Melihat sahabatnya terdiam, Renata kembali bertanya. “Lucia, kenapa diam saja?”
Sentuhan tangan Renata pada lengannya seketika membuyarkan lamunan Lucia. “Itu … sebenarnya ….” Lucia terlihat ragu saat akan menjawab pertanyaan Renata. Bukannya, dia tidak mau berterus terang pada sahabatnya, tapi dia malu untuk mengakuinya.“Apa video itu hanya rekayasa?” tebak Renata lagi sebelum Lucia sempat menjawab pertanyaannya tadi.Video yang dimaksud oleh Renata adalah video ketika Lucia menghabiskan malam bersama dengan Dean di hotel malam itu. Meskipun pencahayaan di kamar tersebut redup dan sedikit gelap. Namun, wajah wanita di dalam vidio itu masih bisa dikenali dan bisa dipastikan pemeran wanita itu adalah Lucia.Selain wajah Lucia yang bisa dikenali, suara wanita dalam video tersebut juga terdengar sangat jelas dan itu semakin menguatkan dugaan orang kalau pemeran wanita itu memang Lucia. Berbeda dengan pemeran wanitanya, pemeran pria dalam video itu justru tidak terlihat jelas, dikarenakan dia membelakangi kamera jadi wajahnya tidak tersorot kamera sama sekali.“Jika benar hanya rekayasa, kita bisa melaporkan orang tersebut dan segera membersihkan namamu,” lanjut Renata lagi.Lucia meremas kuat ponsel yang ada di genggamannya dengan kuat sebelum menjawab pertanyaan Renata. “Video itu asli, bukan rekayasa.”Renata sedikit terkejut mendengar penuturan Lucia. Pasalnya, dia tidak menyangka kalau sahabatnya itu melakukan itu. Dia tahu seperti apa Lucia, sahabatnya tidak mungkin melakukan hal itu.“Jadi memang benar kalau pria di dalam video itu adalah Dean?”Melihat Lucia hanya diam, Renata sudah bisa menyimpulkannya sendiri kalau tebakannya memang benar adanya. Sebenarnya, Renata juga tidak yakin kalau itu adalah Dean, hanya saja mengingat kalau sahabatnya itu sangat mencintai Dean, mana mungkin dia melakukan dengan pria lain, apalagi Lucia masih memegang teguh pendirian jika dia akan melalukan hubungan suami-istri setelah resmi menikah."Ini akan berdampak buruk untukmu, keluargamu, dan juga keluarga Anderson," ucap Renata setelah terdiam selama beberapa saat. Dia menatap iba pada Lucia yang sedang menampilkan wajah pias.“Aku harus menghubungi Dean.” Lucia dengan cepat menekan kontak Dean. Beberapa kali menelpon, panggilannya tidak juga dijawab oleh pria itu. Lucia pun mencoba sekali lagi. Namun, hasilnya tetap sama. Akhirnya dia menoleh pada sahabatnya.“Renata, apa Dean sudah tiba?” Mungkin saja tunangannya itu sudah tiba di altar jadi dia tidak memegang ponselnya. Begitulah yang ada di pikiran Lucia saat panggilannya tidak dijawab juga oleh Dean.Renata menggeleng lemah dengan wajah lesu. “Dia belum datang. Tidak seorang pun dari keluarga Anderson yang datang ke sini.”Tubuh Lucia langsung lemas. “Bagaimana ini? Kenapa bisa ada video itu? Siapa yang sudah tega merekam serta menyebarkannya?” gumam Lucia dengan mata yang sudah mengembun.Dean tidak mungkin melakukannya, itu sama aja akan merusak reputasi keluarga Anderson. Pasti seseorang yang tidak menyukainya yang sudah sengaja menyebarkan vidio itu untuk menjatuhkannya. Lucia sangat yakin dengan itu, apalagi kejadian malam itu...."Pasti ada seseorang yang sudah menjebakku.”“Tapi siapa? Siapa yang berani melakukan itu?” tanya Renata dengan heran.Jika orang itu tahu Lucia adalah calon istri Dean Anderson, apa mungkin masih ada yang berani mengusik Lucia?Di kota Y, tidak ada yang tidak tahu mengenai hubungan keduanya. Bahkan, membayangkan untuk dekat dengan Lucia saja mereka tidak berani, karena mereka semua tahu kalau Dean Anderson tidak suka jika ada yang menginginkan wanitanya.