Share

Bab 5 Berakhir Sudah

“Tidak. Itu tidak benar.” Lucia menggeleng kuat lalu bangun dari tidurnya. "Bu, aku yakin tadi itu Dean. Dia yang sudah membawaku ke sini. Aku melihatnya berlari ke arahku sebelum aku jatuh pingsan."

Mata Nyonya Helia berkabut, melihat anaknya begitu mencintai Dean, padahal sudah jelas kalau dia sudah dicampakkan. "Lucia ... dengarkan ibu." Nyonya Helia memegang bahu anaknya dengan lembut, lalu berkata, "Yang berlari ke arahmu adalah petugas keamanan keluarga Anderson dan yang mengantarmu ke sini bukan Dean, melainkan orang lain. Ibu sudah bertemu dengan orang membawamu ke sini dan dia adalah pengendara yang melintas di depan kediaman Anderson."

Tubuh Lucia langsung lemas dan tatapannya menjadi kosong setelah mendengar itu. Dia nampak sangat kecewa saat mengetahui itu.

Dia sebenarnya masih belum percaya kalau orang lain yang membawanya ke rumah sakit karena dia sangat yakin kalau yang berjalan ke arahnya sebelum dia jatuh pingsan adalah Dean.

Anggap dia salah lihat, tapi bagaimana aroma parfum yang menempel di bajunya? Itu jelas aroma tubuh Dean, tidak ada satu pun orang yang memiliki aroma seperti itu, walaupun memakai parfum yang sama sekalipun.

"Jika kau tidak percaya, ibu bisa menghubungi orang tersebut agar menjelaskan padamu langsung. Sejak semalam hingga pagi ini, Dean tidak pernah menampakkan dirinya di sini, padahal ibu sudah mengirimkan pesan padanya kalau kau berada di rumah sakit."

Melihat anaknya tidak merespon ucapannya, Nyonya Helia kembali berkata, "Apa kau tahu apa balasan darinya?" Tanpa menunggu jawaban dari anaknya, Nyonya Helia kembali berbicara, "Dia mengatakan kalau dia sudah tidak ada hubungannya lagi denganmu."

Masih hening, tidak ada air mata yang keluar dari mata sendu putrinya.

Mungkinkah dia memang salah mengenali orang atau mungkin dia berhalusinasi?

"Lucia, mulai sekarang lupakan Dean. Jika perlu, kita pindah ke kota lain dan memulai hidup baru. Kita bisa pindah ke kampung halaman ibu dan tinggal bersama nenekmu. Biarkan ayahmu tetap di sini untuk mengurus perusahaan hingga kondisi perusahaan stabil."

Lucia hanya diam dengan pandangan lurus ke depan, nampaknya dia tidak mendengarkan apa yang diucapkan ibunya sejak tadi. Pikiran sepertinya masih tertuju pada Dean.

"Lucia." Nyonya Helia menyentuh tangan Lucia yang berada di pangkuannya untuk menyandarkan putrinya yang sejak tadi melamun dengan tatapan kosong.

"Aku akan menelpon Dean, Bu." Tanpa memperdulikan ibunya setuju atau tidak, Lucia meraih ponselnya yang berada di atas nakas.

Panggilan pertama tidak diangkat, Lucia kembali mencoba menelpon lagi, berharap panggilan telponnya akan dijawab oleh Dean kali ini. Padahal, dia sebenarnya tahu kalau kecil kemungkinan Dean akan menjawab panggilan darinya.

Lucia menanti dengan wajah harap-harap cemas. Ketika Lucia akan menyudahi panggilan telponnya, secara tidak terduga panggilannya dijawab oleh Dean, Lucia pun langsung tersenyum lebar dan segera bertanya pada pria yang dia cintai itu dengan antusias.

"Dean, kau ke mana saja? Kenapa tidak pernah menjawab telponku?" tanya Lucia dengan suara lemahnya. "Aku sedang berada di rumah sakit, kau tidak mau menjengukku?"

