Share

BAB 199

Di depan sebuah nisan aku duduk bersimpuh. Kuusap batu bertuliskan nama Rahajeng Putri Ahmad. Tangisku pecah. Sementara di sisi yang lain, Mita berdiri dengan wajahnya yang kutahu sama hancurnya denganku. Berkali-kali dia mengusap air matanya yang luruh. Kerudungnya berkibar tertiup angin sore.

“Putri kalian meninggal, sekitar enam bulan yang lalu. Dokter mengatakan dia memiliki kelainan dalam paru-parunya. Kami sempat berupaya untuk mengobatinya, namun dia tak selamat. Ajeng memilih menyerah dan berpulang. Mungkin itu adalah cara yang dipilih Allah agar anak itu tak mengalami hal menyakitkan akibat penolakan keluarga ayahnya.”

Bibirku mengatup kuat mendengar perkataan Pak Seno. Aku bukan tak tahu bagaimana kisah Mita dan anak kami selama diri ini berada dalam penjara. Salah seorang tetangga yang melihat bagaimana ibu memperlakukan Mita membuatku yakin perkataan Pak Seno memang benar adanya.

Duniaku benar-benar runtuh. Aku makin mengutuk diriku. Sebagai seorang suami, aku sungguh mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status