“Aku tidak tahu, Renata" jawab Lucia sambil menggeleng lemah, wajahnya nampak layu dan muram. Jelas sekali kalau dia sangat terpukul dengan tersebarnya video itu.“Mungkinkah Carissa yang melakukannya?” tebak Renata lagi.Hanya Carissa satu-satunya yang saat ini memiliki motif kuat untuk menghancurkan Lucia. Selain karena dia tidak menyukai Lucia, Renata juga tahu kalau sejak dulu Carissa menginginkan Dean. Bahkan, dia sering kali secara terang-terangan menunjukkan perasaannya pada Dean di depan semua orang, termasuk di depan Lucia.“Aku tidak tahu,” jawab Lucia lirih. Saat ini, dia tidak bisa berpikir dengan benar. Jadi, dia tidak bisa menebak siapa yang sudah melakukan itu.“Lebih baik tunggu kabar dari Dean. Dia pasti bisa menemukan pelaku yang sudah menyebarkan video itu.”Dean tidak mungkin tinggal diam saja jika dia tahu mengenai vidio itu, karena ini tidak hanya menyangkut nama baik Dean dan Lucia, melainkan nama besar keluarga Lucia dan juga keluarga Anderson.“Renata, apa yang harus aku katakan pada keluarga Anderson mengenai video itu? Aku takut mereka akan marah.”Lucia juga takut kalau video itu akan berimbas pada rencana pernikahannya. Apalagi sejak awal Ibu Dean kurang menyukainya, ditambah adanya video itu, ibunya pasti semakin tidak menyukainya.“Kau tenang saja. Mereka tidak mungkin marah jika tahu kalau pria di dalam vidio itu Dean. Mereka pasti akan mencari pelakunya.“ Renata mencoba menenangkan Lucia yang terlihat sangat cemas. “Biarkan Dean yang mengurusnya nanti.”Meskipun masih ragu, Lucia tetap mengangguk.Saat Renata sedang mengusap punggung Lucia untuk menenangkannya, pintu ruangan tiba-tiba terbuka.Lucia melihat ibunya berlari ke arahnya dengan wajah panik. Lucia menduga kalau ibunya datang pasti ingin menanyakan mengenai video dirinya yang sudah tersebar di internet itu.“Lucia ....”“Ada apa, Bu?” tanya Lucia sambil menghampiri ibunya yang sedang berjalan ke arahnya.“Dean ….” Ibu Lucia meremas kedua tangannya lalu menatap iba pada anaknya. “Dia—”“Ada apa dengan Dean, Bu? Apa terjadi sesuatu dengannya?” tanya Lucia tidak sabar. Tiba-tiba perasaan menjadi tidak enak. Melihat wajah panik ibunya, Lucia bisa menebak kalau sesuatu yang besar sudah terjadi.“Dean—" Ibu Lucia kembali menggantung ucapannya."Iyaa, Bu. Ada apa dengan Dean?" tanya Lucia tidak sabar."Dia membatalkan pernikahan kalian lima menit yang lalu.”“Apa?” Tubuh Lucia lemas diikuti tatapan kosong dan wajah memucat.“Asistennya datang menemui ayahmu dan menyampaikan pesan kalau Dean tidak akan menikahimu,” kata Nyonya Helia. “Tidak hanya itu, dia juga batal memberikan dana ke perusahaan kita."Pandangan Lucia seperti berputar, perlahan buram, detik kemudian tubuhnya ambruk ke lantai.“Lucia ...!” Ibu Lucia beserta semua orang yang ada di dalam kamar tersebut berlari ke arah Lucia dengan panik.*******Lucia terus menghubungi nomor telpon Dean. Namun, tidak pernah diangkat olehnya, begitu pun ponsel asisten pribadinya. Tidak ada satu pun dari mereka yang mengangkat telponnya, padahal Lucia sudah menelponnya berkali-kali. Sudah 2 hari ini Lucia mengurung diri kamar. Dia tidak berani keluar karena semenjak berita pernikahannya batal dan vidionya tersebar di internet, semua wartawan berkemah di depan rumahnya.Ketika Lucia masih mencoba untuk menelpon ponsel Dean, pintu kamarnya diketuk dari luar dan selanjutnya pintu terbuka. Ibunya