Hening sesaat, setelah itu terdengar suara Dean. "Langsung ke intinya, kenapa menelponku?" Nada bicaranya terdengar sangat dingin, membuat dada Lucia seperti ditusuk oleh ribuan jarum dalam waktu bersamaan.

"Kenapa kau membatalkan pernikahan kita? Katakan padaku, kesalahan apa yang sudah aku perbuat hingga kau tidak mau menikahiku?" tanya Lucia dengan suara bergetar.

Setidaknya, dia harus tahu, apa yang alasan Dean membatalkan pernikahan mereka di menit terakhir.

Jika itu karena vidio, pria dalam vidio itu adalah dirinya, bukankah seharusnya dengan tersebarnya vidio itu, Dean harus menikahinya dan bukan justru membatalkannya?

"Aku hanya tidak ingin menikahimu," jawab Dean tanpa perasaan.

Dada Lucia seketika bergemuruh mendengar itu.

Bagaimana bisa dia mengatakan itu, padahal mereka sudah melakukan hal paling intim di dunia ini.

"Kenapa? Bukankah selama ini hubungan kita baik-baik saja? Jika aku memiliki salah, tolong beritahu aku agar aku bisa tahu di mana letak kesalahanku."

“Kau tidak salah.”

“Lalu kenapa kau memutuskan pernikahan kita?” desak Lucia.

“Salahkan Kakakmu. Ini semua terjadi karenanya.”

Kedua alis Lucia menyatu hingga membetuk kerutan di keningnya setelah mendengar jawaban dari Dean. “Kenapa kau justru menyalahkan kakakku? Dia tidak ada hubungannya dengan permasalahan kita.”

“Ini memang salahnya.” Entah kenapa Lucia merasakan nada bicara Dean menjadi sangat dingin saat membicarakan kakaknya, padahal dulunya mereka sangat dekat.

“Kau marah karena kakakku tidak datang ke pernikahan kita?”

“Ya.” Jawaban singkat Dean membuat Lucia semakin heran sekaligus terkejut.

“Dean, kau tahu sendiri, kakakku menghilang dan aku tidak tahu di mana keberadaannya dan kalau pun Jensen tidak bisa datang, itu tidak bisa menjadi alasan bagimu untuk membatalkan pernikahan kita.”

“Itu menurutmu, tidak denganku.”

Meskipun tidak mengerti dengan maksud perkataan Dean, tapi dia enggan untuk bertanya lebih jauh. Dia lebih memilih untuk mengajaknya bertemu. “Katakan padaku, kau di mana, Aku akan menemuimu, kita bicarakan baik-baik semuanya.”

“Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Semua sudah berakhir.”

Lucia merasa dadanya seperti terhantam batu besar setelah mendengar perkataan Dean. “Apa kau sungguh ingin mengakhiri semuanya? Kau yakin dengan keputusanmu itu? Apa selama ini kau hanya mempermainkanku?”

Tidak ada sahutan apa pun dari sebrang sana hingga akhirnya Lucia kembali angkat bicara, "Dean, kita sudah melakukan hal sejauh itu, bagaimana bisa kau membatalkan pernikahan kita? Bukankah seharusnya kau bertangggung jawab padaku?"

Tidak terdengar suara apa pun di sebrang sana selama beberapa detik. "Kau sendiri yang secara suka rela menyerahkan dirimu padaku. Ingat, tidak ada paksaan apa pun dariku malam itu."

Memang tidak ada paksaan apa pun dari Dean, tapi pria itu jelas tahu apa yang terjadi dengan mereka malam itu.

"Tapi Dean, saat itu aku—"

"Jangan hubungi aku lagi. Hubungan kita sudah berakhir."

Panggilan telpon terputus. Tubuh Lucia langsung lunglai dan detik selanjutnya, ponselnya terjatuh ke lantai.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Meria helenaria Sihombing
meyebalkan sekali melihat laki2 sprt Dean ini.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status