang," kata Mahira memeluk erat Abisatya."Jangan menangis lagi. Kita pulang ya sekarang," imbuh Mahira sembari mencium wajah Abisatya yang sudah berhenti menangis.Birendra dengan cepat menghampi

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 156 Serahkan Dirimu, Fatma

    Mahira berdiri terpaku, tangan gemetar saat menatap pisau di hadapannya. Fatma menunggunya membuat keputusan, tetapi bagaimana mungkin ia bisa memilih? Di satu sisi ada Abisatya, putranya yang bahkan belum bisa berbicara. Di sisi lain, ada Sanur, yang meski bukan siapa-siapa baginya secara pribadi, tetaplah seseorang yang berharga bagi Wisnu."Kenapa anda begitu menginginkan kematianku, Bibi Fatma?" tanya Mahira sengaja untuk mengalihkan pembicaraan.Fatma mendengkus kesal, dia menatap Mahira dengan tatapan kebencian. Tidak ada rasa iba pada Mahira yang notebene adalah keponakannya. Rasa bencinya telah mengakar di hatinya."Karena dengan kematianmu, aku bisa mewarisi harta ibumu. Semua yang dia miliki seharusnya jatuh kepadaku bukan kepada ibumu. Sejak kecil aku diabaikan dan tak seorang pun menyayangiku hanya karena ibumu memiliki penyakit jantung," ucap Fatma sinis."Bukankah anda telah mengambil semuanya? Kenapa anda masih menginginkan kematianku?" ulang Mahira."Wajahmu mengingatk

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 155 Kebimbangan Mahira

    Malam semakin larut saat Mahira menyetir seorang diri di lenggangnya jalanan ibu kota. Jari-jarinya mencengkeram erat setir mobil. Ini pertama kalinya ia menyetir setelah setahun tak pernah menyentuh mobil karena trauma kecelakaan yang pernah dialaminya. Tubuhnya terasa kaku, dan setiap tarikan napasnya berat.Satu jam lalu Mahira mendapat telepon dari Fatma untuk menemuinya secara langsung di tempat yang sudah ditunjuknya. Mahira awalnya ingin menolak, tetapi ancaman Fatma membuat dia harus menghadap.["Jika kau tak ke sini sendirian, jangan harap kamu akan bertemu dengan salah satu dari mereka."]Suara dingin Fatma memerintahkannya datang sendiri tanpa ditemani siapa pun. Jika Mahira membawa polisi atau siapa saja, salah satu sandera — anaknya, Abisatya atau akan dilukai. Tidak ada waktu untuk berpikir panjang. Tanpa memberitahu Birendra ataupun Wisnu, Mahira mengambil kunci mobil dan pergi di tengah malam yang sunyi.Angin malam menyapu wajahnya saat dia membuka sedikit jendela mob

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 154 Pilih Abisatya Atau Sanur

    "Maafkan saya, Non Mahira. Seharusnya nona tidak pernah mengasuh bayi itu. Saya begitu tak suka saat nona mau mengasuh anak dari pelakor.""Lebih baik lupakan saja anak ini, Nona Mahira."Empat hari sudah sejak hilangnya Abisatya dan polisi masih kesulitan menemukan jejak Maya dan Fatma. Kedua wanita itu begitu pandai bersembunyi, meninggalkan pihak berwenang kebingungan. Setiap harapan yang dimiliki Mahira dan Birendra mulai pudar."Aku berharap setelah ibu Fatma mendapatkan uangnya. Aku bisa pergi dari kota ini dan memberikan anak ini pada orang lain."Maya dan Fatma berganti lokasi tempat persembunyian. Kali ini anak buah Fatma menemukan rumah kosong di pinggiran kota meski harus masuk gang sempit, kedua wanita itu tak peduli asal mereka bisa menghindari pihak polisi."Makanya jangan cari masalah denganku. Kalau kamu diam, aku tak akan melakukan ini!"Dari luar, Maya mendengar suara keras Fatma. Maya segera meninggalkan Abisatya dengan botol susunya yang sengaja dia beli agar bayi

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 153 Dua Pilihan Sulit

    "Birendra akan membawa Abisatya, Mahira. Jadi serahkan semua padanya ya."Dokter Agustin dan Arya datang ke rumah Mahira untuk memberi dukungan. Mereka tahu jika Mahira membutuhkan seseorang untuk menguatkan di kala susah seperti ini."Tapi bagaimana jika tak berhasil, Dok?" tanya Mahira menatap dokter Agustin penuh kesedihan."Sampai sekarang Mas Birendra tak meneleponku," lanjutnya."Tenanglah, Mahira. Dia akan memberi kabar pada kita," sahut Arya.Matanya terus melirik ke ponsel di atas meja yang tak henti-hentinya bergetar dengan notifikasi, tetapi tak satu pun dari mereka membawa kabar baik yang ditunggunya. Ruangan itu terasa begitu sunyi, hanya ada suara jam dinding yang berdetak pelan.Arya tak tahu bagaimana dia harus menghibur Mahira yang saat ini sedang dirundung masalah. Sejak awal bertemu dengannya, Arya merasa kehidupan Mahira sungguh berat dan tak ada bahagia."Kita harus sabar, Mahira," ujar dokter Agustin dengan suara yang lembut."Birendra pasti tahu apa yang dia lak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status