“Tidak. Itu tidak benar.” Lucia menggeleng kuat lalu bangun dari tidurnya. "Bu, aku yakin tadi itu Dean. Dia yang sudah membawaku ke sini. Aku melihatnya berlari ke arahku sebelum aku jatuh pingsan." Mata Nyonya Helia berkabut, melihat anaknya begitu mencintai Dean, padahal sudah jelas kalau dia sudah dicampakkan. "Lucia ... dengarkan ibu." Nyonya Helia memegang bahu anaknya dengan lembut, lalu berkata, "Yang berlari ke arahmu adalah petugas keamanan keluarga Anderson dan yang mengantarmu ke sini bukan Dean, melainkan orang lain. Ibu sudah bertemu dengan orang membawamu ke sini dan dia adalah pengendara yang melintas di depan kediaman Anderson." Tubuh Lucia langsung lemas dan tatapannya menjadi kosong setelah mendengar itu. Dia nampak sangat kecewa saat mengetahui itu. Dia sebenarnya masih belum percaya kalau orang lain yang membawanya ke rumah sakit karena dia sangat yakin kalau yang berjalan ke arahnya sebelum dia jatuh pingsan adalah Dean. Anggap dia salah lihat, tapi bagaimana
3 tahun kemudian, Negara S tepatnya di kota N.Seorang wanita berambut panjang dengan sedikit gelombang di ujungnya berjalan dengan pelan menuju apartemen yang berada di ujung dengan wajah lelah. Wanita itu adalah Lucia, dia baru saja pulang bekerja sore itu. Ketika memasuki apartemennya, dia melihat temannya sedang berada di ruang tamu kecil apartemen mereka."Kenapa baru pulang?" tanya Wenny, teman yang selama dua tahun ini tinggal bersamanya di apartemen yang mereka sewa bersama."Sedang banyak pekerjaan," jawab Lucia sambil meletakkan tasnya di sofa. "Aku mandi dulu."Setengah jam berlalu, Lucia keluar dari kamar mandi dan duduk di sebelah Wenny, kemudian mengeringkan rambutnya setelah menghidupkan hairdryer. Ini adalah rutinitas Lucia setelah bekerja yaitu mandi dan bersantai di ruangan keluarga. Biasanya, mereka berdua menikmati makanan ringan sambil mengobrol. Mulai dari obrolan ringan higga berat. Tidak jarang juga mereka mencurahkan isi hati ketika sedang memiliki masalah, ap
"Ini, Nona." Petugas itu kembali memberikan kertas itu kembali, kemudian mempersilahkan Lucia untuk lewat.Dengan langkah cepat, Lucia menarik kopernya sembari menyapu pandangannya ke seluruh area bandara yang masih bisa dijangkau oleh matanya. Sosok tadi sudah menghilang, hanya terlihat sekumpulan orang yang tidak dikenal, berlalu-lalang di hadapanya. Lucia mencoba melihat ke sekelilingnya sekali lagi. Namun, dia tidak juga menemukan keberadaan pria yang mirip Dean."Mungkin aku salah lihat atau mungkin hanya mirip," monolog Lucia lirih seraya menunduk dengan wajah kecewa.Tidak ingin terlalu banyak berpikir, Lucia memutuskan untuk segera pulang. Sebelum menaiki taksi, dia memandang lurus depan dan terdiam selama beberapa detik. Ada jejak keraguan dalam ekspresi wajahnya ketika akan melangkah. Apalagi saat mengingat dia akan kembali untuk tinggal di kota Y lagi, perasaannya semakin tidak menentu.Meskipun dalam hati dia terus mencoba menengkan dirinya. Namun, tidak bisa dipungkiri bah
Pria itu tersenyum ke arah Lucia lalu berkata, "Hai, Lucia, lama tidak bertemu."Lucia tertegun sebentar lalu membalas sapaan pria itu dengan wajah canggungnya. Pria itu adalah tuan muda dari keluarga Farez. Namanya Julian Farez, Lucia dan Julian dulunya berteman dekat, tapi mereka harus terpisah karena Julian pindah ke kota lain yang jauh dari kota Y."Bagaimana kabarmu?" Julian bertanya dengan ramah dan lembut. Sikapnya masih seperti dulu, ketika mereka masih dekat.Dengan perasaan canggung Lucia menjawab dengan nada rendah. "Baik."Entah mengapa 3 tahun tidak bertemu dan berkomunikasi dengan Julian membuat Lucia menjadi canggung, padahal dulunya mereka dekat. Meskipun dulunya mereka jarang bertemu karena jarak, tapi Julian sering menemui Lucia jika dia sedang berada di kota Y."Kapan kau kembali? Aku dengar kau pergi keluar negeri 3 tahun yang lalu."Teringat kembali kejadian 3 tahun yang lalu, Lucia jadi merasa malu. Waktu it
“Dean lihat, aku bawa siapa?”Seketika orang yang ada di ruangan itu menatap ke arah Victor secara bersamaan, termasuk Dean yang sedang duduk di sofa paling ujung dengan pencahayaan yang sedikit redup."Aku membawa Lucia." Pandangan semua orang pun tertuju pada wanita yang berada di belakang Victor ketika pria itu menggeser tubuhnya ke samping kanan. Suasana langsung hening saat melihat wanita yang dimaksud oleh Victor adalah Lucia. Ketika tatapan Lucia dan Dean bertabrakan, ada sedikit riak di netra hitam milik Dean. Sepertinya dia sedikit terkejut melihat keberadaan Lucia di club itu. Keduanya saling menatap selama beberapa detik sebelum akhirnya Dean menarik pandangannya dengan wajah tak acuh."Aku tidak sengaja bertemu dengannya jadi aku membawanya ke sini."Di dalam ruangan itu, tidak hanya ada Dean, ada dua pria lagi di dalam sana yaitu Peter dan juga Fandy, anak dari pemilik dari club malam itu. Club tersebut d
“Kenapa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Victor saat melihat wajah panik Lucia.Bukannya menjawab, Lucia justru meraih tasnya, kemudian berdiri. "Kita bicara lagi lain kali, aku harus pergi." Sebelum sempat dicegah oleh Victor, Lucia sudah lebih dulu berjalan keluar dari ruangan tersebut.Fandy pun langsung memarahi temannya dengan wajah kesal setelah kepergiaan Lucia. “Victor, apa kau sudah gila? Bukankah kau sudah tahu kalau Dean tidak ingin melihat Lucia lagi, kenapa kau justru membawanya ke sini?”Setelah Fandy mengatakan itu, Victor melirik pada Dean yang nampak yang duduk yang sedang menggoyangkan gelas yang berisi minuman alkohol, tatapannya tertuju ke depan dengan punggung yang bersandar di sofa.“Benar, kau ini sebenarnya berpihak pada siapa? Dia sudah menghianati Dean dengan tidur dengan pria lain, kau masih berani membawanya ke sini, kau ingin cari mati?” Peter ikut menimpali ucapan Fandy karena merasa kesal dengan tindakan Victor.“Aku hanya ingin mengobrol dengannya. Masalah d
Lucia bergegas masuk ke dalam rumahnya setelah membuka pintu untuk mencari ibunya. Saat memasuki ruangan keluarga, Lucia bertemu dengan Bibi Nan, dia pun langsung bertanya di mana keberadaan ibunya."Nyonya sedang berada di ruangan kerja, Nona."Lucia memutar tubuhnya lantas melangkah menuju ruangan kerja ayahnya yang letaknya tidak jauh dari kamar kedua orang tuanya. "Bu, di mana mereka?" Lucia langsung melontarkan pertanyaan pada Nyonya Helia ketika melihat ibunya sedang mencari sesuatu di laci meja kerja ayahnya."Mereka baru saja pulang." Lucia menghela napas kasar. Padahal, dia sengaja pulang cepat supaya bisa bertemu dengan mereka, tapi ternyata mereka sudah pergi sesaat sebelum dia tiba."Kenapa ibu tidak menahannya?" Lucia melangkah ke depan, berdiri tepat di depan meja kerja ayahnya. "Sudah, tapi mereka tidak bisa menunggu lebih lama lagi."Melihat ibunya mencari sesuatu dengan gusar, Lucia kembali bertanya padanya, "Bu, apa yang sedang kau cari?"Nyonya Helia menghentikan